25

525 14 0
                                    

Bella melirik jamnya, memandang keluar pintu, memperhatikan orang-orang yang lalu lalang. Ia menempati meja tepat di depan pintu sehingga bisa melihat suasana di balik pintu ketika pintu itu terbuka.

"Maaf aku mengganggu."

Bella mengangkat wajah dan melihat Dokter Syah berdiri dihadapannya. Harum parfumnya memenuhi ruangan. Namun kenapa tadi dia tidak melihat dokter ini masuk sementara dia sedang menatap ke arah pintu.

"Dokter kelihatannya sedang memikirkan sesuatu yang serius?" Tanya dokter tampan ini.

Bella memaksakan seulas senyum. Yah benar, ia barusan melamun.

"Tidak Dok. Oh ya ada yang bisa saya bantu?"

"Dokter selalu mengatakan itu setiap kali kita bertemu. Tidak punya pertanyaan lain yang lebih klise?" tanya Dokter Syah membuat pipi Dokter Bella merona.

"Permisi saya mau merapikan alat-alat ini dulu."

Come on Bella, tenang. Jangan salah tingkah lagi. Dia memang tipemu tapi ini masih terlalu dini untuk menerima lawakannya. Tapi please, jangan terlalu kaku. Tenang Bella tenang.

Bella menundukkan kepalanya sambil merapikan alat-alatnya. Menarik nafas panjang sampai paru-parunya benar-benar penuh dengan oksigen, kemudian dihembuskannya nyaris tanpa suara. Setelah debar jantungnya kembali normal, ia mengangkat wajahnya dan memutar tubuhnya. Namun Dokter Syah sudah tidak disana lagi. Ia pun semakin lega.

Lekas-lekas Bella meninggalkan ruangannya sebelum larut malam. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat bayangan di lantai. Matanya terarah pada sumber bayangan tersebut.

Dokter Syah?

Ternyata Dokter Syah menunggu di luar. Ia tidak menyadari kedatangan Bella karena posisi berdirinya sedikit miring dan memunggungi.

Pria ini..cara berdirinya dan gerak-geriknya..percis seperti Rio.

Benar-benar mirip. Kelakuannya yang selalu tiba-tiba dan sedikit nyeleneh pun sama. Karakter pria yang membuat Bella tertarik.

"Dokter Bella."

Tiba-tiba Dokter Syah sudah berdiri dihadapannya.

"Beberapa kali saya selalu melihat dokter melamun."

"Ah tidak apa."

"Mari saya antar dokter pulang, ini sudah larut malam."

Bella menatap Dokter Syah. Lagi-lagi dia mengingat Rio yang dulu acap kali bikin dia kaget dan memaksanya untuk mengantarkan pulang.

Aghh Rio sudah sejauh dan selama ini pun kamu belum benar-benar hilang.

Bella mengangguk. Ia melihat senyum lebar yang cemerlang di wajah Dokter Syah.

Rio.

***

"Bosan?" Tanya Dokter Syah ketika pekan itu mereka jalan-jalan.

Tentunya bersama Dokter Prima dan Dokter Haning juga. Tetapi mereka berdua pacaran.

Bella tersenyum dan melipat kedua tangannya didada. "Hmm sedikit."

"Kamu biasa main ke Mall dan berbelanja?"

"Tidak. Oh ya aku suka, tapi belakangan setelah PTT dan koas aku jarang sekali ke Mall atau bahkan hang out dengan teman-teman. Pasien dan kegiatan rumah sakit menyita waktuku."

"Kau tahu ini akan menjadi resiko seumur hidup ketika kamu memilih kuliah jurusan kedokteran?"

"Tahu setelah aku kuliah tingkat dua. Karena awalnya aku hanya ingin jadi dokter tanpa benar-benar tahu dokter yang sesungguhnya. Maklum cita-cita masa kecil."

Dokter cantik dengan cintanya yang rumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang