Pagi itu, jalan masuk menuju sekolah dipenuhi keramaian. Suara langkah kaki bercampur obrolan siswa-siswi mengisi udara, ditemani cahaya mentari yang menerangi dedaunan hijau di sepanjang jalan.
Di antara keramaian itu, Alpha dan Beta berjalan berdampingan. Keduanya tampak berbeda dari siswa-siswa lainnya. Alpha dengan langkah percaya diri dan tatapan tenang, sementara Beta yang lebih pendiam membawa buku di lengannya, mengikuti dengan sikap penuh perhatian.
"Beta, kita sudah sangat dekat," kata Alpha, memecah keheningan di antara mereka. "Hari ini adalah awal dari semuanya."
Beta menoleh sedikit, menatap sahabatnya. Ada nada kegelisahan yang samar di balik suara tenang Alpha, meskipun ia berusaha menyembunyikannya.
"Kau sudah mempersiapkan ini jauh-jauh hari, ya?" Beta bertanya sambil merapikan buku di lengannya. "Aku tahu ini lebih dari sekadar klub detektif biasa."
Alpha tetap menatap lurus ke depan, wajahnya dipenuhi kesungguhan. "Aku ingin mengungkap kebenaran, Beta," katanya dengan nada mantap. "Ini bukan hanya soal klub, bukan sekadar memecahkan kasus kecil. Ini tentang mencari tahu siapa yang membunuh Ibu. Aku tidak bisa lagi menunggu."
Beta menghentikan langkahnya sejenak, matanya melembut saat menatap Alpha. Ia tahu betul, ini bukan sekadar ambisi detektif sekolah biasa. Ini adalah misi hidup Alpha, sebuah perjalanan untuk menuntaskan luka lama yang terus mengintai.
"Aku tahu," jawab Beta dengan suara rendah namun penuh kepastian. "Aku akan selalu mendukungmu, Alpha. Kita akan melewati ini bersama."
Sebuah senyum tipis muncul di wajah Alpha. Bukan senyum bahagia, melainkan senyum penuh tekad. Di depan mereka, gerbang sekolah semakin dekat, ramai dengan aktivitas pagi siswa-siswi lain. Namun, bagi Alpha dan Beta, gerbang itu menandai awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.
Alpha berhenti sejenak, matanya tertuju pada gerbang itu. "Klub detektif ini... bisa menjadi cara kita menemukan lebih banyak," ucapnya, seolah berbicara pada dirinya sendiri. "Dari kasus-kasus kecil, kita mungkin akan menemukan petunjuk yang lebih besar. Tentang siapa yang melakukannya."
Beta berdiri di sampingnya, ikut memandangi gerbang itu. Ia mulai memahami sepenuhnya apa yang ada di benak Alpha. "Ini bukan hanya tentang detektif sekolah, kan?" tanyanya pelan. "Kau ingin menggunakan ini untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian Ibumu."
Alpha menoleh, menatap Beta dengan pandangan penuh makna. Ada sekilas kesedihan yang muncul di matanya, namun ia segera menggantinya dengan keteguhan hati yang tak tergoyahkan. "Aku tidak bisa lagi tinggal diam, Beta," katanya. "Aku harus tahu siapa yang melakukannya. Ini adalah langkah pertama untuk menemukan jawabannya. Aku tidak tahu apa yang akan kita hadapi, tapi kita harus mulai dari sini."
Beta terdiam sejenak, mencerna setiap kata yang diucapkan sahabatnya. Meskipun berat, ia tahu bahwa keputusan Alpha sudah bulat. "Apa pun yang terjadi," jawabnya akhirnya, "Aku akan ada di sini, Alpha. Kita akan hadapi semuanya bersama."
Senyum Alpha kali ini terasa lebih ringan, meskipun hanya sedikit. Mereka kembali melangkah, meninggalkan jalan yang sunyi di belakang mereka, menuju gerbang sekolah. Dunia mereka mungkin tampak sama seperti siswa lainnya, tetapi di dalam hati mereka, sebuah perjalanan besar baru saja dimulai.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Sekolah : Kasus CCTV yang rusak
ActionAlpha adalah seorang anak dari detektif yang sangat terkenal, namun saat ibunya terbunuh ayahnya yang seorang detektif terbaik pun jatuh depresi. Dia pun bertekad untuk menjadi detektif yang lebih hebat dari ayahnya agar bisa menguak kasus pembunuha...