20

506 10 0
                                    

"Kayaknya lo enggak harus senaif itu deh Bell. Mungkin dengan lo jujur sama Rio tentang perasaan lo dan ketakutan lo itu akan menyelesaikan semuanya dengan tenang." Jelas Sharena.

"Kalian itu sama-sama masih punya rasa yang sama dan kuat. Tapi kenapa masih harus saling nyakitin? Justru yang menyakiti hubungan kalian itu kalian sendiri bukan orang lain yang kalian pikir menentang. Coba sedikit lebih terbuka untuk bicarain hal ini berdua. Gw setuju sama Rio."

"Tapi gw takut Sye. Gw takut semuanya lebih dalam lagi."

"Bella, lo benar menggunakan logika dan emosi lo secara bersamaan. Tapi cara lo menggunakannya salah, justru lo sakit sendiri kan? Ayolah Bella terima ajakan Rio untuk bicarain ini dari-hati ke hati."

"Case close Sye. Gw uda bilang gw setuju dia jadian sama Imel."

"Lo yakin Rio akan jadian sama Imel?"

"Mereka punya masa lalu."

"Tapi mereka enggak pernah jadian kan?"

"Oke biar langsung clear. Gw telepon Imel, just to make sure."

"Halo Mel."

"Heii Keke..pas banget. Gw mau ke rumah lo nih."

"Lo lagi dimana?"

"Jakarta."

"Kok lo di Jakarta ga bilang-bilang sih Mel?"

"Kejutan sayang. Gw baru sampe kemarin kok."

"Ngapain ke Jakarta?"

"Wiken aja, main."

"Oalah sombongnya ga nginep di rumah gw."

"Gw nginep di rumah saudara Ke. Kemarin juga sampe baru siang."

"Gak nyasar? Kok ga bilang biar gw jemput?"

"Hahaa..uda ada yang jemput Ke."

"Siapa?"

"Rio."

"Rio?"

"Rio, Ke. Temennya Ricardo."

Tangis Bella makin menderas. Sakit hatinya makin terluka. Sharena memeluknya.

"Kok bisa?"

"Bisa. Ini gw abis pulang gereja bareng Rio. Nanti sampai di rumah lo gw ceritain yah."

"Hmm..oke Mel."

"Oh iya, suara lo seneng banget?"

"Mau tau ?"

"Iya dong. Jadi uda rahasia-rahasiaan sekarang?"

"Hahaa.."

"Serius Imel."

"Gw barusan jadian sama Rio."

Meledaklah emosi Bella. Mereka bertiga pun kaget, tak disangka hal ini benar-benar terjadi.

"Rio Bonansa Harianja?"

"Iya sayang."

"Oo My God. Bukannya dulu lo nolak dia?"

"Itu dulu kan? Rio ternyata masih menunggu gw dan setelah dari kejadian waktu itu gw sadar kalau gw memang suka sama dia."

"Suka?"

"Iya. Ke, ga sangka yah ternyata kita ketemu lagi sekarang. Rio manis banget."

"Nah lo kan mulai centilnya."

"Yaudah nanti sampe rumah lo gw ceritain gimana pacarannya."

"Sekarang aja. Penasaran Mel."

"Tiga bulan belakangan gw memang uda deket sama Rio. Waktu itu Rio lagi ke Bandung dan enggak sengaja ketemu. Nah dari situ sering kontek lagi, Rio beberapa kali main ke Bandung terus kita ketemuan."

"Jadi kalian jadian di gereja?"

"Pulang gereja, pas makan."

"Terus Rio mana?"

"Rio lagi meeting sama kliennya sebentar, makanya gw bisa ngobrol sama lo. Sambil nungguin dia."

"Kalian sudah sedekat itu ternyata."

"Nah makanya gw mau ke rumah lo mau curhat."

"Oke Mel, gw tunggu. Kasih tau kalau uda mau deket."

"Sipp."

"See you."

"See you."

Keke melempar ponselnya ke tempat tidur Sharena dan langsung memeluk Bella.

Bella mengangguk-angguk, ia ingat bagaimana dulu Rio mengejar Imelda. Awal kedekatannya dengan Rio adalah karena Rio bisa leluasa curhat tentang Imelda. Dan restu yang dia berikan tadi adalah jawaban atas penyelesaian masalahnya selama ini.

Bella harus menerima hubungannya benar-benar berakhir dengan Rio.

Pilu yang ia rasakan saat ini adalah obat yang manjur mungkin untuk hubungan ia dan ibu.

"Yang sabar ya sayang." Peluk Sharena ikut menangis.

Keke merasa berat. Yah karena Bella dan Imelda adalah sahabat-sahabatnya.

***

Dokter cantik dengan cintanya yang rumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang