35

2.7K 32 2
                                    

"Tiga bulan lagi Bella akan balik ke Jakarta." Jelas Sye ketika The Ladies kumpul di rumahnya. Kecuali Nade karena saat itu ia masih di Bali bekerja.

"Enggak balik lagi ke Padang?" tanya Audi.

"Selesai di Padang."

"Horeeee.. berarti kita bisa sama-sama lagi. Komplit." Teriak Audi.

"Gw tempo hari ngobrol sama Rio." Rasti memberitahu.

Yang lainnya kaget.

"Enggak sengaja ketemu di gedung kantornya. Kita ngobrol soal Bella dan mereka."

Yang lain menunggu.

"Gw minta tolong sama Rio untuk menjelaskan ke Bella kalau gw tidak memusuhinya karena rasa yang mereka punya. Hanya rasa sayang yang tegas bukan memarahi dan melarang mereka bercinta. Dan Rio mau bantu gw. Dan hari itu gw sadar betul kenapa Bella sayang sama Rio."

"Kenapa?"

"Rio itu sangat berkharisma. Wise. Cool. Smiling. And respect people. Dan gw melihat ada cinta dan damai ditatapannya Rio. Teduh sekali. Nyaman berada dekat sama dia. That is a reason. "

"Dan Ka Rasti enggak ikutan cinta sama Bang Rio kan?"

Yang lain menanggapinya dengan tawa.

***

"Aku seneng kamu minta aku yang jemput." Ucap Rio sambil mendorong koper Bella.

"Aku sudah terlanjur bilang sama Ayah dan Ibu kalau aku pulang sesuai jadwal, ternyata aku bisa pulang dua hari lebih cepat. Jadi kita punya waktu bareng."

"Terus dua hari lagi kamu akan balik ke bandara karena orang tuamu jemput?"

"Yah enggak senaif itu tukang insinyur. Aku naik taksi aja nanti dari sini. Kejutan."

"Oalahahhh.. I see."

"Maaf ya Rio kita harus backstreet."

Rio tersenyum.

"Tapi enggak dengan sahabat-sahabat kamu."

Bella menarik nafas. Ia tidak menjawab sama sekali.

"Aku yakin sahabat itu orang nomor dua selain keluarga."

"Yah. Mereka juga orang nomor dua yang tidak setuju hubungan kita."

"Yakin kamu?" Tanya Rio sambil membukakan pintu taksi untuk Bella.

"Empat tahun seperti itu Rio. Dan aku malas bahas ini." Sahut Bella ketika taksi mereka melaju ke apartemen Rio.

"Ada pepatah bilang tak kenal maka tak sayang. Kamu yakin kamu mengenal sahabat-sahabat kamu kalau kamu memang sayang sama mereka."

"Maksud kamu?"

"Aku sahabatan sama Ricardo. Segalanya tentang kamu dia tahu percis bagaimana hati aku. Tanpa rahasia satu pun karena aku menganggapnya sahabat. Karena aku paham aku bisa gila memendam ini sendiri. Sekalipun Ricardo selalu mengingatkan aku kalau prioritas hidup aku adalah Tuhan bukan perempuan. Dan dia tidak pernah sekalipun menolak untuk mendukung cinta aku ke kamu."

"Jadi apa yang Ricardo lakukan?"

"Sebagai sahabat ia memang harus mengingatkan sahabatnya untuk yang benar. Sebagai sahabat juga dia mendukung temannya yang sedang bahagia. Dia hanya melakukan itu, tidak kurang tidak lebih. Karena itulah gunanya sahabat."

"Jadi maksud kamu kemarin teman-teman aku khawatir karena tugasnya sebagai sahabat?"

"Tugas? Memang kamu menggaji mereka?"

Dokter cantik dengan cintanya yang rumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang