14

5K 675 17
                                    

Lysander turun dari mobil di ikuti oleh Aurelian. Anak itu tersenyum dengan lebarnya mengikuti langkah sang kakak yang menuju bagasi mobil turut membantu mengeluarkan beberapa barang bawaan dari sana sebelum akhirnya tindakan itu di hentikan oleh Lysander.

Yang lebih tua justru mengambil alih semua barang bawaan dengan satu tangan, sedang tangan lainnya yang sudah menutup bagasi kini meraih tangan Aurelian, "ayo." Ajaknya mulai melangkahkan kaki memasuki taman kota yang di penuhi oleh banyak orang mengingat ini adalah hari libur.

"Kakak tidak mau Lian bantu? Apa tidak repot membawa semuanya seperti itu?" Adik manisnya itu ternyata masih menawarkan bantuan padanya.

Sebuah garis tipis terlukis di bibir Lysander, "tidak perlu. Hanya sedikit barang yang di bawa. Kau tidak perlu repot."

"Sungguh?"

Deheman Lysander keluarkan sebagai jawabannya.

Menggelar alas dibawah sebuah pohon yang cukup rindang, bayangan dari rimbunnya pohon itu nampak teduh dan cocok untuk tempat bersantai mereka berdua. Menata beberapa makanan yang sudah di siapkan oleh pelayan, Aurelian mencomot buah stroberi kesukaannya. Rasa manis dan asam dari buah itu memenuhi rongga mulutnya, membuat mata itu memejam menikmati rasa itu.

"Kau menyukainya?" Lysander bertanya membuka obrolan hitung-hitung untuk bisa mengetahui hal apa saja yang di sukai oleh adiknya itu.

"Sangat." Jawab Aurelian dengan senyuman lebarnya.

"Kenapa? Bukan kah rasanya asam?"

"Tidak kok. Ada beberapa yang manis dan segar." Tangannya mengambil satu buah stroberi yang lain dengan mata mengamati buah itu setelahnya menyodorkan buah itu ke arah Lysander, "lihat ini kak. Lian pernah dengar jika bintiknya berwarna kekuningan biasanya rasanya lebih manis."

"Dulu Lian sempat mempercayainya, tetapi saat Lian makan seperti ini... " Memakan buah itu dengan menggigitnya, rasa asam kembali terasa, "... Rasanya tetap asam. Ini tidak sesuai dengan ekspektasi Lian."

"Seperti kehidupan bukan?"

Tatapan dari manik madu itu berubah, terlihat lebih kosong dari sebelumnya. Binar pun sedikit menghilang dengan bibir menyunggingkan sebuah senyuman sayu. Tapi setelah itu, ia kembali tersadar dan menghabiskan sisa potongan stroberi di tangannya, "maaf kak."

Sedang Lysander terdiam, otaknya mencerna makna dalam yang terkandung dalam ucapan spontan adiknya itu. Entah mengapa, Lysander sedikit tersindir, seperti Aurelian tengah mengungkapkan rasa khawatirnya secara tidak langsung.

"Kami akan selalu menjaga mu adik. Apapun yang terjadi. Papa benar, masa lalu tidak akan bisa kami ubah. Tapi untuk waktu-waktu kedepannya, biarkan kami mengisi hal itu dengan kebahagiaan hingga kau tidak akan pernah berpikir untuk kehidupan sulit mu yang lalu."

Aurelian tertegun sejenak, "apa yang kau katakan kak? Ini keluar dari pembicaraan kita tentang stroberi."

"Aku hanya ingin meyakinkan mu bahwa perubahan kami ini karena kami mulai menyadari kesalahan kami di masa lalu kepada mu. Kau berhak untuk segalanya Lian, bahkan sangat berhak. Mintalah apapun pada kami, kami akan- tidak, kami pasti memenuhinya."

Aurelian menggigit bibir bawahnya sejenak. Bagaimana bisa Lysander sepeka ini?

Menarik nafasnya dalam sebelum akhirnya berucap dan menatap lurus pada Lysander, "kalau begitu, bisakah Lian minta agar kalian selalu menyayangi Lian seperti ini? Apakah bisa kalian tetap memberikan perhatian seperti apa yang kalian lakukan sekarang? Apakah bisa kalian tetap bersama Lian? Apakah bisa kalian tetap mengingat Lian jika pada akhirnya Lian akan mati nanti?"

HyacinthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang