chapter 29

1.5K 81 12
                                    

Untung saja kami belum berjalan cukup jauh dari tempat kami mendarat. Aku baru ingat kalau aku tidak membawa tombakku. Mungkin menurut yang lain tombak tidaklah penting, sebab mereka sudah membawa pistol dan pisau...ehm pisau dapur. Tapi bagiku selain sebagai self defense tombak ini merupakan bukti identitas ku sebagai salah satu dari penduduk di Aqua Vicum.

"Kau mau kemana, Nic?" tanya Connie begitu menyadari aku yang sedang berbalik arah.

"Aku melupakan tombakku. Tombakku masih tertinggal di dalam mobil." jawabku.

"Sebegitu berharganya kah tombak itu untukmu?" jawab Billy sambil menyusulku. Sementara itu, Connie dan Zach hanya menunggu di belakang kami. Saat Billy sedang membuka pintu mobil ini, aku merasakan sesuatu yang aneh. Tapi terlalu aneh untuk dibicarakan ataupun dikatakan walaupun hanya dengan 3 kata. Untuk memastikan apa yang kulihat, aku memfokuskan pengelihatanku ke batang-batang pohon itu sampai pada akhirnya yang mengambil tombakku adalah Billy.

"Apa yang sedang kau perhatikan?" tanya Billy sambil menjulurkan tombakku.

"Tidak..tidak ada." sebenarnya aku sangat yakin dengan apa yang kulihat barusan, tapi semoga saja itu hanyalah ilusi semata.

"Sudah?" tanya Connie yang kemudian kujawab dengan satu anggukan. Di saat yang sama, aku mendengar suara geraman. Mungkin bukan aku saja, tapi kami berempat. "Aku yakin kalian semua mendengar itu." ucap Connie dengan suara setengah berbisik.

"Nicola, apakah tadi itu kau sedang memerhatikan sesuatu?" tanya Billy yang tatapannya langsung tertuju padaku.

"Bisakah kita sambil berjalan menjauhi kabut itu? Apakah ini hanya perasaanku atau memang benar kabut itu bergerak agak cepat?" ucap Zach yang sejak tadi tidak pernah mengomentari apapun. 

"Kalau aku boleh jujur....." aku melihat ke arah kabut itu untuk beberapa saat "sebenarnya tadi itu aku melihat beberapa batang pohon bergerak menggeliut, lebih tepatnya beberapa batang yang berada di sekitar kabut hitam itu."

"Ya ampun! Kurasa apa yang dikatakan Eidos benar. Cepat bergerak jauhi kabut itu, dan usahakan sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara!" seru Zach, ia tidak sedang teriak namun kata-katanya cukup untuk membuat jantungku berdebar. "Nicola, tetaplah di depan, kau adalah penunjuk arah."

Saat aku sedang berlari menuju depan Zach, kami kembali mendengar suara geraman tersebut disertai dengan getaran yang muncul dari tanah. "Apakah yang dikatakan Eidos, Zach?" tanyaku di sela-sela suasana.

"Ceritanya panjang, tapi intinya sesuatu yang ada di belakang kita adalah roh dari seekor naga yang sudah hidup jutaan tahun di sini." jawab Zach sambil bergerak mendekatiku "Awalnya aku tidak menganggap serius tentang hal itu..." aku berbelok ke kanan setelah bertemu dengan tumpukkan tanah yang sepertinya bekas longsor "tapi setelah melihat batang-batang pohon itu bergerak.."lalu  aku menyeberangi genangan air yang cukup luas melewati sebilah batang pohon yang sudah runtuh, namun masih kuat untuk dilewati.

"Bisakah kalian bergerak lebih lambat? Kami tidak sehandal kalian yang bergerak dengan begitu lincah di atas batang pohon ini." teriak Connie yang ternyata berada jauh di belakang Zach dan aku.

"Sshhhhhh!!" sepertinya Zach agak marah dilihat dari ekspresi wajahnya. Connie pun mencoba untuk bergerak lebih cepat di atas batang pohon itu, sempat sesekali ia nyaris terpeleset. Untungnya, Billy yang ada di belakangnya dapat menjaga saudari kembarnya itu. Tak lama kemudian suara geraman itu kembali terdengar tepat setelah Connie berhasil melintasi batang pohon itu.

"Okay, sekarang apa hubungannya naga dengan batang-batang pohon yang dapat bergerak itu?" tanyaku sambil terus berlari, sesekali aku menengok ke belakang untuk memastikan keberadaan Connie dan Billy.

I am not in WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang