Aku bingung dengan apa yang terjadi. Orang-orang yang satu meja dengan ku ini selalu menatap ke arah samping kananku, ke arah gadis yang duduk di sebelahku ini, gadis yang aku tidak ketahui namanya. Aku tidak suka pemandangan seperti ini, jadi aku memecah keheningan.
"Ngomong-ngomong namamu siapa?"
"Na..namaku Karin.."
"Hah? mengapa kau gugup??" jawabku sambil menggaruk kepalaku, meskipun sebenarnya aku tidak merasa gatal.
"Gugup? Tidak." kali ini jawabannya seperti lebih mantap alias tidak gugup.
Mereka semua yang duduk disekeliling meja ini hanya diam membisu, entah mengapa, tapi tak satupun dari mereka yang ikut dalam percakapan ini selain aku dan Karin.
"Maaf, aku ingin pergi ke toilet." tiba-tiba Karin memegang perutnya sambil berlari ke suatu tempat yang aku yakini adalah toilet.
"Hei, apa yang kau lakukan?" tanya Avril ketika Karin sudah berjalan jauh dari kami.
"Memangnya apa yang salah?" tanyaku dengan wajah bingung, aku merasa seperti sudah melakukan suatu hal yang cukup fatal bagi mereka.
"Kau tidak tahu siapa dia, bukan?" kata Taylor yang tiba-tiba ikut dalam perbincangan antara aku dan Avril.
"Yaa...aku tidak mengenalnya. Tapi ada apa dengannya?"
"Nanti akan kuceritakan." jawab Taylor dengan tatapn yang sedikit berbeda dari tatapan normal nya. Sungguh, aku tidak mengerti apa yang aku tidak mengerti tentang apa yang ada di pikiran mereka..
Tak lama setelah Taylor berkata begitu, Karin pun datang dan duduk kembali di tempatnya. Setelah itu, terjadilah keheningan sampai akhirnya makan malam pun dimulai.
"Selamat makan!!" teriakku dengan keras, hingga terdengar satu ruangan yang besar ini.
Semua orang pun menyempatkan diri mereka untuk melihat ke arahku, ke arah sumber suara yang nyaring itu, yah walaupun hanya untuk beberapa detik. Aku lupa untuk tidak melakukan beberapa kebiasaanku anehku selama masih di JHS. Mungkin teman-teman seangkatan ku sudah terbiasa dengan beberapa sifat anehku yang freak ini, tapi aku harus menahan diri untuk tidak melakukan hal macam itu disini, karena disini memiliki aura dan respon yang berbeda.
Aku melihat wajah Avril yang pucat itu tiba-tiba memerah, apakah ia sedang menahan tawa? Jangan-jangan ia sedang menertawaiku di dalam hatinya. Tapi, haaahhhh sudahlah lupakan. Aku terlalu sering memperhatikan sesuatu yang kurang penting.
- Setelah makan malam -
Makan malam berlangsung dengan khidmat. Satu hal yang aku tidak terima, makanan itu....makanan itu tidak benar-benar membuatku merasa kenyang-____- itu semua karena, aku sudah terbiasa untuk makan dengan porsi besar. Tapi aku mencoba untuk bisa menyesuaikan diriku disini.
Setelah kami masuk ke kamar kami masing-masing, keadaan sudah kembali seperti biasa.
"Tadi itu, apa yang kau ingin katakan?" tanyaku pada Taylor. "Aku sedikit penasaran tentang identitas......"
"sssttt!!!" kata Stella sambil menatapku setengah melotot. "Usahakan untuk berbicara agar hanya kalian berdua saja yang mendengar."
Aku hanya mengangguk. Aku baru ingat, bahwa Karin tinggal tepat di sebelah kamar kami. Taylor pun akhirnya membuka perbincangan "Dia berada di grade 3 class 6..."
"Lalu??" aku begitu antusias dalam menanggapi kata-kata Taylor.
"Aku bingung aku harus mulai dari mana..." tiba-tiba ia terlihat bingung, padahal pada awalnya ia terlihat begitu yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am not in Wonderland
AdventureNicola, seorang gadis yang sedikit keras kepala dan egois. Berkepribadian tomboy dan berpendirian teguh. Menemukan dirinya tersesat di dunia antar waktu. Hal tersebut sangat membuatnya frustasi, entah apa yang akan bisa membawanya pulang. Hingga pad...