Fate - 01

214K 12.2K 676
                                    

Pic : Taylor Hanna Anderson

Taylor mengerucutkan bibirnya, sedari tadi dia hanya mengekor Maminya yang ribut berbelanja gaun untuk pesta malam nanti. Sudah berkeliling satu butik yang terkenal di Jakarta, tapi Maminya itu, lho. Pemilih banget. Perhitungan. Padahal dirinya tidak merasa malam nanti adalah hari penting baginya.

Bukan hari ulang tahunnya ini kok.

"Kamu lebih suka warna apa, Tay? Kuning apa cokelat?" tanya si Mami yang repot sendiri.

"Apa aja," jawab Taylor sekenanya.

"Kayaknya yang cokelat aja deh, yang kuning gak ada size XXLnya Tay!" nah, Maminya itu lagi–lagi membuat Taylor ingin memotong urat malunya.

Gimana ia tidak malu, berkat omongan cantik Maminya semua orang di butik menatapnya geli bercampur menahan tawa.

"Terserah," demi mengatasi rasa malunya, Taylor lebih memilih memasang headset di telinga. Headset berukuran S yang selalu terlepas saat ia bergerak sedikit saja. Lagi–lagi ia harus menanggung malu saat headset S nya terlepas. Malu–maluin banget punya badan gembrot kebangetan, batin Taylor dalam hati.

Taylor Hana Anderson boleh dibilang memiliki nama yang cukup bagus dibandingkan anak–anak di Indonesia. Kalian pasti berpikiran dia cewek cantik nan sintal yang jika tersenyum seperti model terkenal.

Ah, kalian salah! Taylor hanyalah perempuan biasa yang terjebak dalam kehidupan luar biasa. Dia tidak pernah percaya diri dengan apa yang dia miliki sekarang, selalu gugup dan kikuk. Tidak pernah berbicara tanpa gagu, dan selalu dijadikan bahan ledekan anak lain di sekolahnya. Semua itu karena berat badannya yang jauh diatas normal, dan tinggi badan yang jauh dibawah normal.

Kalian bisa membayangkan kan bagaimana penampilan Taylor? Pokoknya seperti bola besar yang hidup jika ia meringkuk, persis seperti yang dikatakan—

"Abel!" pekik Taylor pelan ketika cowok bernama Abel sedang berjalan elegan bersama seorang wanita paruh baya di depannya.

Ya, ia dikatakan seperti bola besar yang hidup oleh cowok bernama Abel itu. Lalu ngomong–ngomong, apa yang dilakukan Abel di butik ini? Tanya Taylor dalam hati. Ia berusaha menyembunyikan badan sebesar gajahnya di antara deretan gaun–gaun remaja.

Tapi sesaat setelah itu, ia merasa bodoh. Meskipun Abel mungkin melihatnya, toh cowok blasteran Indo–Jerman itu tak akan perduli. Setengah hati Taylor keluar dari tempat persembunyiannya.

Lagi–lagi mata bulatnya mengerjap, dia melihat Abel lagi. Bukan Abel yang berambut hitam berantakan. Tapi Abel berambut cokelat cerah dengan bibir yang tersenyum.

Lho lho, Abel mewarnai rambutnya ya?

Taylor mengambil memo kecil yang selalu ada di saku jeansnya. Selanjutnya dia mengambil pulpen yang ada di saku jaket. Mulai menorehkan suatu tulisan di memo kecil tersebut.

Abel's News!

54. Abel mewarnai rambutnya menjadi cokelat terang di hari sabtu tanggal 4 bulan ke 9!

"Taylor, sizenya yang XXXL aja ya, kamu kan masih tahap pertumbuhan sayang! Kali aja tambah lebar," teriak Maminya kencang dari selasar gaun di sebelah tempat Taylor berdiri.

Oke, ini hari terburuk bagi Taylor. Juga hari ia ingin tahu bagaimana cara memutuskan urat malunya, yang pasti. Semua orang benar–benar menahan tawa mereka, ada juga yang terang–terangan tertawa keras. Muka Taylor sekarang pasti seperti kepiting rebus. Memalukan!

"Mi, please jangan buat Taylor malu," bisik Taylor di telinga Maminya.

"Loh malu kenapa sayang?! Kamu kan cantik, cuman kelebihan lemak dikit kok!" ucap Maminya keras, rasanya Taylor ingin menangis sekarang juga mendengar reaksi orang–orang.

ST [1] - (Fat)eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang