chapter 20

2.2K 106 5
                                    

- Setelah keluar dari dapur -

Aku pun kembali menghampiri Billy dan Connie. Mereka berdua kelihatannya tengah memakan makanan mereka. Di saat iu, aku menarik kursi dan duduk diantara mereka berdua. Sementara itu tanpa kusengaja, aku melihat wajah mereka yang terlihat seperti seseorang yang sedang penasaran. Setelah itu, aku memakan makananku yang sudah mulai dingin ini.

"Bagaimana, Nic??" tanya Connie yang akhirnya membuka perbincangan.

Aku tidak menjawab, aku bingung bagaimana cara mengatakannya.

"Apakah kau bertemu dengannya??" belum sempat aku menjawab pertanyaannya Connie, Billy sudah menanyakan yang lain.

Aku juga tidak menjawab pertanyaan Billy, namun kali ini aku menatap mereka berdua dengan tatapan yang layu.

"Baiklah....kurasa..aku tahu jawabannya..." kata Billy sambil menjauhkan sebuah gelas dari hadapannya.

"Jangan bersedih hati, Nic.." Connie mencoba untuk membuatku merasa lebih baik.

"Sejujurnya aku tidak sedang bersedih hati." jawabku.

"Lalu, mengapa kau terlihat tidak bersemangat?" tanya Connie.

"Memangnya aku seringkali terlihat bersemangat?" tanyaku balik.

"Eeeehh....tidak juga sih." jawab Connie. "Lalu apa yang ada di hati dan pikiranmu saat ini?"

"Aku merasa, setiap hal yang kucoba untuk lakukan selalu berakhir tidak memuaskan." kataku sambil menatap lurus ke arah meja sehingga aku tidak melihat wajah Connie maupun Billy secara jelas.

"Kalau begitu, kau tidak perlu bersedih hati....." kata Billy, belum selesai Billy bicara aku sudah memotong.

"Aku tidak sedang bersedih hati! Ayolah..." kataku dengan nada sedikit jengkel. "Aku hanya kecewa dengan diriku sendiri....." kedua tanganku mulai meraih kepalaku.

"Kegagalan itu, biasa untuk dialami oleh setiap orang." kata Billy dengan suara yang terdengar lebih tenang, setelah terkejut akibat aku secara tiba-tiba memotong perkataannya.

"Tapi tidak biasa, bila itu sering." aku berargumen. "Aku bingung aku harus bagaimana dan seperti apa..."

"Mengapa kau berkata begitu!?" tanya Connie. "Aku tidak suka dengan orang yang mudah menyerah."

"Lalu sekarang aku harus bagaimana??" tanyaku sambil menatap Connie.

"Kau bilang kau pernah bertemu dengannya bukan di universitas yang terletak tepat di sebelah sekolahan kita." kata Connie.

"Ya, benar." jawabku.

"Lalu kalau begitu mengapa kau tidak coba kesana saja lagi untuk yang kedua kalinya??" tanya Connie.

"Hufftt, jika aku kesana itu artinya aku harus berbohong lagi." jawabku.

"Tapi itu adalah cara kedua yang menurutku tidaklah sulit untuk dilakukan." jawab Connie kemudian ia kembali memakan hot dognya.

"Ya, kau memang benar. Tapi aku merasa tidak enak, karena aku harus berbohong lagi. Saat itu aku pernah ditanya dari kelas mana oleh salah seorang mahasiswa disana, sejujurnya aku bisa saja berbohong padanya saat  itu. Namun yang namanya berbohong ya tetap saja berbohong, dan semakin banyak kita berbohong maka kebenaran akan semakin dekat untuk terungkap." kataku, kurasa burger ku mulai dingin karena aku belum menyentuhnya sama sekali.

"Ya, aku tahu. Itu adalah resikonya, tapi bagiku tidak apa-apa karena kau tidak akan merugikan pihak manapun. Justru yang akan menanggung itu  semua adalah dirimu  sendiri, terlebih bila kebohonganmu terungkap." Kurasa Connie belum selesai berbicara, tapi tiba-tiba ia diam seakan menyruhku atau Billy untuk berbicara.

I am not in WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang