15

520 13 0
                                    

Sudah hampir dua bulan berlalu sejak Bella dan Rio benar-benar berpisah.

Dua jam kemudian Bella sudah sampai di kos Rio yang alamatnya ia dapat dari Anneke. Bella mengatur nafasnya sebelum mengetuk pintu. Ia baru menyadari kalau ia tadi lupa menelepon Rio dulu sebelum datang. Ia pun mengetuk pintu berharap Rio ada di dalam. Berkali-kali ia mengetuk pintu namun tak ada sahutan dari dalam, akhirnya ia memutuskan untuk menelepon.

Bella mengerutkan dahinya ketika ia mendengar dua suara dengan kalimat yang sama, "Rio buka pintu ini Bella."

Pintu terbuka. Muka bantal Rio tampak jelas hanya berjarak tiga puluh cm dari wajah Bella. Rio kaget dan malu. Tiba-tiba ia menutup pintu dengan keras, tiga menit kemudian ia membuka pintu lagi dengan celana pendek dan kaos. Ia pun mempersilahkan Bella masuk.

Bella menoleh dan mencium aroma kopi yang sedang diseduh Rio untuknya. Senyum Bella mengembang. Rio menyajikan secangkir kopi kental yang mengepul dihadapan Bella. Bella pun langsung mengangkat cangkirnya, menyesapnya, lalu mengucapkan terima kasih.

"Sama-sama." Sahut Rio yang masih jet lag sambil duduk di sisi tempat tidur.

Lama mereka berdiam diri. Bingung.

Tak lama kemudian Bella baru ingat kalau dia tadi menyempatkan diri untuk turun taksi ketika melihat tukang batagor. Ia pun menyerahkan bungkusan batagor ke Rio. Rio menoleh ke arahnya. Sedetik mata mereka bertemu. Hanya sedetik sebelum Bella tersipu malu dan buru-buru mengalihkan pandangannya. Bella pun mundur dan duduk di kursinya yang tadi. Hampir tidak bernafas. Kaku.

"Ada apa Bel?"

Jantung Bella hampir copot ketika Rio tiba-tiba bersuara. Ia tidak langsung menjawab. Malah mengatur kata-kata yang tepat, supaya Rio tidak sakit hati lagi.

"Aku .."

"Aku mandi dulu. Kamu tunggu di sini." Rio memotong kalimat Bella, kemudian beranjak dan menarik handuk. Mandi.

"Bel, kamu bisa tolong keluar sebentar? Aku mau pakaian."

"Okee."

Bella melangkah keluar kamar dan menarik nafas dalam-dalam. Entah kenapa suasana hatinya saat itu langsung kacau ketika berdua dengan Rio di kamar, padahal pintunya terbuka.

"Dokter Bella." Panggil Rio.

Rio mengunci pintu kemudian menuruni tangga. Bella sempat heran, ia pun menyusul Rio.

"Aku bawa mobil Rio." Ucap Bella ketika Rio menyalakan motornya.

"Gimana kalau naik motor aku aja?"

"Helm?"

"Hanya di café itu." Tunjuk Rio. "Enggak bagus di kosan cowo."

Bella mengangguk, ia pun menurut.

"Jadi?" tanya Rio sambil mengaduk mie yammin didepannya. Santai.

"Aku minta maaf."

"Untuk?" Jawab Rio sambil membubuhkan bumbu ke mienya.

"Kemarin."

Rio menatap Bella, tak lama ia pun menyantap mienya.

"Kamu enggak lagi bikin harapan palsu?"

Bella menelan ludah. Ia bahkan bingung mau bicara apa. Hanya menggeleng.

"Dimakan dulu mie nya nanti bengkak, malah enggak enak."

Dan Bella pun menurut, dia menghabiskan mie yammin dengan cepat.

"Kamu mau maafin aku?" tanya Bella setelah menghabiskan segelas lemon ice.

"Aku enggak berhak untuk dendam."

"Makasi Rio."

"Yaudah kita pulang."

Bella heran.

Langsung pulang?

Rio memarkirkan motornya tanpa dikunci ganda. Ia naik ke atas tanpa pamit. Bella bingung. Dan semakin bingung ketika Rio turun dengan satu helm.

"Aku mau ke lapangan. Kamu hati-hati nyetirnya."

Bella terperangah. Sakit rasanya diperlakukan seperti ini.

"Aku datang dengan maksud baik."

"Loh aku kan juga terima kamu baik-baik."

"Tapi bukan seperti ini."

"Jadi?"

"Kamu dingin Rio."

"Loh aku salah apa Bel? Aku harus bagaimana? Kamu datang aku terima baik-baik. Aku tau kamu ada mau bicara sesuatu, aku ajak kamu ke café sana supaya kamu leluasa bicara, karena di kos cowo ga baik cewe bertandang. Nah sekarang sudah selesai kan?"

Bella menatap Rio dengan air mata. Air matanya menetes tanpa komando.

"Aku sayang kamu Rio. Aku menyesal. Aku enggak konsisten sama keputusanku karena aku ga bisa jauh dari kamu. Aku ga bisa jalaninn ini semua sendiri Rio."

Rio meletakkan helmnya di jok motor.

"Keputusan kamu kemarin sudah yang terbaik Bel. Jangan ikutin perasaan sesaat, sebelum kamu pergi lagi untuk kesekian kalinya. Kita punya semua perbedaan yang ada di lapisan bumi ini. Kita ketemu di surga aja. Aku takut sama Tuhan, aku malas berurusan sama malaikat."

"Rio.."

"Pulanglah Bel. Aku sudah ikhlas menjalani semua sendiri."

"Rio.."

"Selesaikan dulu urusan kamu sama ibu kamu, sama semua sahabat-sahabat kamu." Rio menaiki motornya kemudian meninggalkan Bella.

Bella mematung sendiri. Air matanya ia biarkan merusak maskara dan bedaknya. Ia pun melangkah gontai menuju mobil. Setelah masuk ke mobil ia pun melepas tangisnya. Sambil menyetir ia pun masih terus menangis.

Dan malam ini ia tidak pulang, menghabiskan malam sendiri. Tak ada seorang pun yang tahu. Ponselnya dimatikan.

***


Dokter cantik dengan cintanya yang rumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang