London Sky

8 1 0
                                    

Dunia mengajarkan tentang merelakan, juga menerima. Di dunia ini ada dua pilihan: mengajak seseorang yang kita sayangi hidup bersama kita, atau bahkan merelakan dia bersama orang yang lebih layak. Maka Rean memilih untuk merelakan Mentari, orang yang disayanginya, bahagia dengan orang yang lebih layak. Rean tahu konsekuensi hidup dengan ginjal barunya. Dia bukan laki-laki kuat seutuhnya, walaupun dia berusaha membentuk tubuhnya agar tampak baik-baik saja. Mentari memiliki latar belakang yang membuatnya hampir putus asa. Mentari seseorang yang berkali-kali ditinggalkan, jadi perempuan itu harus memiliki rumah utuh untuk tetap bertahan.

"Nyawa pasien terancam!" Seorang dokter yang saat itu menangani Rean berkata demikian. Rean mengingatnya dengan setengah kesadarannya. Terkahir dia tersadar saat dirinya terjatuh di atas motornya. Ingatannya mengingat Mentari berteriak memanggil namanya, berteriak memintanya untuk membuka mata.

"Pasien belum sepenuhnya sadarkan diri." Suara itu bisa Rean dengar.

Dengan sisa tenaga yang dimiliki, Rean berusaha membuka matanya. Pandangannya mengabur, tetapi perlahan semuanya tampak jelas. Beberapa perawat mengelilinginya.

"Pasien sadar, Dok!"

"Dokter ...." Rean berucap begitu lirih, sampai-sampai seorang perawat mendekatkan pendengarannya pada mulut Rean. "Waktu berlalu sejauh mana?"

Perawat yang barusan mendengarkan Rean pun membalasnya, "Kamu kecelakaan tadi siang, sekarang sudah jam tujuh malam."

"Siapkan keperluan untuk operasi!" Seorang dokter menyela.

Rean yang mendengar itu terperangah. Apakah tubuhnya sekuat itu harus melewati beberapa operasi.

Seolah dokter itu mengerti atas raut wajah Rean, dokter itu berkata, "Kamu mengalami kecelakaan, yang menyebabkan kepala kamu bocor. Kami harus melakukan operasi setelah kamu sadarkan diri."

"Bilang kepada keluarga saya, bahwa saya tidak selamat," ucap Rean dengan suaranya yang lirih. Dia berkata demikian tanpa berpikir panjang karena rasa putus asa yang memenuhi pikirannya. "Jika perempuan bernama Mentari sudah pergi, katakan kepada mama saya, bahwa saya baik-baik saja."

Dokter itu mengerutkan keningnya.

"Saya mohon, Dok." Air mata Rean meleleh, mengingat tindakannya mungkin akan melukai banyak orang. Namun, Rean memutuskan untuk merelakan seorang perempuan yang dicintainya itu hidup bahagia bersama orang yang lebih layak.

Seandainya waktu itu bisa diputar kembali, Rean tidak akan berbohong atas kematiannya. Karena selama Mentari pergi darinya, gadis itu tampak frustasi. Namun, di sisi lain Rean merasa tindakannya benar. Karena bisa jadi Mentari memang ditakdirkan untuk bertemu dengannya, bukan untuk bersamanya.

Setelah Rean siuman waktu itu, Rean memutuskan untuk memastikan keadaan Mentari di London. Dia memaksakan diri pergi ke London hanya untuk memastikan kekasihnya baik-baik saja. Namun, hal itu terjadi sebaliknya. Mentari yang ceria itu telah padam, saat Rean melihatnya di luar sekolah. Rean lupa bagaimana gadis itu tersenyum. Mentari hangat itu menutup diri. Mentari yang kuat itu seringkali menghabiskan waktu sendirian di sebuah taman. Mentari yang disiplin itu mengacuhkan pola makannya, mengacuhkan lingkungan sekitarnya. Alih-alih menjalani hidup baru, Mentari hidup dengan masa lalu.

Saat itu Rean ingin menghampiri Mentari dan berkata: "Jangan bodoh, Mentari! Kapan hidup kamu akan membaik jika masih mengaitkan masa lalu! Jika penyebab kamu adalah aku, maka kamu adalah definisi orang bodoh yang menghancurkan hidup kamu sendiri demi orang lain!" Sebelum Rean akan berkata demikian, seorang laki-laki menghampiri Mentari. Laki-laki itu tampak berusaha untuk bisa lebih dekat dengan Mentari.

Mentari saat itu berusaha untuk menutup diri. Namun, laki-laki itu tampak pantang menyerah. Maka di sana Rean berpikir: Mentari akan segera menemukan rumah barunya. Rean memiliki insting kuat mempercayai laki-laki itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIMMEL; Pada Pertemuan Kedua  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang