Chapter 15 : Kebeneran ETA

2 0 0
                                    


Lampu-lampu sekolah yang redup menyinari ruang kelas yang sepi.
Alpha, Beta, Theta, dan Omega duduk melingkar di meja panjang, menunggu Eta yang kini berdiri di depan papan tulis. Eta tampak sedikit ragu, matanya menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong, seolah mencari kekuatan untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat berat. Udara malam terasa kaku, seolah menahan napas bersama Eta yang perlahan mulai membuka mulutnya.

Dengan tarikan napas dalam, Eta memulai berbicara, suaranya rendah namun penuh ketegasan.
"Sigma... bukan hanya sekadar siswa nakal. Dia adalah bagian dari jaringan yang lebih besar—kartel narkoba yang sudah beroperasi di sekolah ini sejak lama. Aku tahu lebih banyak dari yang kalian kira, karena aku melihatnya langsung, meskipun mungkin kalian tidak pernah menyadarinya."

Semua anggota klub detektif terdiam, terkejut mendengar pengakuan ini. Mereka saling memandang, mencoba mencerna apa yang baru saja didengar, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.

Alpha, yang dari tadi diam, menatap Eta dengan tajam, matanya mulai mengeras penuh kecurigaan.
"Apa maksudmu? Jadi, Sigma sudah lama terlibat dalam bisnis itu?"

Eta mengangguk pelan, matanya menunduk, suaranya kini semakin berat.
"Ya. Mungkin kalian tidak tahu, tapi prestasi sekolah kita yang dulu begitu bagus, kini hancur karena dia. Semua itu disebabkan oleh peredaran narkoba yang dijalankan oleh Sigma dan teman-temannya. Dan yang lebih parah lagi, segala macam kasus di sekolah yang berhubungan dengannya—bullying, kecelakaan, bahkan penganiayaan—selalu diselesaikan dengan uang dan ancaman."

Beta, yang duduk di sebelahnya, terlihat gelisah, mencoba memahami.
"Tunggu, jadi selama ini kasus-kasus yang melibatkan Sigma selalu ditutup begitu saja, dengan suap?"

Eta menelan ludah, suaranya lebih dalam, penuh penyesalan yang mendalam.
"Benar. Dan yang lebih kejam, banyak orang yang takut melapor. Jika ada yang coba mengungkapkan kebenaran, mereka langsung diberi ancaman, atau lebih buruk... dibungkam dengan cara lain. Banyak orang tua yang tak bisa berbuat apa-apa karena mereka tak punya pilihan. Sigma selalu punya koneksi, terutama dengan orang-orang berkuasa."

Theta, yang selama ini mendengarkan dengan cemas, akhirnya membuka mulut.
"Jadi, itu sebabnya Sigma bisa terus bertahan, meskipun selalu ada kekacauan di sekolah ini."

Eta menghela napas panjang, menunduk, dan terdiam sejenak. Kemudian, dengan suara yang hampir tak terdengar, dia melanjutkan.
"Ini sudah berjalan terlalu lama. Aku tahu banyak hal yang mungkin tak bisa kalian bayangkan. Sigma selalu mengancam orang, selalu memanfaatkan kekuasaannya untuk menutup mulut mereka yang coba berbicara."

Suasana menjadi semakin berat, dengan setiap kata-kata Eta yang menyelam lebih dalam ke dalam kenangan pahit yang tak mudah dilupakan. Tanpa disadari, tatapannya melamun, jauh ke dalam dirinya. Raut wajahnya semakin suram, seolah hampir tak mengenali dirinya sendiri dalam kilas balik yang begitu menghancurkan.

Dengan nada lebih pelan, hampir seperti bisikan, Eta melanjutkan, suaranya bergetar.
"Saat aku masih kecil, ayahku bekerja sebagai pegawai biasa. Tapi dia terseret dalam jaringan yang sama, bekerja untuk orang yang salah. Sejak itu, hidup kami berubah. Aku tahu persis bagaimana rasanya melihat keluarga terjerat dalam permainan kotor. Ayahku dipaksa bekerja untuk mereka, dan jika ada yang melawan... mereka akan mengancam untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang brutal. Aku bukanlah orang yang kuat untuk melawan itu."

Semua terdiam. Hanya hening yang memenuhi ruangan, terasa berat dengan setiap kata-kata Eta yang menguak luka lama. Alpha dan Beta merasakan hati mereka terjerat oleh empati, sementara Theta dan Omega hanya terdiam, seolah mencerna betapa beratnya kenyataan yang baru saja terungkap.

Alpha, yang semula dingin, akhirnya membuka mulut dengan suara pelan namun penuh empati.
"Eta, kami tidak tahu semuanya tentangmu. Tapi kami akan membantumu. Tidak ada yang bisa terus menerus terjebak dalam kegelapan seperti ini."

Eta terdiam sejenak, menatap Alpha dengan tatapan penuh tekad. Mata mereka bertemu, dan di sana, sebuah keputusan besar seolah terbentuk.
"Aku tahu kalian semua akan melakukan hal yang sama, karena ini bukan hanya tentang aku atau Sigma. Ini tentang apa yang sudah terjadi di sekolah ini dan seberapa besar dampaknya terhadap kehidupan orang-orang yang tidak bisa melawan."

Beta, yang mendengarkan dengan semangat membara, mendekati Eta dengan tatapan penuh tekad.
"Kita sudah sampai sejauh ini. Tidak ada lagi jalan mundur. Kita akan berhenti hanya ketika kita mengungkap semuanya."

Omega, meskipun menyeringai dengan nada santai, terlihat lebih serius dari sebelumnya.
"Jadi, kita semua sudah sepakat. Kita akan mengungkap Sigma dan kartelnya. Terlepas dari bahaya apa pun."

Theta, dengan ketegasan yang tidak terbantahkan, ikut menambahkan,
"Ini adalah perang. Dan kita akan menang, bersama-sama."

Di saat itu, suasana di sekitar mereka terasa penuh dengan keteguhan dan tekad. Eta, yang sebelumnya terperosok dalam kebingungannya, kini merasa lebih kuat. Bersama tim detektif sekolah, dia siap menghadapi apa pun yang datang. Kebenaran harus terungkap, dan tidak ada lagi yang bisa menghalangi mereka.

Detektif Sekolah : Kasus CCTV yang rusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang