chapter 4

3.3K 169 0
                                    

- Keesokan paginya -

Udara disini begitu dingin, apalagi saat pagi hari. Beruntung, Akilina bukan gadis yang ego. Dia menyuruhku tidur di kasur kosong tepat disebelah kasurnya. Padahal selimut yang kupakai ini luar biasa tebal, tapi anehnya aku masih bisa merasakan dingin. Kira-kira apa jadinya bila aku tidak tidur dengan selimut tebal ini?

"Hei! bangun! Tidak baik bila tidur terlalu lama." kata dia sambil menepuk tanganku hingga membuatku terbangun. Aku pun bangkit dari kasur, dan mengikutinya keluar kamar. "Kau tidur lama sekali."

"Berapa lama aku tidur?" tanyaku sambil menengok arlojiku. Menurut arlojiku, sekarang sudah jam 6.10.

"Yang pasti lama." jawabnya. Apakah mereka mengerti tentang jam? "Ayo ikut aku!"

"Kemana?" tanyaku spontan.

"Sapphire menunggu kita di luar sana." jawabnya sambil membuka pintu rumahnya.

"Sapphire?" kataku, kira-kira dia mau apa.

"Sapphire adalah gadis yang menolong mu kemarin."

"Bukan. Bukan itu maksudku. Untuk apa dia menunggu kita?"

"Sudah...ikuti saja aku!" jawab dia sambil menutup pintu.

Aku mengikuti Akilina menuju suatu tempat yang aku tidak ketahui. Di sini indah sekali. Tempat ini dilewati oleh sungai yang airnya berwarna biru muda, dikelilingi pohon-pohon, dan diselimuti oleh rumput yang berembun. Di tempat ini begitu sepi, hanya ada beberapa ekor tupai yang sedang berlarian dan saling mengejar. Tidak ada seorangpun disini.

Tiba-tiba Akilina bersiul, seperti sedang memanggil burung. Tak lama kemudian, seseorang turun dari pohon, mengenakan sebuah topeng yang kurasa aku pernah melihatnya. Lalu dia menghampiri kami, ternyata dia Sapphire.

"Maaf telah membuatmu menunggu." kata Akilina.

"Tidak apa-apa. Aku belum lama di sini." jawab Sapphire. "Dan, aku ingin mengobrol tentang beberapa hal padamu, Nicola."

"Tentang apa itu?" tanyaku.

"Maukah kau menjadi warga di desa ini?" tanya Sapphire.

"Ehh...." aku terdiam sejenak, tentu saja aku bingung. Dia tidak pernah basa-basi.

"Sebelumnya, akan kuberitahu siapa dia padamu. Sapphire, adalah anak dari seorang Rytier di desa ini." kata Akilina.

"Rytier itu apa?" belum sempat Akilina melanjutkannya, aku sudah memotongnya.

"Rytier adalah sebutan untuk para kesatria di desa ini. Jadi, Sapphire akan meneruskan perjuangan ayahnya." lanjut Akilina.

"Tapi, dia perempuan." kataku.

"Itu terpaksa..." lalu terjadi keheningan sejenak. "Sapphire, haruskah aku menceritakan ini padanya?" tanya Akilina pada Sapphire.

"Sebenarnya, aku memiliki seorang kakak laki-laki, namanya Val. Tapi, dia sudah meninggal 4 tahun yang lalu." aku kagum dengan Sapphire. Ia kuat sekali menceritakannya. Tak ada setetes air mata pun yang mengalir di pipinya. Kalau aku jadi dia, pasti setidaknya setetes air mata jatuh dari mataku.

"Saat itu Sapphire masih 12 tahun." lanjut Akilina. "Jadi selama ini, yang menggantikan posisi Val adalah aku."

"Kakak ku, mati dibunuh oleh seorang Kaukazietis...!" kata Sapphire dengan nada kesal sambil menusukkan pisaunya ke arah batang pohon.

"Kaukazietis adalah manusia berambut pirang." lanjut Akilina.

"Ehh, kurasa aku mulai mengerti tentang apa yang sedang terjadi." kataku. "Aku...aku berambut pirang..tapi..." pantas saja saat pertama bertemu, dia begitu kasar padaku.

"Tapi, aku yakin kau tidak ada hubungannya dengan kejadian itu. Saat aku menatap mata mu...mata mu tidak menunjukkan bahwa kau adalah orang yang jahat." kata Sapphire sambil menatap mataku dengan teliti. "Ditambah lagi kau tersesat. Jadi, aku yakin kau tidak tahu apa-apa tentang Kaukazietis ataupun Mongoloeides."

"Mongoloeides adalah manusia berambut hitam, seperti kami." kata Akilina.

"Tapi..aku berambut pirang...aku akan merasa aneh bila berada diantara kalian..atau mungkin, di desa ini akan ada yang memandangku setengah mata. Ditambah lagi dengan kesan Kaukazietis yang buruk di mata Mongoloeides." kataku.

"Tapi, aku membutuhkanmu." kata Sapphire dengan cepat.

"Aku? Apa yang bisa kulakukan untukmu?" tanyaku. "Seorang pendamping kau sudah punya, yaitu Akilina."

"Bukan sebagai pendamping..." kata Sapphire, lalu tiba-tiba dia terdiam. "Ada orang disana?" tanya dia.

"Tenang ini aku." kata seorang laki-laki yang datang dari belakang semak-semak.

"Eidos. Ternyata itu kau. Sudah berapa lama kau berada di sana?" tanya Akilina.

"Dari sebelum matahari terbit. Tadi aku mendengar suara orang mengobrol..setelah kucaritahu ternyata itu kalian." kata laki-laki beralis tebal itu. "Hei..dia siapa?" tanya Eidos pada Akilina.

"Nicola." kata Akilina. "Tenang, dia bukan musuh." kata dia sambil berbisik pada Eidos, hmm tapi aku masih bisa mendengar mereka..

"Tapi dia mau apa!?" kata Eidos setengah teriak.

"Hey!! Sssttt! jangan berisik!" kata Sapphire. "Aku sedang punya rencana." setelah mendengar apa yang dikatakan Sapphire, aku langsung mengerutkan dahiku. Tentu saja, aku kan jadi bingung dan penasaran.

"Rencana? Rencana apa?" kata Eidos yang terdengar menentang. "Walau bagaimanapun, ia adalah seorang Kaukazietis." sudah kuduga, pasti aku akan dipandang sebelah mata disini..

"Eidos!" kata Akilina. "Nanti kau akan kuceritakan setelah ini."

"Baiklah, terserah apa katamu.." kata Eidos, akhirnya ia diam.

"Maaf, aku sama sekali tidak mengerti ini." kataku mengisikan keheningan yang sedang terjadi.

"Lupakan ini!" kata Sapphire.

"Tapi..tapi..bagaimana dengan rencanamu?" tanya Akilina.

"Kalian berdua ikut aku. Eidos, maaf tapi aku tidak mengajakmu." kata Sapphire sambil berjalan pergi. Aku dan Akilina pun mengikuti Sapphire dan meninggalkan Eidos.

"Jadi, sekarang apa?" tanya Akilina.

"Aku tidak bisa leluasa bila ada Eidos saat kita berbicara. Aku hanya sedang menghindar darinya. Di desa ini, hanya kau saja yang paling kupercaya setelah orangtuaku." kata Sapphire pada Akilina."Ehm! Nicola, sebaiknya kau mandi. Bajumu kotor oleh tanah. Sebenarnya kemarin itu apa yang terjadi padamu?" tanyanya padaku.

"Ehhhh...kemarin aku jatuh ke.......ke jurang. Setelah itu aku bertemu dengan serigala-serigala yang kelaparan itu." aku terpaksa berbohong, aku tidak bisa selalu jujur pada semua orang, apalagi aku baru mengenalnya.

"Oh, ternyata begitu. Tapi, kau tidak hilang ingatan, kan?" tanyanya kembali...oh yaampun, seharusnya ia tidak perlu menanyakan itu, kalau aku hilang ingatan mana mungkin aku tahu namaku.

"Tidak. Sedikit pun tidak." jawabku.

"Kalau begitu, apakah kau ingat saat-saat terakhir sebelum kau berada disini?" tanyanya kembali.

"Ya tentu saja." jawabku singkat.

"Tolong ceritakan padaku!" kata Sapphire. Argh..dia ini ingin apa! Sebenarnya apa rencananya padaku? Mengapa ia ingin sekali tahu banyak hal tentangku. Tadi baru saja aku berbohong, kalau aku berbohong lagi lagi dan lagi, maka semakin lama kebohonganku akan terbongkar. Apakah sebaiknya aku jujur saja padanya? Kuharap itu bukanlah hal yang buruk

To Be Continued.

I am not in WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang