Fate - 14

86.6K 6.9K 365
                                    

Jadi begitulah.

Bukan begini bukan begono, tapi begitulah.

Karena aku benar - benar parno Abel suka sama cewek lain, akhirnya dengan segenap jiwa dan raga aku mengikuti saran dari iblis (a.k.a Axel) untuk membuat Abel tertarik padaku. Pupus sudah rencana 'Diet Sehat' ala putri - putri rempong itu.

Serius.

Kami dan Axel sudah memikirkan ini matang - matang, dan karena ketidak becusan mereka (putri - putri rempong) dalam menjaga pola makanku hingga kemarin aku pingsan, akhirnya dengan berat hati trainerku kali ini adalah Axel. Aku tidak begitu percaya dia bisa memerankan hal itu dengan baik, atau mungkin lebih buruk daripada Carmen dan bla bla nya. Tapi...

Aku tidak mau Abel menyukai cewek lain selain aku!

Maka dari itu, dengan kesedihan yang amat dalam aku harus merelakan sahabat - sahabatku pulang ke kampungnya (baca : rumah) masing - masing. Setelah ber"dadah" ria, dan aku menutup pintu, tahu apa yang aku lakukan selanjutnya?

Aku melompat kegirangan tapi ku terjatuh dari kursi goyang irama du da du~ Jadi ratu sejagat semalaaaaaaam. Pokoknya seneng, pake banget. Sedih sih, tapi dikit.

Sekarang, aku harus bersiap - siap untuk mengukur lingkar perut, lingkar paha, lingkar lengan, dan segala jenis bla bla blanya di rumah Axel. Tadi setelah acara sarapan di Secret Cafe, aku benar - benar gak nyangka. Rumah Axel dan Abel yang baru tepat berhadapan dengan rumahku. 

Lagi - lagi pertanda bahwa aku dan Abel berjodoh.

Dengan senyum seribu watt, aku akan melawan dunia. Mengetuk pintu rumah Axel, aku lalu bersedekap menunggu dibukakan pintu. Sore ini aku memakai baju kaos oblong hitam bergambar Ghost Rider buat menunjukkan pada Axel kalau tampangnya sudah tersebar ke mana - mana. Itu membuatku bangga. Lalu rambut cokelat kemerahan kukuncir dengan asal, aku juga memakai celana jeans yang warna birunya sudah pudar banget, sekarang aku siap buat bertempur.

Pintu terbuka, dan...

Astaga, iblis memang iblis. Gak bisa berubah jadi malaikat barang sekalipun.

Axel di sana, bertelanjang dada, mata khas bangun tidur (merem - melek), dan hanya memakai boxer hitam. Menakjubkan.

"Kamu! Pake baju dulu sana! Dasar penjahat kelamin! Omes! Homoannya Bernard Bear! !@#$!$%," aku mulai menyemprot Axel dengan segala cacian yang terpikir di otakku.

Axel tersenyum miring, "baru ngeliat yang kayak gini aja gitu, apa lagi ngeliat yang kayak gitu."

"MAKSUD KAMU AP--"

BLAM! Pintu ditutup, tepat di depan muka bulatku. Benar - benar seorang iblis yang tidak berkepriorang-gendutan.

Tak lama kemudian pintu kembali dibuka, sekarang penampilannya lebih baik daripada lima menit yang lalu. Dia memakai kaos putih dan tetap memakai boxer hitam tadi. Sementara kedua tangannya membawa...

Meteran?

Emang badan aku segede apaan sih?

Axel melihat gelagat anehku tadi, lagi - lagi dia tersenyum miring, senyum yang kata cewek - cewek ababil di kelasku adalah senyum menawan dari prince Axel. Huek. Axel mulai mengukur lingkar badanku, paha, lengan, sampai kepala juga dia ukur, lalu mencatat pada buku tulis.

Aku harap buku tulis itu beda dengan yang kemarin ditulis putri - putri rempong. Buku tulis yang kemarin mengerikan. Bisa membuatku masuk ke rumah sakit selama dua minggu lagi, percayalah. Axel mulai mengoceh di tengah kegiatan sucinya.

"Badan lo segede bagong, Tay," tukang nyela ini akhirnya melafalkan namaku dengan benar.

Dulu - dulu dia selalu melafalkannya dengan Ta-i bukan Tei-y. Aku bingung otak Axel terbuat dari apa.

"Kamu badannya kayak triplek, bisa terbang ke bawa angin. Oiya sama LEXIE kamu yang udah mati itu tuh terbangnya," balasku asal.

"Astaga, Tay. Lo masih marah soal Lexie gue? Udah diganti kok sama Alexis sekarang."

"Ap--apa?! Jadi sekarang kamu udah beli iPhone lagi terus dinamain ALEXIS?!"

Aku tersulut emosi, untuk yang entah keberapa kalinya.

Dia yang lagi mengukur lingkar betisku otomatis mendongak, mukanya sok polos bercampur heran. "Emang kenapa sih kalo gue namain hape gue pake nama yang cantik? Gak suka banget sih lo."

"Aku..." oke, aku spechless. Malaikat kalah, dan iblis sekarang menang. Tapi lihat saja nanti, aku akan membalas kelakuannya yang merendahkan harga diriku. Aku akan diet mati - matian... dibawah bimbingan iblis itu sebetulnya.

"Nah udah, mau tau gak lingkar lo berapa? Buset, Emak lo ngidam apaan sih sampe - sampe lo bisa segede gentong gini?"

"Mana aku tau Mami ngidam apaan!" ngidam makan iblis kali, tambahku dalam hati.

Lalu Axel yang tadi berjongkok di hadapanku pun mulai duduk berselonjor di beranda depan ini, "duduk Tay, mau gue jelasin."

"Jelasin? Udah kayak guru aja kamu,:" aku menyela sambil berusaha duduk nyaman di sebelahnya.

Axel lagi - lagi tersenyum miring, sepertinya dia sedang tebar pesona. Sorry ya, gak mempan. Aku udah tahu tingkah burukmu seperti apa, dasar iblis.

"Nih baca!"

Dengan hati berdebar kencang, yang pasti bukan karena aku duudk bersebelahan dengan Axel, tapi karena penasaran dengan keajaiban lain yang ditulis iblis ini.

Evil Plan.

1. Belajar, masuk kelas unggul.

2. Dari gentong berubah jadi pramugari keren.

3. Motong rambut jadul menjadi modis, model masa kini.

4. Berpacaran dengan Axel yang kece dan ganteng.

Oke, mungkin dengan belajar giat bersama keenam sahabatku, rencana satu tidak terlalu buruk.

Dan rencana kedua aku sangat tersinggung, meskipun bingung kenapa kata kiasannya harus pramugari. Tidak buruk.

Aku memang selalu pergi ke salon bersama mami, tapi tak pernah memotong rambut cokelat kemerahanku yang bergelombang ini jadi model masa kini. Mungkin ini awal yang bagus.

Tapi rencana terakhir adalah kiamat.

...

BENAR - BENAR KIAMAT... 

Dan pertengkaran cuma - cuma kembali terjadi.

Aku melempar buku yang benar seperti dugaanku, lebih buruk daripada buku milik keenam sahabatku. "APA SIH YANG KAMU PIKIRKAN?!"

"Kenapa sih lo jadi marah - marah gini?!"

"Liat rencana nomor empat! Gak bisa aku percaya, dasar goblok!"

"Lo berani bilang gue goblok?!"

"Apa tujuan kotormu AXEL?"

"PIkun banget sih, ya gue pengen Abel berpaliing ke lo. Pokoknya intinya gitu. Ini tujuan suci, bukan kotor kayak otak loe!"

"Kenapa aku, KENAPA AKU HARUS JADI PACAR IBLIS SEPERTIMU HAAAAA?"

"Itu salah satu rencana," dia menjawab kalem.

Saking kalemnya, muka iblisnya membuatku emosi. Emosi tingkat dewa.

"ISHHH! POKOKNYA AKU GAK MAU JADI PACAR KAMU!"

Ketika aku ingin bangkit berdiri, mataku membulat melihat Abel berdiri tak jauh dari kami. Kedua tangannya sibuk membawa kantung plastik belanjaan. Topi putih berlogo nikenya terpakai miring di kepalanya, benar - benar keren. Sementara dia memakai kaos putih dirangkap kemeja hitam, dengan celana jeans hitam sebagai pelengkap. Sebentar aku merasa terpesona, hingga...

"Axel? Taylor? Kalian pacaran?"

Mati aku, telan aku ke dasar bumi sekarang juga. 

ST [1] - (Fat)eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang