09

6.5K 804 14
                                    

Calix Wilhelm, putra kedua Andreas yang dikenal sebagai sosok paling tinggi egonya. Seorang dengan kepribadian yang  tidak mau mengalah cenderung keras kepala, ia adalah yang paling sulit untuk meminta maaf. Intinya Calix itu merupakan seorang tsundere tingkat akut.

Pemuda yang tengah mengenyam bangku pendidikan di salah satu universitas ternama dengan mengambil jurusan kedokteran itu merupakan sosok yang cerdas dalam aspek akademik, begitu juga non akademik. Hobinya adalah bermain piano, yang hal itu di lakukan kala pikirannya benar-benar kacau total.

Seperti saat ini.

Di ruangan studio yang sengaja Andreas buat untuknya, Calix melampiaskan sisi emosionalnya dengan memainkan salah satu lagu balad. Jemarinya yang panjang dan lentik itu menekan setiap tuts piano dengan lihai sehingga menghasilkan suara bersautan yang merdu.

Aurelian yang tengah bosan berjalan-jalan mengelilingi mansion sendirian setelah makan siang, karena Andreas yang pergi untuk mengurus suatu hal penting di perusahaan pun berhenti tepat di pintu masuk studio yang sedikit terbuka. Matanya menatap penuh kagum pada permainan lihai sang kakak di dalam sana. Ada rasa ingin masuk tapi Aurelian masih di penuhi rasa sungkan yang besar, dan mungkin ada sedikit ketakutan juga mengingat Calix begitu tidak menyukainya.

Yah, meskipun saat makan malam tadi ia sempat di buat terkejut dengan tindakan Calix.

Memilih untuk tetap menikmati musik yang di hasilkan dari alunan piano itu dari balik pintu, bibirnya menyunggingkan senyuman tipis hingga tanpa ia sadari jika Leo yang memang Andreas perintahkan untuk mengawasinya sudah berdiri tepat di belakang tubuhnya.

"Tuan muda."

Panggilan itu membuat Aurelian berjengit kaget dan terjatuh seketika mendorong pintu hingga terbuka sepenuhnya. Bunyi dari tubuhnya yang bertabrakan dengan kerasnya lantai membuat fokus Calix teralihkan.

"Aduh!" Pekik Aurelian mengundang rasa panik dari Leo, takut jika dirinya di marahi oleh Andreas karena telah secara tidak sengaja melukai sang tuan muda.

Sang tangan kanan itu pun dengan cepat mendekat pada Aurelian yang masih bersimpuh mengusap bokongnya yang terasa kebas, "Astaga tuan muda! Saya minta maaf." Katanya sembari membantu Aurelian untuk bangkit.

Aurelian sedikit terkekeh entah karena apa, padahal jelas-jelas ia sudah terjerembab jatuh tadi, "tidak apa-apa Leo. Lian baik." Sahut anak itu saat bangkit.

Calix yang melihat itu pun mendekat dengan tatapan tanpa ekspresinya mengarah pada kedua orang itu membuat keduanya menoleh. Melihat tatapan Calix yang tidak bersahabat Aurelian pun menundukkan kepalanya merasa bersalah karena telah mengganggu sang kakak, "maaf karena telah mengganggu mu kak."Ujarnya yang tidak mendapat respon apapun dari sang kakak.

Calix masih terus menatap Aurelian dari atas sampai bawah, "kau tidak apa-apa?" Tanyanya.

Aurelian kembali mengangkat pandangannya, matanya berkedip beberapa kali lalu ia menggeleng kecil, "tidak, kak."

Calix mencuri pandang pada tangan adiknya yang di sembunyikan di balik punggung, "kemarikan tangan mu!" Titahnya yang merasa janggal dengan hal itu.

Leo ikut mengarahkan pandangannya pada lengan Aurelian ikut merasa penasaran, "tuan muda, anda terluka?"

Aurelian menggeleng, "tidak kok."

Mata Calik menyorot semakin tajam pada adiknya itu, "kalau begitu biarkan aku melihatnya." Tekan Calix tanpa bantahan.

Meskipun sedikit ragu akhirnya Aurelian pun mengulurkan kedua tangannya, membiarkan calix membuka kain lengan baju panjangnya, dibuat semakin menunduk kala melihat dahi Calix yang berkerut tajam, "Leo, jangan hal yang membahayakan adik ku lagi!" Katanya tajam pada Leo saat ia melihat ruam merah di lengan Aurelian.

HyacinthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang