11

607 10 0
                                    

Bella menutup kamarnya kemudian bersandar di pintu sambil senyum membayangkan kebahagiaan yang mereka rasakan. Tak disangka akhirnya ia pacaran juga sama Rio. Bahagianya tak tergambarkan. Ia pun lekas tidur dan mengigau sambil menyebut nama Rio.

"Kukuruyuuukkkkk..............!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Dengan sigap Bella bangun. Jam weker yang sengaja diletakkan jauh dari tempat tidur langsung diraihnya. Bella tidak pikir panjang lagi. Dia langsung rapi-rapi dan tergesa-gesa menuruni tangga.

"Pagi Bu."

"Pagi sayang."

"Jadi pagi ini kita masih berdua lagi?"

"Iya Ayah kamu ada seminar."

"Kebiasaan deh Ayah hari Minggu juga kerja." Gerutu Bella sambil mengambil dua tangkup roti tawar dan mengoleskan selai cokelat ke rotinya.

Ibu hanya diam menikmati nasi goreng sambil memperhatikan putri bungsunya itu.

"Kamu senyumin apa sayang di atas roti?" tanya Ibu heran.

"Ahh engga."

"Anak Ibu lagi jatuh cinta."

Bella meletakkan pisau dan selainya.

"Bu, ia aku baru pacaran."

"Siapa cowo yang beruntung itu?"

"Namanya Rio. Dulu aku sama Rio sempet deket tapi kemudian kita pisah dua tahun, belum sempet pacaran. Semalam pas acara syukuran wisuda Keke kita ketemu lagi, Rio nembak aku. Ternyata selama dua tahun ini kita saling menunggu."

"Loh kenapa sempat pisah?"

Bella terdiam. Dia baru sadar curhatnya barusan pertanda buruk, itu artinya Ibu akan tahu perbedaan keyakinan antara ia dan Rio.

"Aku dan Rio beda Bu. Rio natalan."

Ibu meletakkan sendok garpunya. Kemudian meninggalkan ruang makan. Bella jadi tidak nafsu makan. Ia yakin Ibunya kecewa.

***

Bella kembali berpacaran dengan laptopnya, Minggu ini ia tidak pergi kemana-mana takut membuat ibunya bertambah marah. Ia pun sengaja tidak mengunci kamarnya mungkin ibunya datang untuk mengajaknya ngobrol soal ini. Namun sampai malam tiba ibunya tak kunjung tiba.

Keesokan paginya Bella bersiap ke kampus dan seperti hari-hari sebelumnya ia ingin salim untuk berpamitan, namun Ibu bersikap dingin dan mengunci diri ke kamar. Bella pun berangkat tanpa pamit. Demikian hubungan Bella dan sang ibu sampai hampir sebulan. Ia tak sanggup melihat sikap Ibu yang seolah tak menganggap Bella lagi di rumah dan mengungsi ke rumah Mba Tirta.

"Kamu enggak boleh bersikap begitu Bel. Kamu bujuk Ibu bukan malah kabur ke rumah Mbak."

"Aku sudah berkali-kali ajak Ibu bicara Mbak, tapi Ibu malah judes. Ibu marah sekali sama aku."

"Jangan menyerah. Nanti kalau kamu kabur Ibu malah pikir kamu macem-macem lho."

"Sudah sebulan Mbak aku bingung harus bagaimana lagi."

"Rio tahu tentang ini?"

"Tahu."

"Kalian berdua sudah tahu toh resikonya?"

"Tahu Mbak, itu alasannya kami sempat jauh dua tahun. Nah sekarang pas ketemu lagi kami saling tahu ternyata kami masih saling menunggu, salah juga toh?"

Bella sendiri bingung mau berbuat bagaimana lagi. Yang pasti kalau dia curhat ke sahabat-sahabatnya pasti ditolak dan dia mungkin akan slek lagi dengan Rasti. Bagai menelan buah simalakama. Bella pun meraih tasnya dan pamitan ke Mbak Tirta. Mbak Tirta hanya menggeleng.

Dokter cantik dengan cintanya yang rumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang