Dokter cantik dengan cintanya yang rumit

14

Bella ikut tersenyum mendengar cerita Audy yang selalu seru tentang Paris. Namun selama itu pula ia tak bersuara, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Suara tawa sahabat-sahabatnya membuat Bella membuka mata. Ia pun ikut tertawa tanpa tahu apa-apa.

Bella mengangkat wajah cepat-cepat ketika ada bayangan didepannya. Sekilat ia terkesiap. Sadar kalau Rasti sudah duduk dihadapannya.

"Bella."

Alis Rasti terangkat heran.

Bella menatap Rasti. Tampak bodoh. Ia pun melayangkan pandangannya kepada lima sahabatnya.

"Ada apa?" Tanya Rasti lembut. Meletakkan tangannya kepangkuan Bella.

Bella menggigit bibirnya kemudian menatap Rasti. "Enggak ada apa-apa Ras."

"Tapi kamu dari tadi gelisah."

"I am okey."

"Sure?."

Tanya Rasti tidak yakin.

Bella mengangkat bahu.

"Oke. Bel, aku abis bikin wafel coklat. Kamu harus coba." Sharena memecahkan keheningan.

Tetapi Bella lagi-lagi diam. Semua menunggu. Semua berharap Bella cerita.

"Aku mau Sye, tapi simpen di kulkas besok aku ambil. Ini darurat Sye, aku harus pergi sebelum semuanya nol." Kata Bella cepat tanpa menunggu balasan teman-temannya. Tiba-tiba.

"Bel. Mau ke mana?" Tanya Rasti hampir mengejar.

Nade menahannya.

"Mungkin dia butuh menyelesaikan masalahnya sendiri."

Rasti hanya pasrah.

"Semenjak kejadian gw negur dia tentang Rio dia enggak pernah percaya lagi sama gw. Dia enggak pernah datang lagi ke rumah untuk curhat. Bahkan sekedar basa-basi pun enggak. Kayaknya dia jaga jarak sama gw."

"Enggak Ras. Dia hanya bingung sama perasaannya sendiri." Jelas Nade.

"Kalian enggak melihat perbedaan antara dia yang dulu sama sekarang ke gw?"

Yang lain diam.

"Ini hanya soal waktu Ras." Jelas Nade lagi.

"Sampai kapan?"

"Sampai hari yang indah." Sahut Audy.

"Kayaknya kita harus lebih jauh memahami dia sekarang." Kata Nade.

"Problem asmaranya terlalu berat." Rasti menambahkan.

"Itu karena mereka terlalu mencintai dan sangat sadar perbedaan mereka." Sahut Keke.

***