17

567 12 0
                                    

Bella sedang jaga di IGD Rumah Sakit.

Seperti biasa selalu ada keributan di pintu masuk IGD. Dan para dokter sudah tenang menghadapi kepanikan keluarga dan kerabat pasien.

Namun sore itu ada pandangan spesial yang menyita perhatian Bella.

Rio. Dia datang menggendong seorang wanita yang baru saja diturunkan dari taksi.

Bella melihat dari kejauhan.

"Dok tolong dok." Seru Rio dengan parau suaranya.

Kemudian dokter dan perawat segera menolong pasien dan meminta keterangan dari Rio perihal penyakit pasien. Kemudian Rio pun mengurus administrasi sementara pasien ditangani. Setelah semua urusan selesai akhirnya Rio bisa menemani Tamara yang tengah dipasang infus.

Sesekali Bella memandang ke arah Rio. Perasaannya berkecamuk. Entah siapa perempuan yang sedang sakit itu, kenapa perhatian Rio sangat besar sampai mau berjam-jam menunggu pasien.

"Dokter Bella."

"Yah." Bella tersentak ketika Dokter Adam memanggil namanya.

Kemudian terjadi percakapan serius antara mereka berdua.

Tak lama setelah itu Bella kemudian dengan gesit menuju beberapa tempat tidur pasien. Ketika ia selesai memeriksa seorang pasien, ada suara parau yang teriak panik meminta pertolongan.

"Dokter, tolong pasien muntah darah."

Bella hafal suara itu. Ia pun tanggap menuju asal suara tersebut.

"Dok, tolong Dok."

"Tenang."

"Bella?"

Bella berusaha profesional. Diredam cemburunya demi gelar dokter yang disandangnya. Ia merasakan keresahan Rio, tak pernah dilihatnya Rio seresah itu. Ah, mungkin Rio sangat sayang sama pasien yang sedang diselamatkannya ini.

"Dokter Bella."

"Dokter Bayu, ini pasien dokter?"

"Yah."

Bella kemudian menjelaskan pemeriksaannya barusan.

"Terima kasih Dok."

"Sama-sama Dok." Bella pun meninggalkan tempat itu. Sedetik matanya beradu tatap dengan Rio. Bella pun memberikan senyumnya, senyum biasa seorang dokter kepada kerabat pasien. Senyum yang sakit mereka rasakan.

"Bagaimana kesehatan pacar saya Dok?" Tanya Rio bohong.

Bella gemetar. Ia benar-benar cemburu mendengar pertanyaan itu. Bukan, bukan pertanyaannya tetapi sebutan untuk pasien tersebut. Rio sudah membuyarkan fokusnya, pecah konsentrasi Dokter Bella malam itu.

"Dokter Bayu akan menjelaskan lebih detail tentang pasien. Karena beliau dokter yang menangani." Ia pun berlalu dengan mata berkaca-kaca.

Tamara yang sedang diperiksa Dokter Bayu menatap heran pada Rio. Matanya menandakan marah, keningnya berkerut tanda ia tidak setuju tentang sikap sahabatnya barusan.

***

Bella tidak menjawab dan hal itu membuat Tamara heran.

Ia hanya bertanya gunyon dan mengira Bella akan membantah tegas.

Tetapi dokter itu hanya berdiri diam dengan kalung stetoskopnya. Ia sama sekali tidak menjawab pertanyaan pasien.

Senyum Bella mengembang. "Kau sudah merasa lebih baik?" tanya Bella memulai percakapan serius tentang kesehatan pasiennya.

Dokter cantik dengan cintanya yang rumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang