1

7.1K 114 3
                                    

"Rio!!"

Tawa mereka menggelegar. Candaan Rio selalu membuat Bella tertawa bahagia.

Entah mengapa Bella mulai merasa cocok dengan Rio. Rio pun sama. Keduanya semakin akrab. Bahkan lebih dari sekedar teman biasa. Awalnya mereka memang berteman tetapi belakangan mereka sama-sama sadar kalau hati mereka menginginkan lebih.

Kopi. Adalah minuman favorit mereka. "Ngopi yuk." Itu adalah kode mereka untuk ketemuan. Rio jadi semakin rutin untuk mengunjungi Bella di akhir minggu ke Jakarta. Demikian Bella jika ia sempat rela menyetir sendirian ke Bandung.

"Hai Dok." Rio selalu menyapa seperti itu. "Tukang Insinyur." Itu balasan Bella.

"Thanks ya Rio. Udah mau ke Jakarta." 

"Sama-sama Bel. Gw justru seneng banget lo mau berteman deket sama gw." 

"Gw enggak pernah ngerasa sebahagia ini."

"Oh ya? Mmmm maksudnya?"

"Yaah kalo sama temen-temen cewe mah beda yah." 

"Ohh I see." Rio tersenyum. Rio merapikan poni Bella yang berantakan tertiup angin.

"Aku bahkan enggak pernah sedekat ini sama perempuan Bel."

"Oh yah?"

"Yah. Baru Bella."

"Seandainya kita seagama yang Rio."

Rio menatap mata Bella, Bella tampak terlihat cantik alami sekalipun terik memayungi mereka.

"Tuhan itu satu Bel, kita yang berbeda."

"Rio." Mereka pun bertatapan.

"Kita naik halilintar yuk. Biar kamu bisa teriak sepuasnya. Berani?" 

"Siapa takut?!!"

                                                                                ***        

"Mau rasa milk chocolate." Bella memilih rasa kue yang dia suka. Kemudian mereka memilih kursi.

"Aku suka kesini sama temen-temen kampus. Es krimnya enak, tapi sekarang lagi pingin makan kuenya."

" Di sini smoking area?"

"Iyah."

"Kamu kan dokter, kamu enggak larang aku untuk berhenti merokok?" Tanya Rio, namun ia tetap menyalakan rokoknya dan menghisapnya. Keren.

"Aku tahu kamu suka rokok."

"Terus?" Sambil menghembuskan asap rokok ke udara.

"Seseorang jatuh cinta tidak ada yang bisa melarangnya sekalipun salah."

Rio mematikan rokoknya yang baru ia bakar. "Aku mau kalau kamu larang Bel, tapi aku enggak pernah mau kalau orang lain melarang aku jatuh cinta sama kamu." Rio menatap Bella. Tajam. Hangat. Penuh cinta.

Elo dan gw berubah menjadi sepasang kata aku dan kamu. Tatapan yang awalnya penuh canda dan ejekan kini mulai merangkak menjadi tatapan yang malu-malu dan hangat.

"Kamu yakin Bel, kamu yang ke Bandung Sabtu nanti?"

"Iya Rio, aku yakin."

"Duuh aku aja yang ke Jakarta, kalau aku kan tinggal tidur sampek. Nah kamu nyetir sendiri."

"Rio berlebihan deh. Aku ke Jogja aja udah jago nyetir sendiri." 

"Kamu petualang banget sih Bella."

"Hahaaaa. Rio. Yaudah aku kuliah dulu ya."

"Belajar yang pinter ya ibu dokter."

"Rio juga ya, tukang insinyur." 

                                                                                ***

Dokter cantik dengan cintanya yang rumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang