Fate - 13

88.4K 7.5K 139
                                    

Well, wanna play? Jika kolom vote di samping mencapai 10 atau lebih besok akan diupload chapter 14 ASAP. See yaa in next chap;) bubyeee<3

Much love, Wuwu.

Ps : Let me know what you think about this story, ily:D

-Princess Series-

Masih merutuki iblis menyebalkan itu, aku naik ke lantai dua dan mengambil handuk yang ada di lemari. Tiffany dan Ammabel lagi mengantri di kamar mandi kamarku.

"Hoy," Ammabel menyapa, nadanya persis seperti yang Axel lakukan.

"Uh, jangan menggodaku Am."

Ammabel tertawa kecil, Tiffany menaikkan satu alisnya.

"Bukannya kau suka di sapa Axel?" Tanyanya.

"Aku. Tidak. Suka. Di. Sapa. AX-EL!" Tekanku di setiap katanya, yang malah membuat Tiffany (cewek paling tenang di antara kami) tertawa terbahak - bahak. Bagaimana jika ada Kiera dan Mikayla di sini, pastinya aku ditertawakan habis - habisan. Apalagi di tambah Carmen.

Aku memutar bola mata, semenjak aku ingin merencakan 'Diet Sehat' mereka selalu datang tiap pagi dan pulang malam. Astaga, putri - putri yang kurang kerjaan. Saat aku tanya kenapa, mereka saling lirik dan hanya bilang "Kita melakukan ini juga untukmu, Tay," secara kompak, sangat menakjubkan.

Kubuka pintu kamar, keluar, melewati tangga spiral, lalu dapat kulihat Mikayla dan Danies mengobrol di depan pintu kamar mandi yang ada di pojok kanan. Aku tak menyapanya, karena yakin aku akan diejek habis - habisan.

Satu - satunya kamar mandi yang lain berada di kamar tamu dan kamar mami, biasanya kamar tamu dikunci (keenam sahabatku di kamarku soalnya, bukan di kamar tamu, lagipula mereka bukan tamu kok). Jadi harapan satu - satunya untuk mandi adalah di kamar mami.

Kuketuk pelan pintu kamar mami, setelah terdengar kata "masuk" aku memegang gerendel pintu dan membukanya. Dapat kulihat mami sedang mengeringkan rambutnya di meja rias.

"Pagi Mi," sapaku canggung, teringat papi. Mami tak pernah menyinggungnya selama 9 tahun ini.

"Pagi sayang, mau mandi ya?" tanya mami yang sedikit geli karena tahu kamar mandi bawah dan kamar mandi di kamarku dimonopoli.

"He - eh Mi, hehehe. Mereka ngerepotin banget ya," kataku sambil garuk - garuk kepala.

"Mami seneng kok, jadinya rame. Ajak nginep aja Tay. Daripada pulang pergi, bahaya."

"Sip Mi, nanti Tay bilang sama mereka ya."

Mami mengangguk dan melanjutkan mengeringkan rambutnya. Aku menghela napas dan masuk ke dalam kamar mandi.

Mami sayang padaku, tapi aku hanya tanggung jawab yang ditinggalkan papi untuk mami. Terlepas dari mami yang selalu mengajakku pergi ke manapun.

Aku tahu itu.

-Princess Series-

Secret Cafe adalah cafe outdoor-indoor yang berada di persimpangan jalan dekat dengan sekolahku. Tiap ada waktu luang, aku dan keenam sahabatku pasti melepaskan lelah di sana. Biasanya aku berada di sana setiap pulang sekolah, atau kalau ada tugas kami mengerjakannya di sana.

Aku suka ruangan outdoornya, tentu. Disekeliling cafe diberi berbagai macam tanaman, lalu di pusatnya dibuat semacam paviliun. Di paviliun itu biasanya ada band beraliran jazz yang mengisi saat malam hari.

Lampu - lampu berbentuk bulat menjalar di atap paviliun tersebut, berwarna kuning keemasan. Sangat cantik.

Sekarang, aku duduk melingkar bersama keenam sahabatku, oh ditambah kembar menyebalkan itu. Acara sarapan dadakan ini berlangsung ramai.

"Terima kasih traktirannya, kembar Damaryan." Mikayla menyesap susu vanilla panasnya, lalu mendesis nikmat.

Abel tertawa kecil, "ini kemauan Axel."

"Bukan kemauan gue kok," bantah iblis itu cepat - cepat.

Aku mendesis, "lalu kemauan Abel gitu?"

Axel melayangkan tatapan tajamnya padaku, "diem loe, gendut."

Keenam sahabatku langsung melemparkan tatapan protes pada anak baru tersebut, aku tersenyum jahat.

"Lo berani bilang Taylor gendut di hadapan gue?!" Oke, awal yang bagus Carmen!

"Kurasa tiap orang memiliki kelemahannya masing - masing. Termasuk kau yang bersifat angkuh." Ammabel memang bisa menusuk hati orang begitu dalam ya... Termasuk aku. Gendut bukan kelemahanku, sebenarnya.

"Cinta tidak memandang fisik!"

"Teganya."

"Kau manusia paling menyedihkan!"

"Kau tidak baik seperti Abel."

"Guys..." Selaku, karena muka Axel sudah pucat pasi mendengar protesan berlebihan mereka.

Keenamnya menengok, "apa?"

"Aku tak apa - apa."

"Tapi cowok sengak ini..."

Sebelum keadaan memanas, aku meyakinkan mereka kalau aku tidak apa - apa. Dan mereka melanjutkan sarapannya lagi, sesekali mereka memandang Axel dengan tatapan marah. Sementara aku? Aku menahan supaya tawaku tidak meledak.

'Baby you light up my world like nobody else, the way that you flip your hair...'

Dering ponsel seseorang menghentikan acara sarapan kami, Abel tersenyum malu dan mengecek ponselnya. iPhone lagi, aku memutar bola mata.

"Sebentar ya, sorry," ucapnya sambil berdiri dan menjauh dari kami.

Axel langsung merapatkan tubuhnya pada kami, sepertinya senang sekali Abel pergi.

"Gue punya rencana," mulainya.

"Rencana apa?" tanya Danies.

"Rencana membuat Abel tertarik pada Taylor," jawabnya sambil menyeringai padaku.

"Maksudmu apa heh?" protesku tak terima, enak saja! Memangnya aku tidak menarik apa?!

"Dengar dulu, akhir - akhir ini Abel jadi aneh banget, lo... lo liat kan dia lagi ngobrol disitu?" kami semua melihat Abel yang senyum - senyum gak jelas di seberang. "Nah makanya dari itu, gue pengen dia balik lagi kayak dulu. Sekarang dia udah gak asik."

Tiffany angkat bicara, "tapi sama aja dong kalo Taylor ngebuat Abel suka sama dia, nanti dianya juga senyum - senyum menyedihkan gitu."

Aku mengangguk setuju.

"Seenggaknya dia jelas, daripada cewek gak jelas itu. Sumpah gue udah enek, bantuin gue ya?" mohon Axel dengan tampang memelas.

Aku menyeringai, tampang itu jarang sekali keluar dari iblis menyebalkan itu, aku harus mempermainkkannya. HAHAHA. Tapi...

Tunggu.

Intinya sekarang Abel sedang jatuh cinta?

...

APA?!?!?!?!?!?!?!?!??!?!

ST [1] - (Fat)eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang