Bab 33.

77 29 0
                                    

Tak pernah terbesit dalam pikiran jo jika dia harus bertemu dengan Nicholas di tempat umum yg seperti ini, dia pikir pertemuan nya yg pertama sudah cukup dengan dia memberitahu jalan kearah kampus kemaren. Namun seperti nya semesta ingin dia bermain dulu dengan keadaan yg sebenarnya, bertemu dengan Nicholas sekali lagi tentu saja takdir yg tidak bisa jo hindari.

Tangan jo lekas mengambil buku dan dengan langkah terburu-buru dia pergi meninggalkan Nicholas, nicho yg melihat itu justru menahan lengan jo membuat langkah jonathan terhenti.

"Gimana kabar ibu?" Tanya nya membuat Jonathan menghela nafas berat.

"Baik."

"Sudah sangat lama aku tidak tau kabar tentang kalian."

"Jangan dibahas lagi tentang apapun perihal kami."

"Jo, aku mau bicara sama kamu. Apa kamu ada waktu?"

Jonathan lekas menatap kearah nicho "mau kak nicho apasih sebenarnya, sudah bagus kita sebagai orang asing yg tidak saling mengenal didalam kampus. Harusnya juga begitu diluaran kampus, kak."

"Gak mungkin aku mengacuhkan kamu, jo."

"Biarkan saja dengan semestinya."

Jonathan lekas pergi dari hadapan nicho dia tidak akan pernah memulai luka yg dia dapatkan di masa lalu lagi, baginya sudah bagus Nicholas menjadi orang asing sejak pertama kali bertemu setelah sekian lama. Namun hari ini kenapa harus bertanya tentang hal yg Jonathan tidak ingin dengar.

Kabar ibu, bahkan dia tidak tahu kabar ibunya selama ini. Karena sejak dulu dia sudah pergi dari rumah akibat pengusiran sang ibu, lantas kenapa Nicholas harus membuka luka lama yg sudah dia balut sebaik mungkin ini.

Sedangkan Nicholas hanya menatap nanar kepergian Jonathan tanpa dia cegah lagi, mungkin kebanyakan orang lihat dia sosok yg mudah tertawa dan tersenyum layak nya matahari bersinar, namun ketahuilah dalam hati seorang Nicholas sebenarnya rapuh.

"Aku tidak bermaksud menjadikan kamu orang asing, jo."

Memang tidak ada niat buat seorang Nicholas menjadikan Jonathan menjadi orang asing, bahkan saat dia memegang ponsel Venus dan mendengar suara Jonathan yg seperti kebingungan darah nya berdesir hebat, dan bahkan juga saat dia menjemput Jonathan dan Virgo sebenarnya Nicholas mau memeluk Jonathan jadi bagian mana yg menciptakan mereka jadi asing, hanya masa lalu mereka mungkin yg menjadi canggung satu sama lain.



"Tuh kan apa gue bilang pasti kita diterima" ujar Venus dengan senyum yg lebar.

Lintang mengangguk kepalanya tanda dia mengerti dan juga merasa lega karena mereka telah di terima disalah satu restoran Jepang, bahkan mereka berdua akan disuruh datang lagi dan mulai kerja besok sesuai dengan pulang kuliah mereka.

"Gue masih gak nyangka aja jadi pelayan restoran."

"Apalagi gue."

"Tapikan keluarga lo punya toko roti cukuplah ya jadi pelajaran nanti menjadi pelayan."

"Bego, toko roti dan restoran jelas beda sistem nya. Toko roti ibu gue juga gak besar lo liat itu restoran tempat kita kerja gede nya kayak gimana."

"Hm, iya sih. Tapi apapun itu gue seneng akhirnya gue bisa cicil hutang yg banyak itu sama kak pandu."

"Segitu sensinya lo sama kak pandu, tapi ya kalau dipikir lagi kak pandu ganteng loh."

"Gue bilangin kak sky nih."

"Bilangin apa" seru sky yg ternyata sudah didepan mereka.

Baik Venus dan lintang tentu merasa terkejut dengan kedatangan sky yg serba mendadak, lintang lekas menarik diri Venus menghadap ke belakang agar sky tidak tahu dia membicarakan apa.

"Ve, lo undang kak sky kesini" bisik lintang membuat Venus menggeleng kepala kuat.

"Terus darimana kak sky tau ya" hanya celengan yg venus jawab.

Dirasa tidak ada obrolan lagi lekas keduanya menghadap kearag sky, senyum canggung Venus terlihat Dia lekas menghampiri sky dan.

"Kak sky mau makan di restoran itu?" Tanya Venus basa basi.

"Nggak, tadi gak sengaja lewat sini dan lihat kalian makanya berhenti."

"Oh, aku pikir mau makan disini soalnya kan emang aku gak ada bilang mau interview disini."

"Udah selesai kan?"

"Udah kok ini kita mau pulang ke kosan."

"Yuk" ajak sky sambil memegang tangan Venus.

"Tapi kak, lintang gimana."

"Eh, gue mah gampang pulang sendiri. Lo bareng sama kak sky aja."

"Beneran lo gapapa."

"Hm, beneran lah. Lo pikir gue bocah apa yg takut pulang sendirian."

"Ya bukan gitu, gue cuman khawatir lo di culik doang tang."

"Sialan."

Venus terkikik geli begitupun sky yg sudah tersenyum tipis melihat interaksi antara Venus dan juga lintang, Venus pun berpamitan dengan lintang dan langsung mengikuti langkah sky buat masuk kedalam mobilnya.

"Ve, jangan lupa besok kita antar lamaran di cafe" kata lintang dan Venus menjawab dengan jempol semata.




Ternyata tujuan sky menjemput venus adalah dia ingin kencan seperti orang kebanyakan pacaran, ya memang mereka sudah resmi pacaran kemaren dengan sky mengeluarkan segala macam uneg uneg nya kemaren, walaupun sebenarnya masih ada sky tutupi dari venus yg menjadi alasan dia pergi dari venus, namun sky juga punya alasan kenapa dia melakukan hal itu.

Baik Venus juga orang nya tidak memaksa bahkan mungkin alasan sky sudah dia lupakan, hal terpenting adalah mereka bisa bersama sampai batas mampu mereka. Walaupun sebenarnya sky mampu menjaga dan memperjuangkan venus jika nanti sang kakek mengetahui nya. Maka sky sudah siap dengan resiko apapun.

Sambil berpegangan tangan keduanya masuk kedalam mall terkenal di sebuah kota jakarta, ini adalah kali pertama venus datang mengunjungi mall tersebut. Biasanya dia tidak pernah paling mentok cafe dan itupun tidak jauh dari kosan nya.

"Waah, udah lama sekali aku gak kesini" kata Venus menikmati aroma mall didalam nya.

"Selama di jakarta memang gak pernah main kesini."

"Nggak pernah. Bahkan aku pertama kali ke Jakarta harus kerja dulu buat bayar uang muka kosan sama lintang. Boro boro buat ke mall waktu aku dihabiskan buat belajar agar mendapatkan beasiswa di Union."

Miris itulah sky yg rasakan hatinya seperti di remas mendengar ucapan Venus, dia bisa membayangkan seberat apa kehidupan venus tanpa dia ketahui. Namun dia juga berbangga hati dengan venus yg selalu tangguh dalam menjalankan kehidupan nya.

"Sekarang kamu bisa puasin main disini."

"Eh, memang nya kak sky gak beli sesuatu gitu disini."

"Nggak sayang, kan aku niat mengajak kamu buat main."

Maka dengan semangat mereka pun berjalan kearah arena permainan, Venus melihat dengan mulut yg terbuka saat sudah sampai di arena permainan itu, matanya di manjakan dengan banyak permainan rasanya sudah sangat lama sekali dia tidak bermain di mall begini.

"Mau main apa aku temenin."

"Boneka capit, aku pengen main itu tapi aku gak bisa main."

"Ayo."

Sky lekas menarik tangan Venus buat main boneka capit yg venus inginkan, membeli beberapa koin agar bisa bermain. Mata Venus tidak berhenti berbinar saat sky sudah membeli koin tersebut, maka keduanya bersenang senang untuk hari ini. Anggap lah kencan beberapa hari mereka jadian, sungguh bahagia bukan.














To be continued..

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang