10

588 12 0
                                    

Tahun pun berganti setelah Bella dan Rio tidak lagi saling berhubungan.

Namun pertemuan kedua ada di situasi yang jelas berbeda dari masa lalu.

Malam itu sahabat-sahabat Anneke diundang untuk sebuah acara syukuran wisuda. Khusus untuk sahabat terdekatnya, Sharena-Aska, Nade-Enno, Rasti-Arga, Audy, Bella, Ricardo, Rio, Dennis, Imelda, Juan dan Gilang. Anneke mengundang mereka semua dalam pertemuan makan malam yang sengaja dikhususkan Papa Keke karena rasa bangga putri sulungnya meraih gelar sarjana. Semua hadir untuk merayakan kebahagiaan bersama sahabat terkasih mereka.

"Cheerrrssss!!" Mereka bersulang unyuk kejayaan masa depan Anneke.

Papa dan Mama pun meninggalkan mereka memberikan kebebasan.

"Kamu cari siapa Rio?" Tanya Bella ketika ia melihat Rio sedang mencari sesuatu.

"Bella?" Rio seperti mengkodekan supaya tidak berisik. "Senang ketemu kamu lagi."

"Seneng ketemu lagi."

"Aku denger kamu kerja di perusahaan elit sekarang. Pantes kamu ganteng banget malam ini." Ledek Bella berusaha membuat Rio tersenyum.

"It's a great thing in my life. How about your doctor?"

"Aku masih PTT. Untuk sukses kayak kamu sekarang aku masih butuh waktu panjang."

"Tapi itu semua enggak mengurangi kecantikan kamu kok."

"Apa sih Rio enggak nyambung."

Mereka tertawa kecil kemudian keduanya sama-sama diam.

"Bagaimana Dokter Pram?"

"Dokter Pram?"

"Iya Dokter Pram."

"Hmmm..menjelang Lebaran nanti beliau akan bertunangan."

"Dengan?"

"Dengan kekasihnya lah."

"Bukan kamu?"

"Aku?"

"Iya.."

"Oh. Oalah Rio.. aku enggak punya hubungan apa-apa dengan Dokter Pram."

Keduanya pun sama-sama diam lagi. Seperti bingung topik apa lagi yang akan mereka bicarakan.

"Kalau gitu aku gabung dengan yang lain ya Rio."

"Okei aku menyusul."

Bella pun meninggalkan Rio kemudian ia tersenyum, parasnya terlihat riang dan hatinya berbunga-bunga. Dia memang masih merindukan Rio selama ini. Dan ketika hari ini bertemu dengannya lagi itu sebuah kesempatan emas yang tak mungkin luput untuk tidak menyapanya hanya untuk menatap lebih dekat dan menyimpan suara Rio yang sudah samar dalam ingatannya.

"Cinta lama bersemi kembali nih kayaknya." Goda Ricardo menghampiri Rio.

"Hahaaa.."

Rio tersenyum puas. Dia yakin Bella masih menyukainya seperti dulu.

Ketika mereka sedang berbagi cerita dan kebahagiaan Rio tak lepas perhatian menatap Bella. Bunga-bunga cinta bersemi kembali dan cantiknya terpancar dari aura ketampanan Rio yang malam ini terlihat mapan. Hampir jam dua belas malam pesta pun bubar.

***

Bella tidak jadi membelokkan mobilnya masuk ke garasi. Ia melihat sebuah motor parkir melintang menghalangi jalannya. Ditajamkan matanya memperhatikan sosok pria yang tengah merokok berdiri di samping motor itu. Ia pun tersenyum kemudian turun dari mobil.

"Rio?"

"Hai Bella."

"Hahaaa..tingkah kamu yah semakin sok."

"Abis kamu makin cantik."

"Hahaaa...Rio enggak pake nakal yah enggak mempan."

"Kamu masih aja gelian."

"Kamu masih aja suka ngelucu."

"Emang aku ngelucu apa?"

"Kamu ngerokok lagi? Katanya udah ga ngerokok dulu."

"Abis enggak ada yang ngelarang aku."

"Hahahaaa.."

"Ketawa terus kamu."

"Yaudah masuk yuk."

"Enggak sopan bertamu tengah malam. Sudah larut."

"Oooh.. Terus kamu ngapain halangin mobil aku di depan rumah tengah malam?"

"Tadi ngobrolnya belum puas."

"Sekarang?"

"Kamu sibuk?"

"Maksudnya?"

"Masukin mobil kamu cepet aku ajak kamu jalan naik motor. Mau?"

"Hahaaaa... Rioooo."

"So?"

"Yah awas dong motornya gimana aku bisa masuk?"

"Sip dokter."

Rio dan Bella membelah malam kota metropolitan dengan pelampiasan rindu. Yah mereka saling melepas rindu. Rindu yang sama-sama mereka tahan selama ini dan saling menunggu untuk memberi kabar baik. Sama-sama menanti waktu untuk bertemu di waktu dan situasi yang tepat.

"Aku kangen sama kamu Bel."

Bella tersenyum. Ia menoleh ke Rio kemudian ia menatap lurus Jakarta didepan matanya.

"Aku juga Rio."

"Aku pikir hari ini enggak akan pernah ada hanya angan."

"Aku juga."

Mereka sama-sama tersenyum. Riak kegembiraan dihati mereka tak terucap sekalipun riak itu sudah menggulung besar layaknya ombak.

"Ini bukan ilusi kan Rio? Coba tepuk pipi aku, ini nyatakan?"

Rio mengulurkan tangannya ke samping kemudian merangkul Bella yang berdiri disisinya. Menggamit bahunya keras sampai Bella teriak kesakitan.

"Aaauu Rio sakitt.!!!"

"Berarti kamu enggak mimpi Bella. Ini nyata aku dihadapan kamu sekarang."

Bella tersenyum lagi. Malam itu Bella terus tersenyum, tersenyum riang gembira. Bukan main senang hatinya melihat Rio dan terus tertawa dengannya.

"Aku senang Rio."

"Aku enggak mau malam ini berlalu begitu saja Bel. Aku mau ini jadi hari sejarah kamu dan aku."

"Hmm?"

"Aku selama ini masih terus berharap sama kamu Bel. Kamu mau kita pacaran? Aku serius."

Bella menatap Rio kaget. Sepasang matanya yang cantik mulai berkaca-kaca. Ia senang mendengar kalimat yang terucap dari bibir Rio barusan, bahkan sudah lama dinantinya.

"Iya Rio aku mau. Aku mau kita pacaran."

"Bilang sekali lagi Bel."

"Aku mau kita pacaran."

"Yessss!!!!!!" Teriak Rio bahagia. Ia melompat kegirangan. Bahagianya terlampiaskan.

Bella tertawa dalam tangis. Melepas semua kebahagiaan yang ia nanti selama ini. Mereka. Yang mereka nanti selama ini. Penantian panjang yang berbuah manis.

Rio pun memeluk Bella erat-erat. Dikecupnya kening Bella dalam, kemudian berkali-kali ia mengucapkan terima kasih dan I love you. Bella pun merasa seperti malaikat yang sedang menikmati indahnya surga. Dan kebahagiaan yang sama-sama mereka rasakan berujung di teras rumah Bella ketika Rio harus mengantarkan pacarnya itu pulang.

"Makasi sayang." Ucap Rio masih dengan paras yang bahagia.

"Kalau kamu bilang makasi terus aku bilang apa dong?"

"Hahaa.."

Keduanya saling merapatkan tubuh. Bertatapan hangat dan semakin dalam. Hening.

***

Dokter cantik dengan cintanya yang rumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang