Saat semua anggota tim meninggalkan ruang kelas setelah pertemuan yang penuh ketegangan, Eta tetap berada di tempat yang sama. Dia berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke halaman sekolah yang sepi, menatap langit senja dengan tatapan kosong. Udara yang mulai dingin mengalir pelan, membawa ketenangan yang kontras dengan kegelisahan yang mengisi hatinya. Dia bisa mendengar percakapan samar dari luar, suara langkah kaki teman-temannya yang semakin menjauh, namun pikirannya masih terjebak pada pilihan yang harus dia ambil.
Eta menatap bayangan dirinya yang terpantul di jendela, seolah mencari jawaban di sana. Wajahnya tampak serius, namun ada sedikit kecemasan yang tak bisa ia hilangkan. Senyuman kecil muncul di wajahnya, tetapi tidak ada kebahagiaan dalam senyuman itu. Hanya ketegasan yang perlahan tumbuh, seiring dengan suara hatinya yang mulai bergema lebih keras.
"Ini bukan tentang aku. Ini bukan tentang apa yang aku takuti atau apa yang bisa terjadi padaku. Ini tentang semua yang sudah terjadi... tentang kebenaran yang akhirnya harus terungkap."
Sebuah napas panjang terhela dari dadanya. Setiap hembusan seperti membebaskan sedikit rasa takut yang masih mengikatnya. Dalam keheningan itu, dia semakin merasa bahwa tidak ada lagi pilihan selain bertindak.
Dengan keyakinan yang baru tumbuh, Eta menguatkan hatinya.
"Sigma sudah terlalu lama bermain dengan hidup orang lain. Aku tidak akan diam lagi. Aku akan bantu tim ini... Untuk mengungkapkan apa yang benar-benar terjadi."
Wajah Alpha yang penuh tekad dan Beta yang cemas terbayang dalam pikirannya. Mereka mengandalkannya.
"Aku harus berjuang, bukan untuk diriku, tapi untuk mereka yang bahkan tidak tahu seberapa dalam kejahatan ini sudah meresap."
Setelah momen hening itu, Eta menghela napas dalam-dalam. Tanpa ragu, dia berjalan keluar dari ruang kelas. Pikirannya sudah bulat. Tidak ada lagi waktu untuk keraguan.
Ketika dia keluar, Alpha, Beta, dan Theta sudah menunggu di halaman. Mereka berdiri di bawah sinar matahari senja yang semakin redup, suasana mereka tampak lebih serius dari sebelumnya. Ketika Eta mendekat, Alpha melihat ke arahnya dan memberikan anggukan kecil. Tanpa kata-kata yang mengganggu, Eta langsung bergabung dan berdiri bersama mereka.
"Bagus," kata Alpha dengan tatapan serius. "Kita perlu berpikir lebih strategis sekarang. Sigma bukan orang yang mudah diperkirakan. Ini akan lebih berbahaya dari yang kita bayangkan."
Eta menatap Alpha dengan tatapan yang penuh tekad, suaranya tenang, namun penuh kekuatan.
"Jangan khawatir. Aku sudah memutuskan untuk ikut terlibat lebih jauh. Kalau kita harus berhadapan dengan Sigma, kita harus siap."
Beta terlihat agak terkejut, namun ada rasa lega yang jelas di wajahnya. "Jadi, kau akan ikut menyelidiki lebih dalam? Itu... aku senang mendengarnya, Eta."
Theta memberikan senyum tipis, mencoba melonggarkan ketegangan yang masih mengintai. "Akhirnya, kita punya semua orang yang diperlukan untuk menghadapi Sigma."
Omega, yang sejak tadi diam, mengamati Eta dengan tatapan tajam. Meski masih ada sindiran di dalam suaranya, ada sedikit rasa hormat yang tak bisa disembunyikan. "Jadi, kamu akhirnya benar-benar bergabung, ya? Kita lihat saja seberapa jauh kalian bisa berjalan dengan rencana ini."
Eta hanya memberikan senyum tipis sebagai tanggapan, tak mempermasalahkan pernyataan Omega yang selalu penuh sindiran. Bagi Eta, kini hanya satu hal yang penting—menyelesaikan misi ini bersama mereka. Tidak ada lagi jalan mundur.
Dengan tekad yang semakin kuat, mereka memulai penyelidikan lebih mendalam. Rencana mulai disusun, informasi dikumpulkan, dan setiap langkah mereka semakin penuh risiko. Namun, semakin mereka mendekati kebenaran, semakin nyata ancaman yang datang dari Sigma. Eta semakin waspada terhadap pergerakan Sigma, meskipun dia menyembunyikan banyak hal, rasa cemas yang semakin mendalam tak bisa ia hilangkan.
Mereka semua tahu bahwa perjalanan ini akan penuh tantangan. Pilihan yang harus diambil semakin sulit, dan mungkin, di tengah-tengahnya, akan ada pengkhianatan yang tak terduga. Akankah mereka mampu mengungkap kejahatan Sigma tanpa terjebak dalam permainan licik yang dia mainkan?
Dengan Eta yang kini sepenuhnya terlibat, cerita ini semakin berkembang menuju puncak ketegangan yang menggugah, di mana mereka akan dihadapkan dengan ujian sejati dari segala yang mereka percayai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Sekolah : Kasus CCTV yang rusak
ActionAlpha adalah seorang anak dari detektif yang sangat terkenal, namun saat ibunya terbunuh ayahnya yang seorang detektif terbaik pun jatuh depresi. Dia pun bertekad untuk menjadi detektif yang lebih hebat dari ayahnya agar bisa menguak kasus pembunuha...