Banyak orang yang berkumpul di ruang rawat inap Aurelian, Ezekiel dan teman-teman Orion datang siang tadi untuk menjenguk. Duduk berkumpul membentuk lingkaran, ditangan mereka ada kartu bergambar dengan angka yang tertera disana. Yap, mereka tengah bermain UNO, kecuali Aurelian yang memilih untuk memperhatikan saja karena tidak begitu mengerti aturan dari permainannya.
Kini hanya Emilio dan Mikhael yang bermain karena kartu mereka berdua masih tersisa. Emilio berdecak saat warna yang Mikhael keluarkan tidak ada satu pun yang sama dengan kartu miliknya. Tangannya mengambil tumpukan kartu dengan setengah hati, sudut matanya mengkerut karena yang didapat bukanlah warna yang dicari.
Mikhael menyeringai, "UNO." Katanya saat kartu yang tersisa di tangannya tinggal satu lagi.
Wajah Emilio semakin masam, tetapi sesaat kemudian senyuman miring tercetak di bibirnya. Tangannya menarik kartu yang sebelumnya ia dapat, kemudian mengeluarkannya membuat Mikhael melotot saat sebuah kartu hitam menunjukan berbagai warna dengan angka dua plus di sudutnya.
Ezekiel tertawa, "sekarang kau harus mengambil empat kartu, Mikhael." Katanya meledek.
Wajah Mikhael berubah masam saat tangannya mengambil empat kartu dari tumpukan yang sudah disediakan.
Emilio mengeluarkan kartu lainnya yang hanya tersisa dua lagi. Sebuah kartu reverse dan kartu angka dengan warna yang sama. Pertama ia mengeluarkan kartu reverse-nya sambil berkata "UNO." Secara lambat seolah tengah menggoda Mikhael, lalu selanjutnya kembali mengeluarkan satu kartu yang tersisa. "UNO Game!" Teriaknya nyaring diakhiri tawa puas.
(*) btw, saya tidak tahu peraturan UNO di kalian bagaimana. Mungkin ada kesamaan atau perbedaan dengan narasi diatas, tetapi itu adalah yang saya tahu.
"Sekarang giliran mu yang kena sentil." Ujarnya terdengar begitu senang, tangannya bertindak seolah tengah menarik kain lengan baju, tanpa menyadari bahwa baju yang dikenakannya berlengan pendek. "Ayo kemarikan kepala mu!"
Wajah Mikhael berubah masam, ia mendekatkan kepalanya pada Emilio meskipun dalam hati merutuk tingkah menyebalkan temannya itu. "Dasar penipu." Katanya kesal. Dirinya benar-benar tertipu oleh raut kecewa Emilio sebelumnya saat ia mengambil kartu tadi hingga merasa bahwa dirinyalah yang akan memenangkan permainan. Tetapi Mikhael salah, wajah Emilio memang tidak bisi dipercaya- lebih tepatnya ia beruntung diakhir tadi.
"Dih, begitu tuh kalau orang yang kalah." Sahut Emilio yang tanpa ampun menyentil keras dahi Mikhael membuatnya memekik sakit.
"Argh Emilio gila! Kau mau aku bodoh hah?!" Ringisnya sambil mengusap dahinya yang memerah.
Emilio menggedikan bahunya, "kau kan memang bodoh." Jawabnya enteng.
Mikhael menggeram rendah.
Saat pertengkaran antara teman Orion itu hampir pecah, tangan Mikhael ditahan oleh Ezekiel yang menunggu gilirannya untuk. "Mikhael, kau tidak lupa jika kami juga menang, kan?" Katanya tersenyum menyebalkan dengan Orion disampingnya yang tengah merenggangkan jemari tangannya.
"Oi oi, kau hanya mau menyentil dahi ku, bukan mau menghajar ku. Tidak perlu sampai peregangan begitu." Mikhael berujar ngeri.
"Aku ingin melakukannya dengan sempurna." Jawab Orion nampak acuh namun juga secara bersamaan terdengar begitu berambisi.
Sedang Mikhael dalam hatinya menjerit, 'sempurna apanya, bajingan?!'.
Duduk bersimpuh dihadapan Orion serta Ezekiel yang tersenyum sadis melihat kearahnya. Dengan menutup mata sedang hati tengah berdoa agar kedua orang yang tengah berubah menjadi iblis itu memberikan sentilan kecil di dahinya. Namun, nampaknya doanya ditolak mentah-mentah oleh Tuhan disaat sentilan dari Orion justru menimbulkan bunyi nyaring disusul oleh teriakan kesakitan dari mulutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hyacinth
Random[Brothership, Familyship, & Bromance Area] [Not BL!] . . . Perlakuan kasar juga sikap acuh tak acuh menjadi landasan penyesalan mereka saat melihat tubuh itu terbaring kaku di ranjang pesakitan setelah sebelumnya di tangani oleh dokter. Satu kali...