18

598 8 0
                                    

Malam di hari yang sama Bella kembali berjaga. Malam ini dia seperti tidak sehat. Pikirannya tentang Rio terus mengganggu kegiatannya. Matanya terus berkeliaran berharap menemukan Rio di Rumah Sakit. Berharap Rio tiba-tiba muncul dan menariknya memaksa minum kopi bersama karena matanya memang begitu lelah karena kurang tidur.

"Dokter Bella, bagaimana dengan pasien DM atas nama Bapak Krimson?"

Bella pun menjelaskan riwayat kesehatan pasien. Dan malam ini tidak ada alasan lelah untuk seorang dokter yang sedang menunaikan tugasnya. Malam yang panjang pun ia lalui tanpa istirahat sedikit pun. Dan tiba paginya ia harus memeriksa pasien di Ruang Rawat, salah satunya adalah Tamara.

Ada rasa senang yang pelan-pelan menyeruak dari hatinya ketika melangkah ke ruang Tamara. Sekalipun jantungnya berdegup kencang dan logikanya melarang untuk mengizinkan rasa ini bersemi. Namun rindu tidak bisa berbohong. Mata nanar Bella kecewa ketika tidak melihat Rio di ruangan Tamara. Semangatnya kandas. Fokusnya kembali naik turun ketika memeriksa pasiennya.

"Sepanjang malam dia tidak datang, Dok." Jelas Tamara seperti mengerti apa yang dirasakan dokter itu. "Mungkin dia lembur dan terlalu lelah."

Bella pura-pura tidak peduli. Padahal ia menunggu penjelasan itu.

"Sudah mulai stabil. Mungkin lusa sudah bisa pulang." Ucap Bella menyembunyikan keresahannya.

"Terima kasih Dok."

Bella pun tersenyum. Kemudian meninggalkan Tamara.

"Dok, kalau dia datang saya akan meminta dia menemui Dokter." Ucap Tamara sebelum Bella sampai ke pintu.

Bella pun keluar dan menutup pintu. Ada senyum tipis yang tersimpul diujung bibirnya.

***

Bella bangkit dan memandang sekeliling. Jadwal jaganya hari ini selesai dan ia harus segera pulang untuk istirahat karena tubuhnya sudah sangat lelah. Tetapi dia masih mau mengulur waktu sedikit saja, mungkin bisa bertemu Rio walaupun hanya berpapasan.

"Dokter Bella."

Bella menoleh. Rambutnya yang panjang terkibas dan menebarkan harumnya sampo.

"Boleh numpang? Kebetulan mobilku masuk bengkel dan ada beberapa buku yang harus aku bawa. Maaf merepotkan, tapi aku rasa kita searah. Aku benar-benar butuh bantuan Dokter." Jelas Dokter Setyo.

Bella berpikir sejenak, lalu perlahan-lahan ia mengangguk dan tersenyum tipis.

"Terima kasih Dokter Bella."

Dari kejauhan Rio melihat percakapan antara Dokter Bella dan Dokter Setyo yang terlihat akrab. Tetapi ia salah mengira kalau Bella sengaja melakukan itu untuk membuatnya cemburu. Dokter Setyo memang hebat dengan seragam dokternya namun kulitnya terlalu putih dan perutnya terlalu maju untuk bersaing dengannya. Ia pun bersembunyi ketika Bella hampir dekat menuju tempatnya berdiri.

"Kau mencari siapa, Dok? Apa Dokter sedang menunggu seseorang? Mari kita tunggu di sini kalau begitu." Ucap Dokter Setyo ramah ketika melihat Bella celingak-celinguk.

"Tidak Dok. Kita langsung saja."

Mereka pun menuju parkiran.

Sesekali Dokter Setyo mengeluarkan guyonan sehingga membuat Bella tertawa. Yah, Dokter Setyo memang dokter yang sangat ramah dan humoris. Banyak pasien yang senang dirawat olehnya. Dan melihat Bella tertawa seperti itu, Rio cemburu juga.

"Aku sudah bilang sama Dokter Bella kalau kau datang kau akan menemuinya." Ucap Tamara ketika Rio meletakkan ponsel dan rokoknya di meja.

"Aku sudah melihatnya tadi di lobi."

Dokter cantik dengan cintanya yang rumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang