Chapter 4 : Reqruitment

4 0 0
                                    

Pagi itu, koridor utama sekolah terasa ramai seperti biasa. Suara langkah kaki dan obrolan siswa yang bergegas menuju kelas memenuhi udara. Di depan papan pengumuman, Alpha dan Beta berdiri berdua. Mereka memegang beberapa lembar poster yang baru saja selesai dicetak, dengan desain sederhana namun mencuri perhatian.

Poster itu menampilkan tulisan besar yang menonjol:
"Bergabunglah dengan Klub Detektif Sekolah! Menyelesaikan Kasus Nyata!"
Di bawahnya, detail singkat tentang misi pertama mereka tercantum:
"Memecahkan misteri CCTV yang mati di area belakang sekolah."

Alpha menatap hasil kerja mereka dengan penuh kepuasan, tangannya menyentuh salah satu poster yang baru ditempelkan. "Ini langkah pertama kita, Beta," katanya dengan senyuman percaya diri. "Kita sudah siap untuk mulai mencari anggota."

Beta hanya mengangguk pelan. Ekspresinya lebih tenang, tapi sorot matanya mengungkapkan sedikit kegelisahan. "Semoga mereka tertarik," gumamnya. "Kita perlu anggota yang benar-benar serius."

Alpha menepuk bahu Beta, berusaha menenangkan temannya. "Kita akan temukan mereka," katanya mantap.

Beberapa siswa mulai melewati papan pengumuman. Reaksi pun bermunculan—beberapa hanya melirik sekilas, sementara yang lain memperlambat langkah untuk membaca lebih detail. Dari kerumunan itu, beberapa orang menonjol dengan caranya masing-masing.

Theta: Semangat yang Menggebu

Di ujung koridor, Theta berjalan santai sambil bersiul kecil. Matanya menangkap tulisan besar di poster itu, dan langkahnya langsung terhenti. Seperti anak kecil yang menemukan mainan baru, wajahnya seketika cerah. "Wah!" serunya, lebih kepada dirinya sendiri. "Klub detektif? Keren banget!"

Dia berdiri terpaku selama beberapa detik, memandangi poster itu dengan tatapan penuh semangat. "Petualangan, misteri... ini pasti seru! Aku harus ikut!"

Tanpa pikir panjang, Theta melangkah cepat menuju Alpha dan Beta yang masih berdiri di depan papan pengumuman. "Aku mau gabung!" serunya antusias, bahkan sebelum Alpha sempat menyadari kedatangannya. "Aku pengen jadi detektif keren kayak kalian! Ini pasti penuh petualangan!"

Alpha dan Beta saling berpandangan, sedikit terkejut dengan energi Theta yang meluap-luap. Tapi Alpha segera tersenyum. "Kamu sudah terpilih, Theta. Selamat datang di klub detektif," katanya sambil mengulurkan tangan.

Theta menyambut uluran itu dengan semangat. "Aku nggak sabar untuk mulai!" katanya, nyaris melompat kegirangan.

Eta: Daya Tarik Teknologi

Sementara itu, Eta berdiri di dekat loker, sibuk merapikan buku-bukunya. Dari sudut matanya, ia melihat poster mencolok itu. Dia terdiam sejenak, kemudian berjalan mendekat untuk membaca lebih jelas.

"Klub detektif," gumamnya pelan, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri. "Kalau mereka butuh bantuan teknis, aku bisa berguna." Sebuah senyum kecil tersungging di sudut bibirnya. "Menarik."

Dengan langkah santai, Eta mendekati Alpha dan Beta yang masih sibuk menempelkan poster tambahan. "Kalau kalian butuh seseorang untuk urusan teknis," katanya tanpa basa-basi, "aku bisa bantu. Aku ahli memodifikasi alat atau membuat gadget. Mungkin detektor atau semacamnya."

Alpha menatap Eta dengan pandangan penuh minat. "Kita butuh orang seperti kamu," katanya, suaranya terdengar lebih bersemangat dari sebelumnya. "Selamat datang di klub."

Eta mengangguk ringan, tanpa banyak ekspresi. "Baiklah," katanya. "Kita lihat sejauh mana klub ini bisa berjalan."

Beta: Pengamat di Balik Layar

Beta tetap diam di tempat, memperhatikan reaksi siswa-siswa lain yang lewat. Tidak seperti Alpha, yang antusias, atau Theta, yang bersemangat, Beta lebih suka mengamati situasi dari kejauhan. Baginya, keberhasilan klub ini tidak ditentukan oleh keramaian, melainkan kerja keras di balik layar.

Dalam hati, ia berbicara kepada dirinya sendiri. "Klub ini akan menarik banyak orang dengan karakter yang berbeda-beda," pikirnya. "Tapi yang terpenting adalah memastikan kita tetap fokus pada penyelidikan, tanpa terlalu banyak gangguan."

Tanpa mengatakan apa-apa, Beta kembali menunduk pada laptopnya, memastikan semua persiapan berjalan lancar. Alpha mungkin adalah wajah dari klub ini, tapi Beta tahu dirinya adalah otak yang menjaga semuanya tetap teratur.

Koridor sekolah terus dipenuhi oleh siswa-siswa yang penasaran. Poster rekrutmen itu menjadi daya tarik utama pagi itu, dan perlahan-lahan, langkah pertama Klub Detektif Sekolah mulai terlihat. Dengan anggota yang mulai berkumpul—dari Theta yang penuh semangat hingga Eta yang tenang—Alpha dan Beta tahu bahwa perjalanan ini akan penuh tantangan, tetapi juga penuh potensi.

Saat poster itu menarik perhatian beberapa siswa yang lalu-lalang, sosok Omega muncul di keramaian. Ia berjalan dengan gaya santai, rambutnya tertata rapi, dan jas sekolahnya dikenakan dengan kesan elegan. Tatapan matanya yang penuh percaya diri segera menangkap poster di papan pengumuman.

Omega berhenti, menatap poster itu dengan senyuman kecil yang lebih mirip sindiran. Lalu, dia terkekeh pelan, penuh ejekan.

"Klub detektif sekolah? Hah!" gumamnya dengan nada sarkastik. "Itu ide yang... sangat kreatif. Mungkin kalian bisa menyelidiki masalah besar lain, seperti kenapa pensil selalu hilang saat ujian."

Omega mendekati Alpha dan Beta dengan langkah santai. Ia menyentuh rambutnya dengan sikap arogan sebelum berbicara. "Serius nih, Alpha, Beta? Menyelidiki CCTV rusak? Sejak kapan itu jadi sesuatu yang penting? Ini cuma alasan buat kalian cari perhatian, ya?"

Alpha menatap Omega tajam, tapi ia tetap tenang. Ia tahu, meladeni komentar Omega hanya akan membuang-buang waktu.

"Kami serius, Omega," jawab Alpha dengan nada tegas. "Kami percaya ini bukan soal kerusakan CCTV, tapi mencari kebenaran di baliknya. Kamu mungkin tidak melihat apa yang kami lihat, tapi itu bukan masalah kami."

Omega menyeringai sinis. "Oh, tentu saja. Tujuan mulia. Tapi serius, Alpha, ini hanya masalah kecil. Nggak ada yang bakal peduli, kecuali kalian memang butuh panggung untuk tampil."

Beta, yang lebih memilih diam selama ini, akhirnya angkat bicara. Suaranya tenang, tapi tajam. "Kalau kamu nggak tertarik, jangan ganggu. Kita nggak butuh orang yang cuma mau pamer tanpa kontribusi nyata."

Omega tertawa kecil, nyaris seperti mengejek. "Oke, oke. Jangan terlalu serius, Beta. Aku cuma ingin lihat sejauh mana kalian bisa membawa 'ambisi besar' ini. Tapi jangan kaget kalau ternyata ini cuma berakhir jadi bahan tertawaan."

Dengan langkah santai, Omega meninggalkan mereka, masih dengan senyum sinis di wajahnya.

Alpha menatap kepergian Omega dengan sedikit kesal, tapi ia tidak membiarkan itu menggoyahkan tekadnya.

"Tak apa, Beta," katanya. "Dia tidak melihat potensi yang kita miliki, tapi kita akan membuktikannya. Kita fokus pada orang-orang yang percaya pada tujuan kita."

Beta mengangguk. "Benar. Kita punya hal yang lebih penting untuk dikerjakan daripada memikirkan apa yang dia katakan."

Di ruang kelas, anggota klub lainnya—Theta dan Eta—sudah berkumpul. Theta sibuk memainkan ponselnya di meja belakang, sementara Eta sedang memeriksa alat-alat yang ia bawa, mungkin mencoba mencari tahu apa saja yang bisa ia gunakan untuk membantu misi mereka.

Alpha membuka buku catatan, sedangkan Beta mulai mengetik di laptopnya. Mereka tampak serius, meski suasananya tetap santai.

Omega masuk ke kelas dengan langkah percaya diri, matanya melirik sekilas ke arah mereka. Dengan senyuman khasnya, ia masih tampak meremehkan.

"Klub detektif sekolah... benar-benar ide yang lucu," gumamnya. "Tapi, mari kita lihat apa yang bisa mereka lakukan."

Sementara itu, Alpha, Beta, dan anggota lainnya tahu, perjalanan mereka baru saja dimulai. Komentar Omega hanya menjadi bahan bakar tambahan untuk membuktikan bahwa klub ini bukan sekadar lelucon.

Detektif Sekolah : Kasus CCTV yang rusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang