Suasana lapangan olahraga sekolah tampak biasa saja. Setelah kegiatan ekstrakurikuler selesai, lapangan yang biasanya ramai kini sepi, hanya beberapa siswa yang berjalan melewati area tersebut. Namun, ada satu hal yang mencolok—CCTV di sudut lapangan tampak tidak berfungsi. Kabelnya tergantung longgar, seolah menunjukkan bahwa sesuatu yang tak beres sedang terjadi.
Tanpa disadari oleh siapa pun, Sigma berdiri di luar pagar, matanya tajam mengamati area tersebut. Ia baru saja selesai berlatih olahraga bersama teman-temannya, namun pandangannya teralihkan oleh sesuatu yang lebih besar.
Sigma
(dalam hati, serius)
CCTV itu... mereka bisa melihat segalanya.Ia memutar otaknya, mengingat kembali bahwa kamera yang rusak ini mengarah langsung ke tempat yang selama ini menjadi titik rawan peredaran narkoba. Tempat itu sering kali tersembunyi di balik aktivitas sekolah, namun transaksi itu terjadi di sini, di lapangan ini.
Di kejauhan, Alpha dan Beta terlihat sedang berbicara serius di dekat pintu masuk sekolah, beberapa langkah dari lapangan. Sigma tahu mereka sedang mengumpulkan informasi terkait CCTV yang mati ini. Ia tak bisa membiarkan mereka terlalu dekat dengan kebenaran.
Sigma
(berpikir, memandang mereka dengan sinis)
Jika mereka terus mengusut ini, semuanya bisa berakhir buruk bagi saya.Sigma mengalihkan pandangannya kembali ke CCTV yang rusak, wajahnya mulai serius. Senyum tipis perlahan muncul, sebuah senyum yang penuh perhitungan. Ia memutuskan untuk ikut campur—tapi bukan dengan cara yang langsung. Sigma tahu, jika dia bisa mengendalikan situasi, kebenaran akan selalu ada di pihaknya.
Ia menarik ponselnya, menekan beberapa tombol dengan cepat. Tak lama, sebuah pesan terkirim kepada Eta, yang kebetulan berada di dekat Alpha dan Beta.
Sigma
(perintah singkat)
Jaga mereka. Jangan biarkan mereka mendekati kebenaran. Kita tidak bisa membiarkan mereka tahu apa yang terjadi di balik layar.Dengan cepat, Sigma menyimpan ponselnya dan berjalan meninggalkan lapangan dengan langkah santai. Namun, matanya tetap terfokus, menyiratkan perhitungan yang mendalam. Ia tahu, permainan ini baru saja dimulai.
Setelah latihan olahraga selesai, Omega berjalan dengan langkah santai menuju kantin. Namun, saat melewati lapangan olahraga, matanya tertuju pada area sekitar CCTV yang rusak. Ia melihat Alpha, Beta, dan Theta sedang berbicara serius di dekat pintu masuk sekolah. Mereka tampaknya membicarakan sesuatu dengan penuh intensitas.
Omega
(meremang, berbicara pada diri sendiri)
Hmm... Detektif sekolah, ya? Benar-benar kegiatan yang konyol.Omega menyeringai, tidak terkesan. Namun, pandangannya terfokus pada CCTV yang tampaknya mati dan tak berfungsi. Lapangan olahraga adalah tempat yang sering ia lewati, dan kadang-kadang, ia tahu ada banyak hal tersembunyi di baliknya—dan kali ini, ia merasakannya.
Omega
(menggerakkan bibirnya, berbicara perlahan)
Kalau mereka benar-benar mencari tahu... bisa jadi mereka akan mengungkap sesuatu yang tak seharusnya diketahui banyak orang.Dia menyandarkan tubuhnya ke pagar lapangan, berpikir sejenak. Omega bukan orang yang suka berurusan dengan hal-hal rumit, namun rasa ingin tahu itu datang begitu saja. Terlebih lagi, saat ia mendengar mereka mengumpulkan informasi tentang CCTV yang mengarah ke lapangan olahraga ini.
Omega
(senyum kecil, berbisik pada diri sendiri)
Ini bisa jadi kesempatan buat aku. Kalau mereka terus menggali lebih dalam, siapa yang tahu apa yang bisa terungkap? Lagipula, detektif di sekolah ini pasti akan memberi perhatian lebih.Omega menatap sekilas ke arah Alpha dan Beta yang masih berbicara serius. Ia tahu mereka berusaha keras, namun baginya, ini hanya permainan kecil yang bisa dimanfaatkan.
Omega
(serius, dengan nada menantang)
Sepertinya aku bisa "memberikan kontribusi" lebih. Apa salahnya sedikit ikut campur?Tentu saja, Omega tahu cara bermain. Dan kali ini, ia merasa dirinya bisa memanfaatkan situasi yang tengah berkembang.
Beberapa saat kemudian, Omega melangkah masuk ke ruang kelas tempat Alpha dan Beta berkumpul. Kali ini, ia lebih santai, seolah tidak terlalu serius meskipun ketegangan di ruangan itu mulai terasa.
Omega
(menyeringai, dengan nada mengejek)
Kalian masih berusaha memecahkan misteri itu? Kalau ingin sukses, kalian butuh lebih dari sekadar tekad.Alpha dan Beta saling pandang, terkejut. Namun, keduanya tidak terlalu terpengaruh dengan sikap Omega yang acuh tak acuh. Theta hanya tersenyum sinis, merasa sedikit terganggu dengan kehadiran Omega yang mencoba ikut campur.
Omega
(memandang sekitar ruangan, dengan ekspresi seolah mengevaluasi)
Mungkin aku bisa "memberikan beberapa saran" pada kalian. Terkadang, cara yang lebih santai justru lebih efektif daripada mencari jejak secara membabi buta.Alpha menatap Omega dengan waspada, tahu bahwa Omega sedang mencoba sesuatu. Tapi dia belum tahu seberapa dalam peran Omega dalam semua ini. Omega hanya tersenyum kecil, seolah mempermainkan mereka, namun di balik senyum itu, dia sudah merencanakan langkah berikutnya.
Omega
(dalam hati, merenung)
Jika ada celah dalam penyelidikan mereka, aku pasti akan menemukannya—dan siapa tahu, aku yang akan mengambil panggung besar merekaKehadiran Omega di ruang kelas itu bukan hanya untuk mengganggu—tetapi mungkin, justru untuk menggerakkan potongan-potongan puzzle yang tersembunyi lebih jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Sekolah : Kasus CCTV yang rusak
ActionAlpha adalah seorang anak dari detektif yang sangat terkenal, namun saat ibunya terbunuh ayahnya yang seorang detektif terbaik pun jatuh depresi. Dia pun bertekad untuk menjadi detektif yang lebih hebat dari ayahnya agar bisa menguak kasus pembunuha...