HAALL-OO :). Berhubung Chapter 17 udah rampung, tolong kerja samanya yahh. Klik vote di kolom kanan, kalo udah sampe 15 (naek lima tingkat-_-) aku bakalan upload chapter selanjutnyaaa. Muah muah love you.
Note : ( Saya masih belajar buat novel yang baik dan benar. Doain ya:') *cita2nya jadi penulis gitu* )
-Princess Series-
Aku tak punya ide apapun mengapa Axel menyebalkan Damaryan selalu datang di pagi hari seperti kali ini. Dan aku juga tidak pernah menyangka para pelayan wanita di rumahku terpesona pada Axel yang jelas - jelas tidak melihat mereka. Dia hanya... hanya... hanya melihat pada kaca jendela hitam di belakangku. Ya benar, kaca jendela hitam.
Bukan aku.
"Buat apa kamu ke sini?" tanyaku tanpa melihat wajah menyebalkannya itu. Pagi - pagi sudah melihat wajah iblis bisa - bisa aku kena radiasi kekuatan iblis berskala 20.0 ricther.
Axel mengerutkan dahinya dalam, "lo ini, bisa gak sih nerima telepon dari pacar?"
...
"MAKSUD KAMU APA HEH???!!! TAU GAK HAPE AKU RUSAK GARA - GARA KAMU. AKU BANTING GAK SENGAJA KARENA TELEPON GAK JELAS DARI KAMU!!!" Teriakku kencang, membuat Axel menutup telinganya rapat - rapat dengan kedua tangannya.
Sudah kubilang kan, pagi - pagi dia berkeliaran di dekatku pasti selalu saja ada kesialan tersendiri. Bukan pagi saja sebenarnya. Malam pun aku diteror dengan telepon - telepon horror darinya. Sekarang aku jadi takut saat mendengar lagu Just Give Me a Reason.
"Maksud gue?" tanyanya kalem, dia melanjutkan omongan sengaknya. "Iya lo kan pacar gue. Kemarin lo ngaku kok ke Abel. Oiya lagian siapa suruh dibanting. Dimatiin juga bisa kali. Eh iya lagi, itung - itung gantian hape lo yang rusak. Kan hape gue juga rusak gara - gara lo cemplungin di lubang nista toilet. Wlekz."
Shit, shit, shit, sit. Loh kenapa jadi sit? Ugh maksudku SHIT! Aku lupa, lupa, lupa. Kemarin aku hanya mementingkan reaksi Abel seperti apa. Astaga, astaga, astaga aku terjebak. Ogah aku jadi pacarnya iblis, nanti ketularan. Uh aku jadi tengsin, bener juga kata dia. Kan bisa dimatiin tuh hape.
Dengan mendengus menahan emosi, aku mendelik padanya. "Listen, Axel." Dia menaikkan satu alisnya menunggu perkataan yang terlontar dari mulutku.
"Aku. Gak. Sudi. Jadi. Pacar. KAMU!"
"Tapi lo bilang gitu ke Abel!"
"Itu kan cuman acting. Kamu gak bisa bedain acting sama enggak?"
"Enggak tuh."
"Kamu... Kamu... Kamu tuh... ISH!"
Kulempar selang air yang tadi kupegang padanya. Dia dengan tangkas menerimanya sementara aku sudah berlalu masuk ke dalam rumah. Axel kutu kupret, nyebelin.
"Loh sayaaang kok kamu malah pergi sih? Selang airnya buat apaan ini?"
Langkahku terhenti tiba - tiba. Apa tadi dia bilang? Sayang? Heh? SA-YANG?
AKU ORA SUDI JADI YA-YANG KAMU! ASTAGA.
"Yayaaang jawab dong. Jangan balikin badan gembrot kamu. Aku kan cuman bisa liat punggungnya."
GEMBROT???? AGAIN???? Ya tuhan tolonglah Hambamu ini. Berikan Hamba stok kesabaran lagi. Udah abis ini cuman karena Axel aja. Mana masih pagi.
"YAYAAANGGGGGGGGGGGGGGGGGG."
Dasar cari mati. Kuambil selang air yang lain dan memutar krannya. Dengan sepenuh hati, aku menembak Axel dengan air yang mengucur dari selang. Dia menghindar, melipir dikit. Tapi bajunya tetap basah.
Dan aku suka melihatnya tersiksa seperti itu.
"Taylor?!" teriaknha kesal.
Aku menyeringai keji dan semakin menyemprotnya menjadi - jadi. Kuberi gerakan memutar, horizontal, vertikal, terakhir asal - asalan. Bagus Taylor, kau cewek paling keren di dunia.
Tanpa bisa kuduga, dia ikut mengambil selang air yang tadi kuberi padanya (tapi tadi terjatuh mendadak karena dia terlalu kaget dengan aksiku ini). Dia ikut menyemprotku.
Oh tidak. Tidak. Tidak. Tidak.
Basah. Basah. BAJUKU BASAH...
"SIALAN... AKU BALAS KAMU!"
"BALES AJA KALO BERANI!"
"MATI KAMU MATI KAMU!"
Terjadilah perang air yang sangat memalukan jika orang lain melihatnya. Aku berharap tidak ada yang melihatnya. Meskipun itu anjing tetangga sekalipun.Terkadang aku menghindar, lalu dengan gaya seperti Gretel di film Hansel Gretel and The Witch aku menembakan air padanya.
"GAK KENA! HAHAHAHAHA."
"KENA SIH."
Dia ikut menembakkan air, hingga tepat mengenai wajahku.
"Urgh! Sialan!"
Kepala menyebalkannya itu cepat - cepat menunduk saat aku ingin menembak wajahnya. Tapi semua tidak berlangsung lama.
"Astaga, Taylor? Apa yang kamu lakukan?"
Baik. Ini semua salah Axel sampai - sampai mami datang ke sini. Ingatkan aku untuk memberinya pelajaran pada kutu kupret nyebelin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ST [1] - (Fat)e
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [1] : Taylor Hana Anderson Setiap perempuan selalu menjadi putri yang menunggu pangeran sejatinya datang. Taylor percaya k...