chapter 10

2.6K 131 6
                                    

Bau buku menusuk hidungku saat aku baru memasuki perpustakaan ini. Suasana hening melengkapi perpustakaan ini. Bukunya jelek sekali, tidak ada buku baru disini. Walau semua buku disini terawat, namun tetap saja tidak menutupi usia yang sebenarnya. Kuputuskan diriku untuk membaca buku di barisan novel. Disitu aku menemukan buku harpot en de deyadli helowes. Akhirnya ada juga buku yang ku suka!

Nah, kalau yang satu ini bukunya masih bagus dan sedikit kaku. Hanya debu saja yang menghiasi bagian atas buku ini. Aku pun mulai membaca buku ini. Kurasa aku sudah menghabiskan cukup lama waktuku dengan buku ini, sampai sampai aku tidak sadar bahwa di depan ku sudah ada seseorang yang juga sedang membaca. Dan aku tidak ingin melewatkan kesempatanku untuk menanyakan jam padanya.

"Emm...permisi, boleh aku tahu sekarang jam berapa?" tanyaku pada seseorang yang sedang membaca buku di depanku.

"Eh..maaf ada apa?" tanyanya, dia begitu seirus membaca sampai ia tidak mendengar seluruh perkataanku.

"Kalau boleh aku tahu, sekarang ini jam berapa?"

"Oh, ya tentu. Sekarang pukul.... 2.10 pm."

"Terima kasih." jawabku. Ternyata benar, aku sudah cukup lama berada di sini.

"Sama-sama." kata laki-laki berambut pirang itu. "Hey, kau suka membaca harpot?"

"Umm...yeah. Memangnya kenapa?"

"Jarang sekali yang suka dengan buku itu."

"Sungguh?" tanyaku setengah kaget. Aneh sekali, di sekolah maupun di rumahku banyak sekali yang suka harpot. Mengapa disini jarang sekali yang menyukai harpot?

"Ya, sungguh! Mereka bilang, cerita itu sudah sangat kuno. Lagipula, sekarang rata-rata murid disini sudah jarang membaca buku novel di sini. Mereka lebih suka membaca novel elektrik di gadget mereka. Kebanyakan dari mereka yang ada disini hanya untuk membaca buku pelajaran atau buku sejarah." kata dia dengan suara pelan. harpot sangat kuno? kurasa mereka salah! harpot baru saja tamat sekitar 4 tahun yang lalu.

"Bagaimana denganmu? apakah kau suka harpot?" tanyaku.

"Ya!! Aku penggemar berat cerita itu, namun aku belum sempat membaca 2 bukunya yang terakhir. Belakangan ini tugasku sedang menumpuk. Ngomong-ngomong, kau dari kelas mana?" tanyanya padaku yang benar-benar membuatku jantungan. Aku bingung harus menjawab apa, aku tidak tahu apa-apa tentang universitas ini.

"Eeee...." kurasa aku mulai terlihat gugup, entah apakah ia menyadarinya.

"Oh iya, namamu siapa?"

"Aku Nicola." kalau yang satu ini aku menjawabnya tanpa gugup-gugup.

"Hai, Nicola! Namaku Matthew, aku dari kelas...." tiba-tiba ia terdiam saat ada seseorang yang datang dan menyapanya. Dan ia pun menyapanya balik. "Hai, Zach. Sedang apa kau disini?"

"Sepertinya aku tidak perlu menjawabnya bukan?" kata Zachary. Ternyata Matthew mengenalnya. Dan ternyata, Zachary itu galak! Aku benar, dia memang tidak seramah Billy. "Mengapa kau tidak berkumpul bersama teman-temanmu di barisan sejarah?"

"Eeh...maaf, aku hanya sedang ingin refreshing disini. Lagipula, Mrs. Luna sedang..." omongan Matthew dipotong oleh Zachary.

"Sebaiknya kau kembali berkumpul dengan teman-temanmu." kata dia dengan nada yang bagiku sok tegas.

"Hhhh! Baiklah." Matthew pun pergi meninggalkan kami berdua, dan aku sempat melihat wajahnya. Ia terlihat kesal pada Zachary.

"Dan lagi. Sedang apa kau disini? Seingatku, hanya kelasnya Mrs. Luna saja yang ada jadwal di perpustakaan." kata Zachary dengan wajah datar.

I am not in WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang