chapter 30

1.1K 68 3
                                    

"Begitukah? Kalau begitu, kami berempat izin menuju rumah tetua Shaman." kata Zach, ia bangkit setelah mendengarkan perbincanganku dengan Sapphire dan Akilina.

"Ada apa? Mengapa buru-buru?" tanya Akilina.

"Begini...singkatnya orang-orang yang telah membangunkan roh Sugumu itu adalah kami berempat." jawab Zach sambil berjalan menuju pintu dan hanya menoleh sedikit.

"Benarkah itu?" tanya Sapphire dan Akilina.

"Umm...kami tidak sengaja." jawabku, kemudian aku berjalan ke arah pintu disusul oleh Connie dan Billy. Aku tidak tahu ekspresi apakah yang akan dipasang di wajah mereka masing-masing. Aku tidak punya banyak waktu disini. Aku cukup salut dengan Zach, ia benar-benar pandai mengefisienkan waktu. Sejauh ini Billy dan Connie masih terdiam, mereka tidak berkomentar apapun.

Kami berempat berjalan menuruni tangga-tangga yang terbuat dari batu ini dengan perlahan. Melewati rumah-rumah warga, dan akhirnya kami sampai di dekat sebuah rumah yang terletak di pojok Aqua Vicum. Seperti yang dikatakan Sapphire dan Akilina, semua warga sedang berkumpul di sini. Tak heran kampung ini terasa begitu sepi. Dari kejauhan aku bisa mendengar suara kakek-kakek yang sedang mencoba berbicara dengan keras.

".....sebenarnya ia bukanlah sosok yang jahat, tapi ia agak sensitif dan tidak suka diganggu." di ujung kata-katanya. Tetua Shaman, walaupun ia tidak memiliki keturunan rytier ataupun tergolong orang kaya, di sini ia cukup dihargai. Ia sering kali meramal, berhubungan dengan dunia roh, ataupun semacamnya. Mungkin aku dan teman-temanku akan lebih suka menyebutnya sebagai kakek dukun.

Berbeda dengan yang lain, di sini aku hanya satu-satunya orang yang tidak begitu memperhatikannya dalam arti mendengarkan ramalannya, ataupun ceritanya mengenai hal-hal mistis. Maka dari itu, ini akan menjadi yang pertama kalinya dalam hidupku untuk mencoba mendengarkan kata-katanya.

"Kaukazietis!!" teriak seseorang di antara kerumunan itu. Seluruh orang yang ada di sana pun mengalihkan perhatian mereka ke arah kami berempat yang tengah mengendap-ngendap mencoba untuk berada di tengah kerumunan warga.

"Tidak, itu adalah Nicola." jawab yang lain.

"Oh ya? Bagaimana dengan dua kaukazietis lainnya yang berada di belakangnya?" tanya yang lain.

"Hei bukankah itu teman Eidos yang sudah lama menghilang??" tanya mereka lagi.

"Maksudmu Sach atau Jack atau siapalah itu aku lupa." oceh mereka

"Kurasa mereka tidak akan berbuat apa-apa, lanjutkan jalan." ucap Zach sambil sesekali menengok ke arah warga yang masih membicarakan kami berempat.

"Nicola!" seru tetua Shaman. "Kukira kau tidak akan pernah kembali lagi ke Aqua Vicum. Apa yang membuatmu kembali lagi kesini, terlebih lagi ke rumah ku." ia mencoba untuk bangkit dibantu dengan sebatang kayu yang terlihat rapuh namun kuat.

"Bolehkah kami berempat berbicara dengan mu, sebentar saja. Tapi hanya kita berlima saja." pintaku.

"Mengapa begitu?" tanya tetua Shaman, tampaknya ia agak meragukan kami.

"Biar kupertegas, pembicaraan ini tergolong penting dan rahasia." tambah Zach.

Ia tidak menjawab apapun, tapi dari ekspresi wajahnya sepertinya ia berkenan. Kemudian, ia berjalan dengan bantuan sebatang kayu menuju rumahnya yang tidak terlihat besar. Setelah kami semua masuk ke dalam rumahnya, Billy menutup pintu rumah ini sebagai seseorang yang masuk terakhir.

"Baik, aku ingin mendengar hal itu, yang menurut kalian penting dan rahasia." ucapnya setelah ia duduk di atas rotan anyaman yang membentuk seperti sofa dan terlihat begitu nyaman.

I am not in WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang