8

595 14 0
                                    

Jam delapan malam Rio mematikan mesin motornya dua meter sebelum sampai di depan Balai Desa supaya suara bisingnya tidak mengganggu para dokter yang sedang beristirahat. Ia pun memarkirkan motornya kemudian memasuki halaman Balai Desa sambil mencari-cari sapu tangannya. Ternyata Bella mengiyakan instruksi Rio untuk meletakkan di sela-sela jendela Balai Desa. Ketika dia mengambil sapu tangannya, ia sengaja mengintip hanya sekedar ingin melihat Bella. Dilihatnya Bella terbaring lemas dengan kompresan dikening. Rasa khawatirnya mulai menjalar namun diurungkannya karena tiba-tiba ia melihat Dokter Pram datang membawa segelas air kemudian membantu Bella dengan menyuapinya. Rasa cemburunya membara. Ia pun menarik sapu tangannya dan sebuah lipatan kertas pun jatuh.

Rio, maafin aku. Aku sama sekali tidak bermaksud bikin kamu sakit hati.

Rio kamu mau kan kita seperti dulu lagi?

Please Rio..

Rio menyandarkannya tubuhnya, berkali-kali ia baca tulisan tangan Bella. Namun ketika ia membalikkan tubuhnya ternyata hanya sakit hati yang ia lihat. Bella sedang ada dalam perawatan Dokter Pram dan mereka terlihat mesra sekali.

Dia yang lebih pantas untukmu Bel, bukan aku. Aku bukan siapa-siapa.

Ia pun meletakkan lagi lipatan kertas ke dalam saputangan kemudian saputangannya diselipkan lagi di jendela. Rio pun meninggalkan Balai Desa dengan cemburu yang membara. Dengan hati yang benar-benar sakit dan pupus.

***

Pagi itu kesehatan Bella sudah membaik namun bukan hatinya. Ketika matanya terbuka karena silau matahari yang menyelinap lewat sela-sela jendela ia tergesa-gesa menuju teras.

"Hari ini kamu refreshing saja ditemani Windy. Kalian berdua boleh keliling desa mencari udara segar. Tadi pagi Dokter Pram berpesan seperti itu." Jelas Dokter Ziza ketika melihat Bella sudah bangun dan berdiri di teras.

"Beneran enggak apa-apa Dok?"

"Iya Bel. Kamu sakit repot nanti, jadi refreshing adalah salah satu obatnya biar enggak stress."

"Thanks ya Dok."

"Terima kasih sama Dokter Pram dong."

"Iya nanti aku sampaikan."

"Kayaknya Dokter Pram punya perhatian khusus sama kamu Bella."

"Agh Dokter, saya kan belum apa-apa enggak mungkinlah."

"Loh kenapa? Cinta itu kan enggak ada yang tahu datang dari dan untuk siapa."

"Enggak lah Dok, saya minder kalau sama Dokter Pram."

"Bella..Bella. Ok kalau gitu saya ke sebelah."

"Baik Dok."

Bella pun segera menuju jendela dan dia kaget masih ada saputangan Rio di sana. Ia menghela nafas panjang. Dan tersandar lemas di dinding.

Kamu enggak datang ambil ini Rio? Berarti kamu belum baca surat aku?

"Kamu sudah sehat Bel? Yuk kita keliling-keliling. Kita free hari ini."

"Aku siap-siap dulu."

"Beres."

Hanya matahari yang pasti di dunia.

Hujan pun ia tetap ada, panas dia jelas ada.

Pagi maupun malam dia tetap di sana, pasti, tak pernah beranjak.

Ia tetap bersinar sekalipun awan kelabu.

Ia tetap terbit dan terbenam di waktu yang sama.

Dokter cantik dengan cintanya yang rumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang