Pic : Abel Damaryan
“Eh tau gak?! Abel lagi tanding sama anak kelas lain tuh!!! Astaga ganteng banget!” teriak salah satu anak cewek kepada teman ceweknya.
Taylor yang lagi menaruh buku – buku pelajarannya di loker menghentikan kegiatannya. Radarnya selalu berfungsi jika seseorang ada yang menyebut kata ‘Abel’. Ia mendengar perbincangan mereka dengan seksama.
“Iya gue tau. Di lapangan kan? Liat yuk!” balas teman ceweknya. Kedua cewek ababil itu pergi dari koridor dan menuju lapangan basket.
Taylor menutup lokernya pelan. Matanya menatap ke kanan dan ke kiri. Kosong! Koridor yang biasanya ramai ini menjadi sepi! Mungkin semua orang sedang menonton jalannya pertandingan.
Dengan kecepatan penuh dia berlari menuju lapangan basket, di sana sudah banyak sekali anak dari kelas 7 sampai kelas 9 yang menonton pertandingan basket. Mungkin hampir seluruhnya.
Mata Taylor langsung menemukan sosok itu. Sosok yang bertubuh atletis dengan bahu bidang, kulit putih seperti bayi, mata hitam yang bening dan bersinar tenang, alis mata hitam yang tebal dan bibir yang terlalu merah untuk ukuran anak cowok, serta dagu yang berbentuk lancip. Sosok itulah yang selalu mengganggu pikiran Taylor! Abel Damaryan! Tapi tunggu, rambut Abel tetap hitam berkilau kok, lalu kemarin yang Taylor lihat berambut cokelat terang siapa dong?
“Tay!” panggil seseorang yang langsung membuyarkan lamunannya. Taylor celingak – celinguk, lalu matanya mendapati Carmen yang semangat menyuruhnya menghampiri Carmen melalui isyarat tangan.
Tanpa pikir panjang, ia langsung menghampiri Carmen. Ternyata di sana semua sahabatnya sudah duduk anteng berjejer. Mikayla, Tiffany, Danies berada di depan sementara Ammabel, Keira dan Carmen di belakang. Taylor duduk di sebelah Carmen.
“Itu Abel kan?” tanya Tiffany seraya menengok ke belakang, jarinya menunjuk seorang pemain basket bernomor punggung 15.
Dahi Taylor mengerut dalam, buat apa Tiffany bertanya seperti itu? Tapi akhirnya dia mengangguk. Yang lebih aneh lagi Tiffany tidak berkata apa – apa lagi dan sibuk menonton jalannya pertandingan.
Taylor tidak terlalu mempermasalahkannya, Tiffany memang kadang aneh. Ia juga ikut menonton pertandingan. Ia merasa meleleh ketika Abel merapikan rambut hitamnya dengan tangan. Aneh! Taylor tidak pernah merasakan hal ini pada cowok yang lain.
Abel bermain dengan lihai, membuat trik mengecoh lawannya. Taylor tidak tahu apa itu namanya, tapi gaya Abel yang memasukkan bola ke ring itu keren banget. Mulus tanpa hambatan. Kalau misalkan Taylor yang disuruh memasuki bola ke dalam ring, pasti bolanya malah nyelonong nyium kaca kelas. Serius loh, Taylor gak boong.
Semua anak cewek berteriak histeris termasuk Taylor saat Abel lagi – lagi mencetak point. Mikayla yang ada di sebelahnya mengernyit sebal, berisik sekali. Pikirnya.
“Abel keren banget!” kagum Taylor setelah pertandingan dimenangkan tim Abel, tak sadar Tiffany meliriknya.
Lalu tiba – tiba saja, Taylor berdiri. Dahinya mengerut, ia berdiri sendiri! Dia mencoba kembali duduk, tapi seakan ada batu yang membuat gerakannya terhenti. Lagi – lagi Taylor terkejut, keanehan itu tak sampai di sana. Taylor berjalan sendiri, seakan ada orang yang mengatur badannya. Seakan dia boneka kayu!
Tap…
Tap…
Tap…
Langkah kaki Taylor yang sebesar kaki gajah terdengar berdentum di tengah keramaian lapangan.
“Itu si gendut kan?! Ngapain dia ke tengah lapangan?!” teriak seorang anak cewek yang melihat Taylor berjalan menuju lapangan.
Aku sendiri gak tau! Batin Taylor resah. Beberapa langkah lagi dia akan berhadapan dengan Abel! Oh nggak! Ini gak boleh terjadi! Dia pasti akan gugup! Kakiii berhentilah berjalan seperti orang tolol.
“Hei bola besar idup, ngapain lo ke sini?” tanya Abel dengan wajah yang angkuh. Beberapa temannya juga menatap Taylor.
Cepat lari! Cepat lari! Sebelum kau lebih malu daripada ini!
Namun ternyata kaki dan mulutnya bandel, tak bisa diajak kerja sama. Ucapan itu terlepas dari mulut Taylor tanpa seijin dirinya : “Aku suka sama kamu! Kamu mau gak jadi pacar aku?”
Abel terdiam, sementara seluruh orang yang mendengar perkataan berani Taylor berseru kaget. Ada juga yang bersorak meledek Taylor tak tahu diri.
“Gue gak minat sama cewek gendut!” jawab Abel kejam seraya meninggalkan Taylor di tengah lapangan, di tengah orang – orang yang memandangi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ST [1] - (Fat)e
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [1] : Taylor Hana Anderson Setiap perempuan selalu menjadi putri yang menunggu pangeran sejatinya datang. Taylor percaya k...