Fate - 17

78.5K 6.7K 77
                                    

Note : karena besok2 (mungkin) gak update dulu, jadi skrg aku upload aja ya chapter 17nyaa. *Lupakangamekemaren* *siswayglgkepepetdikitlgmauUKK*

Here we go. Jangan lupa di chapter 20 nanti ada kejutan:b

Much love, Wuwu.

-Princess Series-

Aku tidak percaya mami menyuruhku dan Axel masuk ke dalam rumahku. Catat, RUMAHKU. Buat apa sih mami ngajak dia masuk ke dalam rumah? Toh rumahnya dia gak sejauh dari pasar blok M ke pasar pondok labu. Lima langkah juga nyampe. Mami nyuruh Axel mandi di rumah, minta maaf berkali - kali karena aku sudah menyiprat bajunya dengan air. Menyebalkan, bahkan aku tidak dia urus. Aku menggerutu sepanjang jalan menuju balkon yang ada di lantai dua. Kududukkan tubuhku di sofa panjang yang ada di balkon. Mengeringkan rambutku dengan handuk yang kukalungkan di leher. Tak lama, iblis itu ikut duduk dengan tenangnya di sebelahku. Aku mendengus.

"Gue minta maaf."

Aku mengerutkan dahi bingung, tidak biasanya dia meminta maaf. Yang kutahu, dia sangat suka menindasku. Mengejekku dengan perkataan pedasnya. Mengajakku bertengkar. Dan sekarang Alex Damaryan meminta maaf? Mengejutkan.

"Gue tau lo suka sama Abel." aku menahan napas, darimana dia tahu? Rasanya aku tidak pernah mengatakan itu padanya. "Maka dari itu lo bilang kalo gue pacar lo."

"Aku... Ak... Aku tidak... Maksudku... Uhm..."

Axel menatap manik mataku, " Sorry ya. Gue terlalu maksa lo. Kalo lo gak mau jadi pacar gue. Gak apa kok. Lupain aja rencana kemaren. Toh Abel palingan juga balik lagi seperti semula."

Aku tidak bisa membalas perkataannya. Bibirku kelu. Tanganku dingin dan bergetar. Kutundukkan kepalaku. Nada yang Axel keluarkan tadi.

Nada kecewa.

"Axel aku... aku..."

"Gini ya Tay. Kalo lo gak mau jadi pacar gue, gue terima. Tapi gue tetep pengen ngebuat lo jadi kurus."

"Eh?"

"Gue pengen Abel suka sama lo."

Aku menatapnya. Terkejut. Apa Axel tidak ingat bahwa aku pernah mengatakan padanya bahwa aku akan kurus tanpa bantuannya? Aku rasa dia lupa. Tapi perkataan terakhirnya... Itu bener Axel kan?

Axel tersenyum, sangat manis. "Pikiran yang ada di kepala jelek lo itu jangan diisi dengan prasangka buruk kenapa?!"

Dia menoyor kepalaku.

Hilang sudah rasa terpesonaku sesaat padanya.

"AXEEEEL SAKIT TAUUU!"

Kukejar Axel yang sudah berlari tunggang langgang sambil tertawa. Dia menuruni tangga spiral dengan dua anak tangga sekaligus. Aku mengejarnya sampai ruang tamu. Para pelayan yang melihat kami hanya tertawa, ada juga yang panik karena debuman langkah gajahku. Mami yang duduk di sofa hanya geleng - geleng kepala melihat tingkah kami berdua. Melanjutkan membaca koran paginya.

"KEJAR DONGGGG!"

"SINI KAMU!!! BERHENTIIIII!"

"OGAAAAAAH."

"DEMI GAJAH BUNTING DI DUNIA INI, BERHEENTIII."

"KALO GUE GAK MAU GIMANA?"

Aku kembali mengejarnya. Axel menghindar. Kami berputar - putar di meja ruang tamu. Aku berhenti sebentar. Axel yang ada di seberang ikut berhenti.

"KEJAR KALO BERANIII!"

"ISHHH."

Aku bergerak ke kanan, dia ke kiri. Aku ke kiri, dia ke kanan, PUSING.

"AXEL JANGAN BERCANDA."

"TAYLOR JANGAN MENGEJAR." Dia meniru nada suaraku.

"AXEEEEEEL." Aku mulai merajuk kesal.

Uh ada ya merajuk kesal? Adanya juga merajuk manja.

"TAYLOOOOOOR." Lagi - lagi dia meniru suaraku. Sialan, iblis jelek yang mempesona!

"AKU BUNUH KA--"

Tok tok tok.

Mendengar ketukan di pintu, membuatku menghentikan omonganku barusan. Aku mendelik padanya dan menjauh. Siapa yang datang pagi buta begini sih? Aku membuka pintu, dan terkejut. Disana berdiri cewek paling cantik yang pernah kulihat. Wajahnya seperti Emma Watson. Bibirnya merekah berwarna merah marun. Rambut pirangnya berkilau tergerai jatuh di bahu mungilnya. Matanya berwarna biru, mungkin saja aku bisa tenggelam di mata biru itu jika tidak buru - buru mengalihkan pandangan. Alisnya yang juga berwarna pirang disulam rapi. Matanya yang berkilau berbinar menatap apapun itu di belakangku.

"Ada ap--"

Cewek itu merangsek maju, menyenggolku, dan memeluk...

Axel?

"Axeel... Aku sangat merindunkanmu..." WHAT?! Kutatap Axel meminta penjelasan. Tapi dia hanya menatapku pasrah, lalu menggeleng. Menandakanku untuk menunggu.

"Please, Vivian menjauhlah dariku." Axel berusaha melepaskan pelukan cewek yang ternyata bernama Vivian itu. Namun usahanya nihil karena Vivian memeluknya erat. Aku mengerutkan dahi heran.

"Kamu tuh apa - apaan sih! Kenapa kamu meninggalkan tunanganmu sendiri di London?! Kamu jahat Axel! Aku berusaha mencari kamu sampai ke negara ini. Tapi kamu malah menghindariku." Vivian mulai menangis.

Aku terpaku di tempat. Berusaha mencerna di otakku yang processornya rendah.

Tadi cewek tadi bilang dia dari London... hem...

Dia berusaha nyari Axel buluk itu.

Axel buluk itu adalah tunangan cewek pirang itu.

Oh.

Tunggu.

TUNANGAN?!

TU-NA-NGAN?!

T-U-N-A-N-G-A-N???!!!

WHAT... WHAT... WHAT THE HELL?! AXEL BULUK KUTU KUPRET IBLIS NYEBELIN ITU PUNYA TUNANGAN SECANTIK ITU?!

KOK BISAAA?!?!?!

ST [1] - (Fat)eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang