Aku bergegas ke kamar mandi yang ada di kamarku, hingga sebuah tangan menyela dan masuk ke dalam kamar mandi. Aku menggeram kesal dan menggedor pintu kamar mandi.
"Carmen kamu jahat ya! Aku duluan kan yang pengen mandiii!" teriakku.
"Yang masuk duluan siapa heh?" balasnya dari dalam.
Terpaksa aku menunggu di depan pintu kamar mandi. Di belakangku masih ada kelima sahabatku yang ikut menunggu.
5 menit...
10 menit...
15 menit...
20 menit...
35 menit...
"Caaaaaaaar cepetaaan!" keluh semuanya.
Carmen mandi kembang tujuh rupa ya? Lama bangeeet. Awas aja dia kalo keluar lebih dari satu jam aku akan... akan... gak ngapa - ngapain.
40 menit...
55 menit...
59 menit...
Ah dia keluar, oke aku tidak akan berbuat apa - apa. Belum aku masuk, Mikayla menyerobot dan membanting pintu kamar mandi.
"Mikaylaaaaaa!" teriakku kesal.
Ah aku bodoh sekali, kan aku bisa memakai kamar mandi yang ada di lantai satu! Aku berbalik dan cepat - cepat turun melalui tangga spiral. Aku sudah memegang gerendel pintu, hingga...
Bruk.
"Minggir!"
Cklek. Klik.
Hingga Danies mendorongku ke belakang, meneriakkiku, menutup pintu kamar mandi.
Dan menguncinya.
"DANIEEEEESSSSSS!!!!"
Ingatkan aku untuk menyampaikan pada para pelayan supaya tidak membukakan pintu ketika mereka datang di pagi hari buta.
Menyebalkan.
-Princess Series-
Aku sudah duduk anteng di kursi sebelah Tiffany, sementara tangan kulipatkan di atas meja, menelungkupkan kepala di antaranya dengan jengkel.
Aku terlambat, mendapat 10 poin-itu jelas bukan hal yang patut dibanggakan-, tidak sarapan dan sekarang aku lupa jika ada ulangan Matematika.
"Arghhh!" geramku yang entah ke berapa kalinya.
"Kau stress?" tanya Tiffany tenang sambil membuka lembar demi lembar buku paket Matematikanya.
"Aku lupa ada ulangan Matematika," kesekian kalinya aku berucap.
Dan pasti Tiffany akan menjawab... "tenang saja."
Aku merutuk, Tiffany siswa berprestasi. Dia pasti bisa mengerjakan soal semudah dia berkedip. Otaknya memang genius.
Tok tok tok.
Uh mati aku! Dengan gerakan cepat aku menunduk dalam - dalam. Rasanya leherku mau patah.
"Selamat siang semuanya," ucap Bu Alice dengan aksen britishnya yang kental. Ini guru memang dari luar negeri, mau bagaimanapun aksennya itu gak bisa dia ubah jadi Jawa.
Tapi jangan berpikir seperti itu dulu! Sekarang aku harusnya panik karena ada ulangan! Uhhh, mati aku mati aku.
"Hari ini kita..."
Mati aku mati aku! Telan aku ke dasar bumi sekarang juga!
"...tidak jadi ulangan."
Loh? Aku tidak salah dengar kan? Kudongakkan kepalaku dengan tampang gak banget. Aku semakin terkejut saat melihat wajah menyebalkan itu sedang menunjukkan cengiran iblisnya pada seluruh anak - anak di kelas. Dia berdiri di samping Bu Alice, dengan seragam sekolah lain... itu berarti... berarti...
Sontak aku berdiri tanpa sadar.
"Kamu?!" kutunjuk Iblis itu dengan amarah meluap - luap.
Oke Tay, kamu membuat semua orang menengok ke arahmu yang duduk di belakang. Tepatnya berdiri di belakang, dengan jari gempal yang menunjuk orang. Betapa tidak sopannya dirimu.
"Eum, sorry..." ucapku sambil menunduk, aku kembali duduk dengan perasaan salah tingkah.
"Hah ada cewek bagong!" celetuk si Iblis itu kemudian. Aku mendelik kepadanya. Sementara anak - anak di kelas tertawa terbahak, terkecuali Bu Alice yang berusaha menenangkan kelas dan Tiffany yang tak acuh.
"Kamu tuh gak sopan banget ya!" aku kembali berdiri sambil melipat tangan di depan dada.
"Lo gak ada kata selain itu apa? Gak kreatif banget," balasnya dengan cengiran, memperlihatkan gigi putihnya.
Yang terlihat di mataku malah gigi busuk.
"Kamu juga ngatain aku cewek bagong! Dasar cowok nyebelin."
"Loh emang bagong kan? Udah deh ngaku aja, makanya diet. Badan mulu digedein."
"Aku gak terima dibilang gitu sama cowok triplek kayak kamu!"
"Triplek?! Atletis kayak gini dibilang triplek? Liat kaca deh, eh gak bisa ya. Ketutupan sama lemak, HAHAHAHAHA."
Cukup. Aku... Aku...
"Kenapa? Kok diem? Gak bisa bales?"
Aku... Aku...
"Ouwhh, apa jangan - jangan pita suara loe ketutupan lemak? Iuhhh."
Aku... AKU MURKA!!!
Dengan dada naik turun, aku berjalan menghentak ke belakang kelas dan mengambil bangku yang tidak terpakai. Kuangkat bangku itu seakan benda itu kapas dan menggiringnya menuju depan kelas.
Semua anak termasuk Bu Alice memandangku dengan mulut menganga lebar. Sementara si Iblis itu was - was.
"Lo... jangan bercanda," katanya kaget.
Aku mengangkat bangku itu tinggi - tinggi ke atas seolah itu bola baseball yang siap di lempar.
"Aku bercanda?" tersenyum kecil, aku melanjutkan. "NGGAK TUH!!!" kulempar bangku itu tepat di depan wajah Iblis menyebalkan itu.
Dak!!! "Astaga, udah bagong ditambah psikopat lagi."
Sialan, dia menghindar. Aku mengambil benda terdekat yang bisa kujangkau. Bingkai foto, aku menyeringai dan melemparkan bingkai foto itu.
Dia menangkapnya. Kuambil lagi benda yang lain, vas bunga, hingga...
"MISS TAYLOR HANNA ANDERSON! SUDAH CUKUP!" teriakan dari luar pintu menghentikan aksiku, terdengar sorakan kecewa penonton dan kesadaran sekejap Bu Alice yang ikut menonton pertengkaran cuma - cuma ini.
"Cepat ke sini! Kau juga murid baru!" teriak ketua yayasan lagi. Menunjukku dan juga Iblis yang hanya mendengus.
Aku mencibir dan sesegera mungkin menghampiri Ketua Yayasan. Masih bisa kudengar protesan kecil dari si Iblis.
"Nama saya Axel pak, bukan Murid Baru."
Tapi setelahnya dia meringis karena aku menginjak kakinya dengan kaki gajahku.
HAHA RASAKAN!
KAMU SEDANG MEMBACA
ST [1] - (Fat)e
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [1] : Taylor Hana Anderson Setiap perempuan selalu menjadi putri yang menunggu pangeran sejatinya datang. Taylor percaya k...