Akhirnya end jugaa, makasih atas dukungan dan beberapa komentar positifnya buat selama ini readers😍 maafin kadang ada beberapa kata-kata yang typo atau salah penulisan nama tokohnya juga.
Dan jangan lupa mampir ke cerita aku yang lainnya, semuanyaa di jamin ga kalah seruu toh🤗
Selamat membacaaaa...
"Operasinya berhasil dilakukan" ungkap dokter saat keluar dari ruang operasinya.
Kabar keberhasilan operasi membawa gelombang kelegaan yang tak tertahankan di ruang tunggu rumah sakit. Saat dokter keluar dan mengumumkan bahwa prosedurnya berjalan lancar, Samuel langsung jatuh terduduk di kursi. Matanya memerah, dan tanpa bisa ditahan, air mata mengalir deras di pipinya. Ia menangis, ia benar-benar meluapkan emosi yang telah ia tahan sejak mendengar Luca telah dilarikan ke rumah sakit.
James menepuk bahu Samuel dengan lembut. “Sudah ku bilang dia baik-baik saja, Sam,” katanya, meskipun ia sendiri berusaha menyembunyikan rasa sedihnya. Felix, yang berdiri tak jauh dari mereka, hanya menunduk sambil mengusap wajahnya. Ia juga telah merasakan dadanya seakan dihantam berkali-kali, tetapi kini ia merasa lega dan tenang.
Malam itu, Samuel memutuskan untuk tetap di rumah sakit tak peduli apa pun yang terjadi. Ia tidak akan meninggalkan Luca sendirian lagi bahkan untuk satu menit pun. Ia duduk di kursi di sebelah ranjang Luca dan menggenggam tangan pucat pria itu dengan erat, seolah takut jika ia melepaskannya, Luca akan menghilang begitu saja.
Keesokan harinya, Luca telah sadar dan ia perlahan membuka kedua matanya. Cahaya pagi yang menerobos masuk melalui tirai jendela rumah sakit terasa begitu menyilaukan. Luka di tubuhnya terasa menyakitkan, tetapi entah bagaimana ia merasa hangat. Saat pandangannya mulai jelas, ia tidak sengaja melihat kearah Samuel yang duduk di sampingnya, kepala pria itu tertunduk lelah namun tetap menggenggam tangannya erat. Luca menggerakkan jari-jarinya pelan dan membelai punggung tangan Samuel. Sentuhan lembut itu cukup untuk membuat Samuel terbangun dengan cepat. Begitu ia melihat Luca sadar, matanya langsung dipenuhi air mata lagi. “Luca… akhirnya kau sadar.....terima kasih Tuhan…” katanya dengan suara parau.
Luca masih mampu tersenyum meskipun dirinya terlihat sangat lemah. Ia menggerakkan jarinya dengan pelan keatas telapak tangan Samuel, membentuk kata-kata yang menjadi satu-satunya cara mereka berkomunikasi. “Apa aku masih hidup?” tulis Luca diatasnya. Samuel tertawa kecil meskipun matanya terlihat basah. “Ya, kau masih hidup, bodoh. Kau berhasil melewati ini semua.”
Sepanjang hari itu, mereka menghabiskan waktu berbicara dengan cara yang hanya mereka berdua pahami. Luca menulis kata-kata dengan jarinya, sementara Samuel menjawab dengan penuh semangat dan begitu lembut. Samuel menceritakan betapa khawatirnya ia beberapa hari ini. Samuel juga tidak lupa untuk berbagi cerita bagaimana aktivitasnya selama di Eropa dan ia juga menunjukan foto-foto tempat yang telah ia kunjungi disana.
"Maafkan aku, karena aku kau harus meninggalkan pertandingannya." tulis Luca diatas telapak tangan Samuel.
Samuel sontak menggeleng dengan cepat, ia menyangkal bahwa dirinya tidak pernah merasa menyesal sama sekali untuk meninggalkan pertandingannya. Baginya pertandingan itu bukanlah apa-apa dibandingkan dengan Luca.
"Oh iya aku janji, aku akan membawamu kesana kita akan tinggal berdua disana dan menghabiskan sisa hidup kita." timpal Samuel yang berhasil membuat Luca terkejut. Tapi ia tidak menolaknya Luca malah mengangguk lemah dan tersenyum indah kepada Samuel.
Sepanjang hari itu, Samuel banyak menghibur Luca dan membuatnya tidak merasa kesepian sedikitpun. Felix dan James juga kadang ikut nimbrung bersama namun mereka tidak sebetah Samuel yang bahkan Luca sedang tidur untuk istirahat pun Samuel masih menjaganya disisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Silent Lover [END]
RomanceKetika si bisu menjadi kekasih pria terpopuler disekolahnya