Pria yang sudah Zanna anggap sebagai pelindungnya, kakaknya, memiliki sisi tegas tapi juga lembut, perlahan mulai gila sejak ciuman pertama mereka. Seharusnya ciuman itu tidak pernah ada karena mengakibatkan hubungan keduanya menjadi rumit.
Arkan t...
Setelah satu minggu meninggalkan rumah, akhirnya Zanna pulang. Alasannya tentu karena selain sudah lelah berlibur mengunjungi banyak tempat di Bali dan perayaan ulang tahunnya yang semakin dekat, ia juga tidak ingin menambah lebih banyak absen. Meskipun orang tuanya atau Arkan tak pernah menuntutnya untuk menjadi siswa terbaik di sekolah setidaknya ia tidak ingin mendapatkan nilai yang buruk. Zanna dan Arkan beberapa kali berkirim pesan, namun intinya hanya menanyakan kabar, tidak sedikitpun kakaknya meminta melakukan hal-hal amoral ataupun pesan merayu dan kotor seperti hal-nya saat dia pergi study tour waktu itu.
Rumah terasa sepi seperti biasa, dan kesepian ini seolah menjadi hal biasa baginya, ia biasa ditinggal sendirian di rumah sementara keluarga sibuk dengan urusan masing-masing. Orang tuanya masih belum pulang dari Medan sementara Arkan sedang berada di Bandung mengurusi pekerjaannya disana.
Zanna berjalan masuk menyeret kopernya ke kamar, mandi, ganti pakaian, makan siang sendirian, lalu vidio call dengan Cassy mengobrol tentang segala keseruan mereka saat berlibur di Bali.
"Kesepian gak ada kamu" keluh Zanna sedih. Ia dapat melihat di layar ponselnya kalau sahabatnya itu tertawa keras. Ia kini berbaring telengkup di atas tempat tidur dengan ponsel yang ia sandarkan di bantal.
"Sama aku juga"
"Emang di rumah nggak ada siapa-siapa?" tanya Cassy melihat raut murung sahabatnya lalu menggigit donat di tangannya.
"Mama papa di Medan, kak Arkan kayak biasa di Bandung"
"Sumpah, lo ditinggal mulu sedih gua liatnya" ujar Cassy. "Tapi kadang keliatan damai sih hidup lo nggak kayak gue ada aja bocah yang gangguin, terus nih......" intensitasnya teralihkan ketika ada anak remaja laki-laki yang wajahnya mirip dengannya masuk begitu saja ke kamarnya.
"VEROOOOOO UDAH BERAPA KALI GUA BILANGIN KALAU MASUK KAMAR GUE NGETUK DULUUUUU" baru saja Cassy menceritakan hidupnya yang dia anggap tidak damai, bocah yang dimaksud sahabatnya nyelonong masuk ke kamar Cassy. Dapat Zanna lihat adik sahabatnya itu mematikan lampu kamar lalu melenggang begitu saja tanpa menutup pintu kembali.
"KALO MASUK LAGI KE KAMAR GUA AWAS LU JASJUS RASA SALAK! Taik ah!" Omel Cassy.
"Ngapain lu ketawa?" Tanya Cassy begitu mendengar suara tawa Zanna dari speaker ponselnya. "Tu bocah emang kurang ajar, gak bisa liat gua damai bentaaaaar aja" keluhnya.
"Tapi keluarga lu kelihatan seru" celutuk Zanna.
"Seru apanya? Yang ada stres!" Ucap Cassy. "Eh, kita bahas cowo yang deketin lu pas di Bali yuk, siapa namanya? Lupa gua, Angga? Gangga? Hahahaha sungai gangga!" Tawa keras Cassy menganggap perkataannya lucu.
"Gama, namanya Gama, jauh bener sampai sungai gangga" timpal Zanna. "Dia gak lagi deketin gue, cuman kenalan, lalu dia ajak gue liat show live music gitu, terus ke pantai...."
Pantai yang menandakan ciuman Zanna dengan laki-laki lain selain Arkan, tapi Zanna sengaja tidak menceritakannya kepada Cassy. Selama di Bali diam-diam ia berteman dengan seorang laki-laki yang tak sengaja ia temui di hotel saat sarapan. Laki-laki itu berumur 20 tahun namanya Gama yang datang ke Bali dengan tujuan untuk pemotretan, Ternyata laki-laki itu adalah seorang fotografer yang memotret model-model majalah dan model iklan produk kecantikan. Dan beberapa kali laki-laki itu menawarinya untuk menjadi salah satu modelnya, Zanna hanya tersenyum dan menolak sopan.
Selama di Bali, Zanna dan Gama runtang-runtung berdua, bukan karena sengaja mengabaikan Cassy sahabatnya, akan tetapi ia merasa kesepian karena setelah kedatangan pacar sahabatnya mengunjungi penginapan mereka, Cassy menjadi lebih sering menghabiskan waktu dengan cowoknya.
Malam itu, setelah melihat show live music di salah satu beach cafe yang cukup terkenal, ia dan laki-laki itu berjalan menyusuri bibir pantai yang begitu indah saat malam. Di sana Zanna dan laki-laki itu mengobrol banyak hal. Perasaan gadis itu yang masih berusia 16 tahun begitu rumit, di satu sisi ia merasa itu bukan ide bagus dan di satu sisi ia juga merasa bahwa ia ingin tahu apakah otaknya masih normal karena menikmati ciuman Arkan. Apakah rasanya akan sama apabila ia melakukannya dengan laki-laki lain yang bukan siapa-siapanya. Sejujurnya ia hanya ingin berteman dengan Gama, semoga saja satu ciuman singkat itu tidak merusak pertemanan mereka.
"....udah gitu aja, nggak ada hal yang spesial" ujar Zanna.
Cassy mengangkat bahu, tersenyum-senyum seolah tidak yakin dengan ucapan Zanna. "Iya deh nggak ngapa-ngapain" ledeknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam ini tidur Zanna begitu nyenyak, paling nyenyak diantara malam-malam lain ketika Arkan datang mengunjungi kamarnya dan memaksanya melayani kakaknya hingga pria itu merasa puas. Definisi memaksa disini membuatnya tidak yakin akan pemikirannya. Bagaimana tidak, dengan sedikit sentuhan dan bujukan saja ia langsung mau. Apakah itu masih pantas disebut terpaksa?
Dalam lelapnya yang sedikit terganggu dan entah bagaimana, Zanna yakin kalau matahari belum naik atau fajar belum tiba. Sesuatu yang terasa familiar melingkupi tubuhnya dengan hangat, memeluknya dari belakang. Hembusan udara hangat mengenai leher dan pundaknya dan sesuatu yang berat menindih paha dan kakinya selagi ia berbaring miring. Tunggu, seseorang memeluk dari belakang!
Bagaikan disiram air dingin, mata Zanna langsung terbuka dan sadar sepenuhnya. Segera ia berbalik dan menemukan bahwa seseorang yang berada di tempat tidur yang sama dengannya adalah Arkan, kakaknya.
Mata pria itu terpejam, bibirnya sedikit terbuka dan dengkuran halus lolos dari mulutnya. Kapan dia pulang? Bukankah dia masih di Bandung?
Mungkin merasakan pergerakan Zanna yang grasak-grusuk, Arkan perlahan membuka matanya dan mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya remang-remang kamar gadis itu yang berasal dari lampu belajarnya.
"Kak Arkan?" Gumam Zanna.
Arkan menarik pinggang gadis itu semakin dekat, lalu mengelusi punggung itu dengan gerakan naik-turun.
"Kak" guman Zanna lagi.
"Hmmm?" Suara Arkan terdengar malas.
"Kapan pulang?"
"Tadi malam"
Tanpa sadar Zanna mengusapkan wajahnya di dada telanjang Arkan dan menghirup aroma tubuh pria itu.
"Kangen?"
"Sedikit"
"Hmmm..." Arkan tak mempermasalahkan jawaban Zanna dan terus membelai punggung gadis itu serta mencubit pelan dengan kuku tumpulnya. Gerakannya monoton berulang perlahan, membuat Zanna ingin kembali memejamkan mata. Hingga ia dibuat sadar kembali kala tangan Arkan merayap turun meraba pinggang lalu perut kemudian menelusup ke balik karet celana pendek yang Zanna pakai.
"Kak" protes Zanna.
"Sssshh"
Tangan Arkan semakin dalam kini membelai daerah feminim gadis itu jari telunjuknya mengusap bibir kemaluan Zanna naik turun lalu perlahan menerobos masuk ke liang yang mulai basah.
"Kak Arkan" protes Zanna lemah.
"Ssssh"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
To be continue
Hay hay guys! Jangan pelit vote dan komen dong, diriku sediiiih. Moga menikmati cerita akuuuuu! Kalo jadi kalian sih aku bakalan hujat Arkan hehe