chapter 23

1.6K 100 9
                                    

Udara di luar semakin dingin. Oleh sebab itu, mau tidak mau aku harus segera masuk ke dalam asramaku. Sambil berjalan aku memegangi kedua lengan atasku yang mulai mendingin. Dan bisa kurasakan betapa hangatnya kedua telapak tanganku ini. Saat aku baru saja ingin masuk kedalam pintu asrama, aku baru ingat. Sejak aku memegangi kedua lengan atasku, aku sudah tidak lagi memegang koran tersebut.

Kemudian, aku membalikkan badanku dan kembali ke tempat tadi. Kupercepat langkahku dan berharap bahwa koran tersebut tidak terbang ataupun hilang. Setelah dekat, akupun memelankan langkahku dan mulai berjalan normal. Aku terkejut, karena tidak melihat koran dimanapun. Baik itu di bangku taman, ataupun di sekitarnya.

"Bukankah tadi itu, korannya kuletakkan disini??" aku berbicara sendiri, karena aku tidak bisa lagi menahan rasa panik ku. Aku bulak-balik dari sana kemari, masih juga belum menemukan koran tersebut. Apakah mungkin koran tersebut tertiup oleh angin? Di sini memang udaranya dingin, tapi yang kurasakan ini hanyalah dingin, bukan angin yang bertiup sepoi-sepoi apalagi kencang.

Tapi kemungkinan kedua, kalau koran tersebut tidak tertiup oleh angin, artinya koran tersebut diambil oleh seseorang, atau mungkin oleh kucing. Aku sejujurnya masih tidak yakin kalau di sini ada seseorang, sebab dari tadi selama aku berada di sini, aku tidak merasakan adanya kehadiran seseorang, selain seekor kucing yang muncul secara tiba-tiba dari balik semak-semak.

Tapi, bila yang mengambilnya itu adalah kucing...Mungkin ia belum pergi jauh dari sini. Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera mencari kucing tersebut. Tapi, semakin lama aku mencari kucing tersebut, semakin menurun rasa semangatku. Kini aku merasa sangat mengantuk. Tapi aku juga kesal, sebab aku belum juga menemukan koran tersebut. Jika koran tersebut tidak ada, bagaimana caranya aku bisa mulai bekerja sama dengan Zach?

Karena mulai lelah, aku pun kembali ke asrama. Aku sudah tidak mempedulikan dingin. Seluruh tubuhku dingin, pakaianku kotor. Hari ini, benar-benar hari yang menjengkelkan. Segala hal buruk terjadi hari ini.

********

"Sial, pintunya terkunci!" aku mencoba untuk membuka pintu kamarku. Tapi sayangnya pintu kamarku sudah benar-benar terkunci. Aku pun akhirnya mengetok pintu ini, mulai dari pelan hingga kencang. Untungnya, seseorang dari dalam segera membukakan pintu.

"Sudah kuduga kalau itu kau." jawab Avril.

"Hhh...Avril, terima kasih karena telah membukakan pintu untukku." jawabku.

"Apa yang kau lakukan hingga larut malam? Dan mengapa pakaianmu kotor, kurasa terakhir aku melihatmu, pakaianmu masih bersih." tanya Avril sambil mempersilahkankan aku untuk masuk.

"Akan kuceritakan nanti." Jawabku sambil masuk kedalam. Lalu, aku mengambil pakaian dari dalam lemari. Satu-satunya pakaian tidur yang ada di dalam lemariku. Kelihatannya Avril masih menungguku untuk menceritakannya. Karena ia masih berdiri di dekat ku. Entah aku harus mulai darimana untuk menceritakannya. Tapi yang pasti aku tidak akan menceritakannya secara keseluruhan. Kurasa yang sebaiknya tahu tentang ini hanyalah Billy, Connie, dan Zach...akan.

Sebelum aku masuk ke kamar mandi, aku pun menceritakan sedikit tentang hal tadi pada Avril. "Tadi itu, seharusnya aku bertemu dengan seseorang. Tapi sayang, ia tidak menepati janjinya. Hingga akhirnya sebuah barang yang ingin kutunjukkan padanya hilang dan membuat pakaianku kotor karena mencarinya." jawabku, aku belum sempat mendengar jawaban Avril, namun aku sudah masuk kedalam kamar mandi.

"Ku harap kau baik-baik saja, Nic. Aku khawatir jika kau sampai sakit." itulah jawaban dari Avril yang kudengar setelah aku berada di kamar mandi.

********

Setelah selesai mandi, aku berjalan menuju kasurku. Kulihat semuanya sudah tertidur, begitupun juga Avril. Sebelum aku naik ke atas kasurku, aku menyempatkan diriku untuk melihat pemandangan di luar. Entah mengapa aku bisa menyukai pemandangan lalu lintas langit di saat malam hari. Sejujurnya, pemandangan seperti ini memang masih asing di mataku. Karena itu, pemandangan ini selalu kutunggu-tunggu setiap malam. Dulu, sewaktu aku masih berada di hutan, yang selalu ku tunggu-tunggu adalah kedatangan kunang-kunang. Mereka datangnya tidak pernah menentu, oleh karena itu aku selalu menunggu mereka dan berharap mereka datang lebih dari 2 kali dalam sebulan.

I am not in WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang