Chapter 18 : Terus Lari

1 0 0
                                    

Pasukan Sigma bergerak cepat, terorganisir dengan sempurna. Langkah kaki mereka yang berat dan suara mesin mobil yang menggema di malam yang hening memberi tanda bahwa mereka datang. Mereka tahu apa yang mereka cari dan tidak akan berhenti sampai mereka menemukannya. Gedung sekolah yang biasanya sunyi kini terasa seperti perangkap. Alpha dan yang lainnya mulai menyadari kenyataan yang lebih besar—mereka tidak hanya menghadapi Sigma seorang diri. Mereka menghadapi jaringan yang kuat, berbahaya, dan tak terduga.

Di tengah kekacauan itu, satu sosok tampak tetap tenang. Eta, yang selama ini menjaga ketenangannya dalam setiap situasi, membuka tas kecilnya dengan gerakan cepat namun hati-hati. Di dalamnya, tergeletak alat pemancar api yang sudah lama ia siapkan. Ia tahu bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan untuk mengalihkan perhatian pasukan Sigma dan memberi mereka celah untuk melarikan diri.

Dengan tatapan tajam, Eta menatap alatnya untuk beberapa detik, memastikan semuanya siap. Lalu, dengan suara yang terkontrol, ia berkata, "Jika kita tidak bisa keluar dengan tenang, kita akan buat mereka sibuk dengan sedikit kekacauan."

Tanpa ragu, Eta menekan tombol di alat pemancar, menciptakan ledakan kecil yang memekakkan telinga. Suara itu memecah keheningan malam, mengguncang lorong dan mengalihkan perhatian pasukan Sigma yang sedang bergerak menuju ruang kelas. Ledakan itu cukup untuk membuat pasukan Sigma bingung, memberi kesempatan bagi Alpha dan yang lainnya untuk melarikan diri.

Alpha tidak membuang waktu. Dengan cepat, ia berlari ke depan, memimpin kelompok. "Ayo, cepat! Kita tidak punya banyak waktu! Ikuti aku!" teriaknya, suaranya penuh tekanan, namun penuh tekad.

Beta mengikuti dengan semangat yang membara, berlari tanpa ragu. "Kita bisa melakukannya! Ini kesempatan kita!" serunya, matanya berkilau dengan semangat yang hampir menular.

Omega, meskipun tetap tenang, tahu bahwa mereka tidak akan dibiarkan pergi begitu saja. Dengan langkah mantap, ia memperingatkan mereka. "Jangan terlalu cepat. Kita harus berpikir. Mereka tidak akan membiarkan kita pergi begitu saja." Suaranya terdengar hati-hati, namun tetap berisi perhitungan.

Di belakang mereka, Theta berlari dengan cemas, namun matanya tetap fokus. "Jangan berhenti, terus maju! Kita harus temukan tempat aman!" teriaknya, meskipun jelas terlihat kegelisahan di wajahnya.

Sementara itu, Eta masih berada di belakang, memantau setiap detik yang berlalu. Ia memastikan bahwa ledakan dari pemancar api cukup membuat kebingungan di pihak lawan, memberi mereka waktu yang sangat berharga. Namun, ia tahu bahwa waktu mereka semakin terbatas. Dalam sekejap, Eta menutup tasnya dan berlari mengejar teman-temannya.

Dengan langkah cepat dan penuh tekad, Eta menyusul mereka. Bersama-sama, mereka berlari menuju lorong yang semakin sempit, berusaha mencapai jalan keluar yang semakin dekat. Adrenaline mengalir deras dalam tubuh mereka, memacu mereka untuk terus maju. Tetapi mereka tahu, setiap detik yang berlalu semakin mendekatkan mereka pada bahaya yang lebih besar. Namun mereka tidak punya pilihan—berhenti bukanlah opsi.

Detektif Sekolah : Kasus CCTV yang rusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang