"Tunggu."
Rio berhenti mundur. Dia kemudian menatap Rasti.
Mereka tidak sengaja berpapasan ketika bertemu di lobi sebuah gedung perkantoran.
Saat itu Rasti baru saja selesai meeting di kantor kliennya. Disana adalah gedung tempat Rio bekerja.
"Maaf Rio, boleh bicara sebentar."
Rio membuka kacamata hitamnya, mengusap wajahnya dan berpikir sesaat. Kemudian dia berdiri di samping Rasti dan menunjuk ke arah jalan.
"Kita bisa ngobrol di kedai kopi itu."
Rasti mengangguk.
Mereka pun berjalan ke arah sana.
"Rio maaf sebelumnya, ini soal Bella."
Rasti memastikan mimik Rio terlebih dahulu. Ia kemudian melanjutkan kalimatnya setelah pasti kalau Rio tidak keberatan.
"Aku tahu kalian berdua punya perasaan yang sama bertahun-tahun. Maaf kalau kamu tersinggung aku ikut campur sama urusan kalian. Rio aku.."
"Yah aku tahu, Ras."
Rasti kaget kalimatnya dipotong.
"Aku dan Bella tidak pernah pacaran. Alasannya karena perbedaan itu. Namun kami masih saling mencintai dan itu membuat Bella tertutup juga menyiksa perasaannya. Sampai akhirnya dia memutuskan menikah dan itu semua batal."
Rasti tercekat.
"Bella sama sekali tidak memberi kami kabar sampai hari ini kalau ia batal menikah. Kami tahu ini dari keluarganya pas hari H kami datang ke rumahnya."
Rasti memotong kalimatnya. Tenggorokannya kering. Ia menyeruput Ice Coffee nya.
"Bahkan sampai tadi pagi ia berangkat ke Padang bersama ibunya ia tak juga memberi kami kabar."
Rio menunggu Rasti menyelesaikan kalimatnya.
"Aku tahu dia terlalu mencintai kamu Rio, dia takut kalau dia cerita sama kami dia akan menerima penolakan, khususnya dari aku. Rio, aku sahabat terdekatnya dari kami SMA, namun dia menjauhiku ketika aku memberikan dia pengertian kalau kalian itu berbeda. Sampai saat ini dia bahkan jaga jarak sama aku sekalipun dia akan menikah dengan Syah kemarin. Rio, aku tidak pernah bermaksud buruk sama Bella. Aku menyayanginya aku hanya ingin dia berjalan di rute lurus yang seharusnya. Maafkan aku Rio. Buat aku agama itu adalah prinsip dasar, pondasi hidup manusia. Hanya itu. Namun kalau dia memang sudah jatuh cinta samamu itu bukan masalah buatku karena aku tidak berhak melarang dia jatuh cinta pada siapapun, aku hanya mengingatkannya sebagai sahabat. Aku tidak ingin hubungan persahabatan kami rusak. Rio kamu paham kan maksud aku?"
Rio mengangguk.
"Rio, aku tidak pernah melarang kalian menjalin hubungan. Karena aku sama sekali tidak berhak. Aku tidak membencimu karena kamu membuat sahabatku jatuh cinta. Dan aku tidak marah karena rasa yang kian bertumbuh dihati kalian. Aku sayang Bella, aku hanya ingin dia yang terbaik. Kamu juga sayang Bella. Kami semua sayang Bella. Aku tidak ingin persahabatan kami kering karena masalah ini Rio. Dan aku juga tidak ingin merusak hubungan percintaan kalian. Kamu paham Rio?"
Rio mengangguk.
Rasti memejamkan matanya.
"Aku sudah kehilangan Bella selama ini. Aku ingin semua kembali. Kamu mau bantu aku?"
"Apa yang harus aku lakukan?"
Rasti tersenyum.
"Serius kamu mau bantu aku?"
"Apapun." Rio memastikan keraguan Rasti. Tentunya ekspresinya sangat tampan mempesona.
Rasti tersenyum.
"Aku tahu sekarang kenapa Bella jatuh hati sama kamu." Celoteh Rasti menggoda.
Rio tersenyum geli.
"Bicaralah sama dia kalau aku tidak memusuhinya karena rasa yang ia punya untukmu. Peringatan aku kemarin hanya bentuk kasih sayang yang tegas dari seorang sahabat."
"Yah. Aku akan bicara padanya."
"Serius?"
"Iya Rasti."
Rasti tersenyum.
"Oh yah, apa dia datang ke tempatmu ketika hari lamarannya itu?"
Rio tersenyum.
"Syukurlah."
"Maksudnya?" Tanya Rio bingung.
"Kami enggak tahu kemana Bella, dia selalu merahasiakan semua tentang pribadinya. Misterius. Kalau memang dia bersamamu, aku yakin dia pasti baik-baik saja. Aku tahu kamu orang baik."
"Terima kasih Rasti."
Mereka saling tersenyum.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter cantik dengan cintanya yang rumit
RomanceNamanya Ammabella Ayezsa. Ia sangat mencintai Rio Bonansa Harianja. Mereka berbeda namun hati mereka kuat untuk saling mencintai. Bella hampir menikah karena sadar cinta mereka tidak mungkin bersatu namun kesekian kali itu ia terjatuh karena cinta...