Chapter 3 : The First Mission

5 2 0
                                    

Setelah percakapan di gerbang, Alpha dan Beta memasuki ruang kelas yang sepi. Meja di depan mereka penuh dengan kertas berserakan, sebuah laptop terbuka menampilkan dokumen yang belum selesai. Alpha duduk di kursinya, menulis dengan ekspresi serius, sementara Beta memeriksa beberapa catatan di tangannya.

"Kita harus pastikan alasan kita kuat," kata Alpha, suaranya tegas. "Klub ini bukan sekadar hobi. Ini misi."

Beta mengangguk, matanya tak lepas dari catatannya. "Kita tambahkan data nyata," usulnya. "Misalnya, teknik penyelidikan yang bisa diterapkan di sekolah. Itu akan membuatnya terlihat lebih relevan."

Alpha berhenti sejenak dari menulis, lalu menatap Beta dengan ekspresi penuh persetujuan. "Ketua OSIS pasti lebih menerima kalau kita tunjukkan manfaatnya jelas dan serius."

Beta berjalan ke rak di sudut kelas, mengambil sebuah buku referensi, lalu membuka beberapa halaman. "Kita juga harus tunjukkan rencana yang konkret. Kalau terlihat profesional, mereka akan sulit menolak."

Alpha tersenyum kecil, lalu kembali menulis. Hari ini, semuanya harus sempurna.

Beberapa saat kemudian, mereka memasuki ruang OSIS. Ruangan itu rapi dan penuh dengan papan tulis yang berisi jadwal kegiatan organisasi. Di tengah ruangan, Ketua OSIS, seorang siswa dengan aura kepemimpinan yang santai namun tegas, duduk sambil membaca dokumen. Begitu Alpha dan Beta masuk, dia mengangkat wajahnya dan tersenyum ramah.

"Alpha, Beta," sapanya. "Ada apa? Kalian terlihat serius."

Alpha melangkah maju, membawa proposal di tangannya. "Kami ingin mengajukan pembentukan klub detektif," katanya dengan nada yakin. "Proposal ini berisi rencana, tujuan, dan bagaimana klub ini dapat memberi kontribusi nyata pada sekolah."

Beta menambahkan dengan nada yang lebih tenang, "Klub ini bisa melatih siswa berpikir kritis, memecahkan masalah, dan membantu menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman. Kami bahkan sudah menyiapkan misi pertama sebagai bukti keseriusan kami."

Ketua OSIS mengambil proposal dari tangan Alpha, membaca sekilas sambil mendengarkan dengan penuh perhatian. Setelah beberapa saat, dia menatap Alpha dan Beta, menyilangkan tangannya di meja.

"Klub detektif, ya?" ujarnya, senyum tipis di wajahnya. "Menarik. Tapi sebelum saya menyetujui, ada beberapa syarat yang harus kalian penuhi. Pertama, jumlah anggota minimal lima orang. Kedua, tidak ada anggaran dari OSIS sampai kalian menunjukkan hasil nyata. Dan terakhir, saya ingin kalian menyelesaikan misi pertama."

Dia berhenti sejenak, menatap mereka dengan lebih serius.

"CCTV di area belakang sekolah sudah mati selama seminggu, dan kami belum tahu penyebabnya. Itu adalah tugas pertama kalian. Cari tahu apa yang terjadi, dan berikan laporan lengkapnya pada saya."

Alpha dan Beta saling bertukar pandang. Mereka menyadari bahwa ini adalah tantangan besar, tetapi juga peluang emas untuk membuktikan kemampuan mereka.

Alpha mengangguk, senyum penuh keyakinan muncul di wajahnya. "Kami siap menerima tantangan itu, Kak. Kami akan menunjukkan bahwa kami mampu."

Ketua OSIS membalas dengan senyum yang lebih lebar, meskipun tetap mempertahankan ketegasannya. "Baiklah. Saya percaya kalian bisa melakukannya. Tapi ingat, ini bukan hanya soal memecahkan satu kasus kecil. Ini tentang menunjukkan bahwa kalian bisa bekerja sama, berpikir kritis, dan membawa solusi nyata. Jika kalian berhasil, kita akan lanjut ke langkah berikutnya."

Alpha dan Beta menjawab dengan anggukan mantap, tatapan mereka penuh semangat.

"Terima kasih, Kak," ucap Alpha dengan tulus. "Kami tidak akan mengecewakan."

"Saya harap begitu," kata Ketua OSIS, suaranya serius namun hangat. "Buktikan kalau kalian bisa. Selamat bekerja, dan semoga sukses."

Dengan semangat baru, Alpha dan Beta meninggalkan ruangan. Mereka tahu tantangan ini akan sulit, tetapi mereka siap menghadapi apa pun demi membawa misi mereka ke langkah berikutnya.

To be continued...

4o

Detektif Sekolah : Kasus CCTV yang rusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang