34

707 12 0
                                    

"Aku enggak pernah kedatangan sahabat sebagai tamu dikantorku. Selamat datang Miss Ricardo." Sambut Rio ketika Keke menghampiri kantornya.

"Hahaa..kamu ini Rio."

"Kamu mau minum apa?"

"Emm..yang seger-seger."

"Oke."

Rio menelepon ke bagian pantry. Tak lama OG datang mengantarkan segelas es jeruk.

"So? Tumben."

"Jujur sama aku Rio. Apa Bella bersamamu dihari lamarannya?"

"Iya."

"Apa yang kalian lakukan?"

"Maksud kamu?"

"Setelah Bella tidak jadi bertunangan dan ia datang ke apartemenmu."

"Kami duduk di sofa. Menikmati kelegaan hati dan mengungkapkan perasaan kami selama ini."

"Lewat?"

"Bahasa."

"Bahasa apa?"

"Bahasa Indonesia."

Keke tertawa kecil.

"Aku bukan anak kecil Rio."

"Kami tidak bertindak sejauh itu Keke. Kami tidak akan merusak semuanya. Apalagi masa depan dan kepercayaan orang-orang yang menggantungkan harapannya pada kami. Tidak." Jelas Rio sambil menggamit bahu Keke.

"Syukurlah." Jawab Keke lega. "Aku percaya sama kamu."

"Aku tidak mungkin merusak perempuan yang benar-benar aku cintai hanya karena kesempatan. Aku tidak serakus itu Bella. Dan aku tidak gelap mata."

"Yah."

Keke mengingat masa lalunya. Apalagi hari-hari ini ia tengah dirundung gelisah tentang hubungannya dengan Ricardo.

"Heii.. ada apa denganmu?" Tanya Rio bingung melihat mimik Keke.

Bella mengangkat bahunya. "Entahlah Rio. Aku bingung."

"Yang pasti ini bukan soal aku dan Bella lagi bukan?"

"Bukan."

"Ricardo?"

Keke menatap Rio.

"Ada apa?"

"Aku merasa Ricardo aneh belakangan ini. Perasaanku."

"Mungkin karena kalian terlalu lama jarak jauh. Hubungan kalian masih intens?"

"Masih. Tapi bukan itu ."

"Jadi?"

"Aku enggak bisa menebak-nebak Rio. Hanya perasaanku saja yang tidak enak."

"Mungkin kalian butuh liburan bareng."

Keke diam.

"Aku pernah tanya kapan dia akan menikahi aku. Dia selalu tidak mau serius kalau aku tanya soal ini. Selalu bilang nanti tanpa pasti."

"Mungkin ada hal yang perlu dia persiapkan untuk sampai ke pernikahan. Tidak segampang itu menikah Keke. Aku yakin Ricardo komitmen namun mungkin saat ini ada yang harus dia persiapkan."

"Tapi dia tidak pernah bicarakan itu sama aku."

"Kamu pernah tanya?"

"Iya. Dan dia selalu menyuruhku tenang dan menunggu."

"Kalau begitu tenang dan setialah."

"Aku sangat setia. Aku hanya bingung kenapa dia berubah."

"Apa dia selalu bercerita tentang segalanya di sana?"

"Yah. Dan aku rasa masih ada yang disembunyikan."

"Kamu yakin?"

"Yakin."

"Akan aku bantu."

"Apa kalian selalu saling membantu urusan pacar?"

"Aku selalu cerita sama Ricardo tentang Bella."

"Oh yah?"

"Dia partner yang sangat bisa diandalkan."

"Yah."

Keke bersandar di kursi yang berhadapan dengan Rio. Perasaannya galau.

***

Bella tidak pernah santai ketika bekerja menangani pasien-pasiennya. Sekalipun masanya hampir habis di Padang. Dan ia selalu serius meracik obat sehingga semua pasien ingin sekali berobat dengannya. Ia begitu mencintai profesinya sebagai dokter.

"Kapan kamu rencana ambil spesialis?" tanya Dokter Haning.

"Belum kepikiran." Jawab Bella.

"Kamu akan buka praktik sendiri atau bekerja di Rumah Sakit setelah surat ijinmu keluar?"

"Pasti aku kerja di Rumah Sakit dulu."

"Di Jakarta?"

"Belum tahu."

"Aku harap kamu masih mau di Padang."

"Kalau rejeki aku di sini aku akan disini."

"Dan bertemu Syah lagi, mungkin kalian sebenarnya jodoh namun hari kemarin hanya ujian."

Bella tidak menjawab. Ia tidak ingin hal itu terjadi. Saat itu ia hanya ingin Rio. Tidak lagi mau membohongi hatinya.

"Aku perlu mengecek beberapa pasien di bangsal lima. Mau ikut?"

"Tidak. Aku harus operasi kecil sebentar lagi."

***


Dokter cantik dengan cintanya yang rumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang