chapter 17

2.3K 124 3
                                    

Tapi, walau begitu aku masih belum tahu kronologi secara jelasnya. Aku tidak mau salah menyangka. Lebih baik, pertanyaan itu kusimpan untuk saat-saat yang akan mendatang dimana saat itu adalah saat yang pas untuk mempertanyakannya.

"Ngomong-ngomong, kapan jogging ini akan berakhir??" tanyaku karena sudah kelelahan jogging non-stop.

"Hahaha....kau jangan berharap rombongan jogging ini akan berhenti, jika kau memang sudah lelah, kau langsung saja beristirahat. Rombongan jogging ini akan berhenti 1 jam kemudian." kata Karin sambil menertawaiku.

"Mengapa kau tidak bilang dari tadi...." jawabku sambil menahan ekspresiku agar tidak terlihat seperti orang yang sedang jengkel.

"Kukira kau masih bisa bertahan. Tapi, jika kau sudah lelah sebaiknya kau istirahat sana!" kata Karin sambil menengokkan wajahnya kearah sebuah kursi taman.

"Yasudah, aku istirahat dulu." jawabku sambil memelankan jogging sampai akhirnya aku hanya sedang berjalan menuju sebuah kursi taman. "Dia gila!!" teriakku sambil menjatuhkan diri di atas kursi taman itu. "Bagaimana caranya ia bisa terus berlari non-stop seperti itu?" aku berbicara sendiri. Lalu aku menyempatkan diri untuk menatap ke langit. Sekarang langitnya sudah mulai terang. Kemudian aku menengok ke arah layar raksasa yang terpampang di gedung sekolahan ini. "Ternyata sudah pukul 6.45 am."

"Hey! Nicola!" teriak seseorang dari kejauhan, kurasa aku mengenal suara ini. Lalu aku menengok ke arah suara itu berasal. Ternyata itu, Stella.

"Stella!" teriakku.

"Kau bangun pagi sekali." kata Stella sambil duduk di sampingku.

"Kurasa....aku bangun hanya seperti hari biasa." jawabku dengan suara terengah-engah.

"Tapi tidak biasa bila di hari Minggu." kata Stella sambil bangkit dan mengajakku untuk Jogging kembali. "Sekarang, bagaimana jika kita jogging?"

"Haaahh....tidak...terima kasih....nanti saja....aku sudah jogging 10 menit non-stop." jawabku sambil mengatur nafasku yang belum stabil.

"Oh rupanya begitu, pantas saja nafasmu terengah-engah. Baiklah, kalau begitu aku jogging dulu!" kata Stella.

"Ya." jawabku singkat sambil melambaikan tangan padanya.

"Kupikir seisi kamarku tidak akan ada yang berolahraga." aku berbicara sendiri. Beberapa saat kemudian aku sudah bisa mengatur nafasku, lalu aku bangkit dari duduk dan berjalan menuju tempat dimana tadi ada banyak orang yang sedang berolahraga.

"232, 233, 234, 235, 236, 237, dua ratus tiga puluhhhh.........hahhhh...." seseorang jatuh saat sedang melakukan skipping. Lalu aku langsung menghampirinya.

"Kau baik-baik saja?" tanyaku sambil berjongkok di depannya.

"Eh...hhhh.....tidak, aku........baik-baik saja!" jawabnya. Kurasa ia terkejut atas kehadiranku. Bahkan ia menjawabnya dengan nafas yang tidak beraturan.

"Kau yakin?" tanyaku sambil menatap wajahnya yang penuh dengan keringat.

"Yaaahh.....aku yakin!" jawabnya terengah-engah.

"Tapi aku tidak." jawabku dengan cepat. "Sebaiknya kau duduk dulu sana, istirahatlah!" kataku sambil menengokkan wajahku ke arah batas trotoar. Tanpa menjawab, laki-laki itu pun segera duduk di trotoar, lalu ia meletakkan skipping nya tepat disebelahnya. Sementara itu, ia mulai mengatur nafasnya. Sebari ia mengatur nafasnya, aku duduk di sebelahnya.

"Latihan secara berlebihan itu tidak baik. Latihanlah sesuai kemampuanmu." kataku.

"Lalu, kapan aku akan bisa lebih baik dari kemarin?" jawab laki-laki itu sambil mengelap dahinya dengan tangan kosong.

I am not in WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang