chapter 8

2.8K 140 5
                                    

"Kenapa diam saja? Ayo, ikuti aku!" kata laki-laki itu.

"Eeeh, jadi sekarang aktivitas manusia sehari-hari dilakukan oleh robot?" tanyaku sambil melihat sekeliling. Saat melihatnya sambil berjalan, aku jadi bisa melihat jelas pakaiannya. Aneh, dan tidak biasa. Pakaiannya ketat, dan ada bagian yang mirip seperti besi di bagian dada, pundak, lengan bawah, atas paha, dan pergelangan kaki.

"Tidak juga. Hanya orang-orang super sibuk saja yang diperbolehkan menggunakan jasa robot." jawabnya sambil berjalan menyusuri lorong-lorong.

"Memangnya berapa harga jual robot?" tanyaku kembali sambil berjalan mendekatinya, aku merasa asing dengan tatapan orang-orang yang melihatku.

"Aku tidak tahu. Aku tidak menggunakan jasa robot."

"Bagaimana dengan orang tuamu?"

"Mereka juga tidak." lalu ia diam sejenak. "Kau tahu robot?"

"Tentu saja." aku hampir lupa, ia pasti menganggapku orang primitif.

"Jelaskan padaku."

"Rangkaian besi yang dapat bergerak, memiliki otak, namun tidak punya perasaan hati."

"Hahahahahahaha.....!" ia tertawa terbahak-bahak setelah mendengar ucapanku itu. Dan itu membuat orang-orang di sekeliling melihat ke arah kami. Oh jangan, mau kuletakkan di mana wajahku, aku malu sekali!

"Mengapa kau tertawa?" tanyaku.

"Jawabanmu terkesan seperti melawak. Namun secara logika itu benar." bagiku itu tidak terlalu lucu, untuk apa ia tertawa sampai terbahak-bahak? "Aku lapar, aku mau ke restoran dulu."

"Bagaimana denganku?"

"Mau ikut atau tidak?"

"Ternyata kau senang jika melihatku malu!"

"Oh, pakaianmu?"

Aku tidak menjawabnya dengan kata-kata. Tapi kurasa ia tahu jawabannya dari ekspresi wajahku.

"Tidak apa-apa."

"Apa?"

"Sungguh."

"Sudah kuduga!"

"Bisakah kau berbohong pada mereka? Bilang saja pada mereka kalau kau habis syuting."

"Mereka tidak bodoh. Lagipula aku tidak terkenal."

"Bilang saja kau hanya figuran." aku tidak menjawabnya "Kau mau ikut atau tidak?"

Aku tetap diam, namun aku mendekatinya sehingga jarak diantara kami hanya 1 meter.

- Di restoran -

Disini makanannya masih biasa, tidak ada yang berubah, namun yang berubah adalah.....pelayannya. Semua pelayan di restoran ini adalah robot. Rasanya sedikit aneh, saat aku pertama kali berbicara dengan sebuah robot. Ekspresi mereka ramah, cara berbicaranya juga, namun itu terdengar seperti terpaksa.

"Apakah di semua restoran pelayannya adalah robot?"

"Tidak juga. Di restoran klasik, pelayannya adalah manusia."

"Memangnya ini restoran apa?"

"Ini restoran modern." setelah itu minuman pesanannya datang, ia langsung meminumnya walau tidak sampai habis.

"Kalau boleh aku tahu, tadi itu kau sedang apa di hutan Amazon?" tanyaku.

"Tunggu! Bagaimana aku memanggilmu?" jawabnya sambil melepas sedotannya.

"Panggil saja aku Nicola."

"Baiklah, Nicola. Tadi itu aku sedang mengambil gambar untuk tugas sekolahku."

I am not in WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang