chapter 26

2.5K 105 19
                                    

"Hmm...." Billy bergumam, ia sedang mencerna apa yang baru saja kuceritakan padanya.

Aku benar-benar menceritakan kejadian tadi malam secara detail padanya, tak ada satu hal pun yang terlewat. Hanya satu hal yang tidak kuceritakan padanya, yaitu tentang tingkah perempuan-perempuan tidak jelas yang tinggal di asramaku. Karena aku tidak ingin sampai mendengar kata 'aku mengenalnya' dari mulutnya. Sebab aku tahu, kalau gadis yang tadi malam menertawakanku itu satu angkatan denganku.

"Kurasa kau selalu digeluti oleh keberuntungan, Nic." ucap Connie.

"Ya, aku juga berpikir begitu." lanjut Billy.

"Beruntung? Apanya yang beruntung, yang ada aku selalu terkena masalah disini." jawabku.

"Tapi kau selalu berhasil terhindar dari masalah tersebut. Bahkan hal yang membuatmu terhindar dari masalah-masalah tersebut sama sekali tidak terpikirkan olehmu. Jadi, bisa disimpulkan kalau kau sedang hoki." kata Connie sambil terus-terusan menggerakkan kakinya, sejujurnya aku tidak sedang memperhatikan kakinya. Hanya saja, gerakan kakinya membuat dirinya terlihat bergerak keatas dan kebawah, yeah walaupun tidak terlalu kelihatan.

"Ngomong-ngomong, setelah itu apakah kalian telah membuat rencana pertemuan?" tanya Billy, kemudian ia menenggak jus jeruknya.

"Tidak. Tapi, aku yakin dalam waktu yang singkat aku akan segera bertemu dengannya." jawabku dengan yakin.

"Begitukah? Itu artinya bagus. Tapi mengingat kejadian kemarin, sayang sekali kalian belum sempat membicarakan masalah pokok kalian." kata Connie sambil menarik gelas jus jeruk yang sedang di genggam oleh Billy. Kemudian ia menenggaknya tanpa mempedulikan Billy.

"Ya, sejujurnya itu bukanlah masalah. Aku tidak ingin terburu-buru karena, aku khawatir kalau aku sampai membuat kesalahan." jawabku.

"Menurutku itu semua terjadi karena kau begitu ceroboh, Nic." ucap Connie dengan santai tanpa ada rasa untuk menahan kata-katanya sedikitpun. Di samping itu, Billy hanya terdiam membatu melihat saudari kembarnya berbicara seenak jidat.

"Ohh...itu sangat membantu, Connie." responku begitu Connie berhenti berbicara. Kemudian, aku meletakkan daguku ke meja sehingga posisi ini membuatku membungkukkan badanku.

"Hey, ayolah..aku hanya mencoba untuk berkata jujur. Barangkali, setelah aku berkata begitu kau berubah 180 derajat, Nic. Tentunya menjadi sosok yang tidak ceroboh." sementara Connie sedang berbicara, tanpa ia sadari Billy kembali merebut jus jeruknya dan menengguknya hingga habis. "Dasar pelit!!" celoteh Connie begitu ia sadar bahwa gelas tersebut kini telah kosong.

"Tapi kau tidak perlu khawatir, Nic. Kami akan selalu membantumu. Jadi, jangan pernah segan untuk meminta bantuan pada kami." ucap Billy dengan semangat setelah ia menghabiskan jus jeruknya. Sementara itu, Connie beranjak pergi. Apakah ia kesal karena Billy tidak menyisakannya jus jeruk?

"Yah, aku lega mendengar itu, terima kasih." tak lama setelah itu, Connie kembali bersama segelas jus apel. Wajah Billy terlihat berseri-seri karena melihat Connie membawa jus apel. Connie yang tadinya ingin duduk di sebelah Billy tiba-tiba pindah ke sampingku, kemudian ia bergeser hingga ia berada di pinggir meja. Jauh dariku maupun Billy.

"Nic, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Connie dari ujung sana.

"Ya tentu saja." jawabku, kemudian Connie bergerak mendekatiku.

"Apakah kau pernah mencoba untuk kembali ke tempat kau pertama kali muncul disini?" tanya Connie dengan suara pelan, sepertinya ia mulai serius.

"Umm...aku tidak mengerti maksudmu, Connie." jawabku sambil mengangkat daguku dari atas meja dan kembali duduk dengan normal.

I am not in WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang