chapter 14

2.2K 125 7
                                        

"Heiiii.....dari mana kau mendapatkan itu??!"  tanya Connie dengan wajah yang terlihat tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya.

"Kau pikir aku mencurinya?? Tentu saja ini Ayah yang memberikan!" kata Billy sambil memasukkan apa yang di genggamnya ke dalam tas.

"Tapi, baik Ayah maupun Ibu tidak pernah memberikanku kartu debit. Padahal aku selalu memintanya, ini tidak adiiiiil....!!" kata Connie setengah berteriak.

"Seharusnya kau mempertanyakan hal itu pada dirimu sendiri. Seberapa borosnya dirimu??" kata Billy dengan nada yang aneh saat berkata seberapa borosnya dirimu.

Sementara mereka sedang beragumen, aku hanya bisa menonton saja. Mustahil bagiku bila aku ikut dalam argumen mereka. Ternyata yang digenggam tadi oleh Billy itu adalah kartu debit. Tapi bentuknya sudah cukup berbeda dengan kartu debit milik Ibuku. Kartu milik Billy bentuknya lebih kecil.

- Di dalam bus -

Tidak kusangka ternyata Billy dan Connie belum juga selesai dengan argumen mereka. Padahal tadi itu hanya masalah kecil. Untungnya 5 menit kemudian, argumen mereka selesai. Dan untungnya lagi, mereka tidak bertengkar. Ternyata, hubungan saudara kembar itu lebih akrab daripada hubungan saudara kakak-adik. Jika itu terjadi padaku, pasti aku akan berujung dengan sebuah pertengkaran bersama adikku.

"Eeeeh....Nic." tanya Connie, memecah keheningan diantara kami bertiga.

"Ya?" jawabku.

"Aku masih sedikit bingung dengan hal yang menimpamu di hutan......." tiba-tiba ucapan Connie terhenti. Setelah kulihat, ternyata Billy menginjak kaki Connie. Bagus Bill!

"Auww...!" kata Connie sambil mengangkat kakinya.

Billy tidak mengucapkan apa-apa, hanya saja ia seperti menunjukkan bahasa tubuh pada Connie yang aku tidak mengerti. Setelah itu Connie terlihat seperti biasa lagi, dan begitupun juga Billy.

"Ehh...kau baik-baik saja." kataku yang mungkin bisa juga dikatakan sebagai basa basi.

"Ya. Tenang saja!" jawab Connie meyakinkanku.

Setelah beberapa menit kemudian, kami sampai di bandara. Untungnya kami hanya perlu menunggu 30 menit untuk pesawat penerbangan ke Venezuela. Sementara itu, dari Washington DC menuju Venezuela memakan waktu 2 jam dengan pesawat. Setelah sampai di bandara, lebih tepatnya bandara di Valencia, kami berjalan keluar dari bandara ini.

"Sial!! Seharusnya kita membawa sepeda lipat, atau setidaknya skateboard. Aku sudah merasa lelah, dan........lapar!" kata Connie dengan mengatakan kata demi kata secara ekspresif.

"Yaampun! Aku lupa menukar mata uang!" kata Billy sambil berbalik arah menuju bandara lagi.

"Hei Bill, tunggu. Lihat disitu!" kataku sambil menunjuk sebuah bangunan yang bertulis money changer pada bagian kacanya. Setelah mendengar perkataanku, Billy pun segera memutar balik dan berjalan menuju money changer tersebut. Billy pun melakukan transaksi di dalam, sementara aku dan Connie menunggunya di luar.

"Ahahaha....lihat! Kita punya uang lebih banyak. Tadinya kupikir bolivar lebih mahal dari dollar." kata Billy setelah keluar dari money changer tersebut. Dia pun juga menunjukkan betapa tebalnya uang yang ia genggam. "Padahal aku hanya menukarnya dengan 300 dollar."

"Hei..hei..hei..simpan itu baik-baik!" kataku. Sementara itu, aku menyempatkan diri untuk melihat uang yang digenggam Billy. Dan penampilannya sudah tidak ada lagi yang sama seperti dulu. Dan disitu ada wajah baru yang tidak kukenal sama sekali.

"Oh tentu!" jawab Billy sambil memasukkan uang itu kedalam tasnya. Transaksi pertama sudah kami lakukan untuk membayar taksi. Dan kini kami sudah sampai di Torrent, dan sekarang kami sedang berjalan di komplek perumahanku.

I am not in WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang