Fate - 28

77.3K 6.4K 113
                                    

besok penulisnya langsung pergi keluar kota abis pulang sekolah, jadi skrg updatenya

Enjoy, maaf mengecewakan

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Author.

Taylor terperangah. Nafasnya tercekat dan matanya melotot. Dia mundur beberapa langkah. Tangannya bergetar hebat tak kalah dengan bahunya. Jadi dia, Nathan Damaryan, awal malapetaka keluarga Anderson...

Karena Nathan memberinya sebuah balon, dia harus mengejarnya. Karena Nathan berjalan sangat cepat, Taylor tidak mampu menyamai langkah pria itu. Karena Nathanlah, dia memanjat pohon untuk mendapatkan balon tersebut.

Karena Nathan, ayah Taylor meninggal...

Nathan memiliki wajah tampan dengan hidung.mancung dan aura karismatik. Matanya bersinar ramah dan bibirnya melengkung membentuk senyuman. Rambutnya cokelat kepirangan, tersisir rapi ke belakang. Jas yang dia gunakan, menambah ketampanan pria berumur kepala empat ini. Tapi Taylor, merasa semua yang ada di diri Nathan menjijikan.

Taylor menatap Axel yang masih memperkenalkan Nathan dengan bangga. Segala sesuatu yang terdengar Taylor seperti teredam begitu saja. Dia seakan tuli.

Tangannya menepis uluran tangan Nathan Damaryan yang meminta untuk dijabat. Membuat Nathan dan Axel menyadari perubahan air muka Taylor. Axel mendekat, menyentuh bahu Taylor. Tapi dengan defensif Taylor menepisnya.

"Jangan. Sentuh." Desis Taylor sebelum keluar dari gedung melalui pintu utama aula.

Axel mengerjap, terlalu tertegun dengan reaksi yang diberikan Taylor. Dengan gerak cepat dia berusaha mengikuti Taylor. Menyisakan Nathan yang terbengong, menatap putranya sendiri meninggalkannya di pesta keluarga Hitama.

Tak lama, Abel datang menghampirinya sambil membawa dua cangkir berisi limun. Nathan mengambil satu, tersenyum pada anaknya.

"Yah, tadi Abel lihat Axel lari, ada apa?" tanya Abel karena tadi saat dalam perjalanan ke situ dia melihat sekelebat bayangan Axel yang tengah berlari.

Nathan Damaryan mengangkat kedua bahunya, "gak tau. Tadi Axel ngenalin Ayah sama perempuan cantik. Tapi perempuan itu shock ngeliat muka Ayah. Semoga dia gak kenapa-kenapa. Namanya... Kalau gak salah Taylor."

Abel terdiam, menatap pintu aula dengan pandangan cemas. Apa Axel dan Taylor akan baik-baik saja...?

Sementara itu Axel dan Taylor malah lomba lari. Membuat seluruh karyawan di gedung tersebut melongo menatap dua remaja yang tarik menarik ekor gaun yang ujungnya panjang milik Taylor.

Taylor yang merasa nasibnya akan terancam, dengan terpaksa menengok ke belakang. Berhenti berlari, lalu Axel ikut berhenti sambil menyeringai.

"Kena-"

Taylor menunjuk ke belakang badan Axel dengan panik, oke pura-pura panik. Lalu begitu Axel menengok ke belakang badannya karena penasaran, Taylor dengan cepat menggulung ujung gaunnya. Dia melepaskan sepatu beruncing heels yang tajam milik Tiffany. Melemparnya tepat saat Axel kembali menoleh ke depan dengan sebal, "gak ada apa-ap-OUCH!"

Karyawan gedung melongo menatap dua remaja yang sama-sama terkenal di kalangan sosialita. Mereka anak keluarga Anderson dan Damaryan yang sangat berpengaruh di Indonesia. Tapi akhirnya, mereka memilih maklum. Namanya juga ABG.

"GILA LO TAYYY!" Teriak Axel, Taylor sudah menjauh sambil mengangkat gaunnya tinggi-tinggi hingga lutut.

Axel mengejar. Pikirannya melayang kemana-mana. Terutama saat Taylor berkenalan dengan Nathan. Kejanggalan di diri Taylor makin muncul di permukaan.

ST [1] - (Fat)eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang