24

436 11 0
                                    

Rio mengerutkan dahi dan berpikir. Bella atau Imelda? Rio masih dilemma diantara dua pilihan. Pacarnya atau kekasih hatinya?

Sebenarnya ia mulai jatuh cinta pada Imelda karena sebuah kebiasaan. Namun ia tidak bisa membohongi hatinya kalau ia masih mencintai Bella. Sampai sekarang ia masih belum bisa menemukan jawaban akan kepastian hatinya.

Tiba-tiba ia mendengar ponselnya berbunyi. Ia berjalan tertatih-tatih ke meja kerjanya karena kram dan mengangkat ponselnya. Menatap layar ponsel dan menempelkannya ke telinga.

"Hai Mel."

"Hai Sayang. Kamu sudah makan? Jangan telat yah. Oh ya hari ini aku akan pergi liputan sebuah koleksi aksesoris mahal. Agh aku pasti nanti akan kesemsem sampe lupa kalau harus aku tulis."

"Wah seru yah kerjaan kamu. Pesen satu nanti ya."

"Hahaa..kamu ini itu harganya diatas lima puluh jutaan. Dan kamu tau? Untuk liputan kesana aku harus berpenampilan modis semodis-modisnya. Oalah aku mulai ga betah pake make up dan eye liner."

Rio tiba-tiba ingat Bella. Dan dia tersenyum sendiri ketika mengingat dulu Bella mengenakan eye liner sambil nyetir. Dan mereka tertawa bahagia sekali waktu itu. Yah waktu itu, lama sekali.

"Halo sayang, kamu denger aku?"

"Iya Mel, aku denger."

"Okei kayaknya aku harus berangkat, maaf ganggu kerja kamu."

"Oh ya gapapa Mel."

"Bye Rio."

Rio menghembuskan nafas dengan keras. Sepertinya ia sungguh-sungguh harus menekan rasa dilemanya karena ia merasa kasihan pada Imelda setiap kali mendengar suaranya yang ceria ketika bicara ditelepon. Untuk menebus rasa bersalahnya, Rio mengirimkan sebuah pesan.

Pesan: Sayang semangat yah liputannya. Aku tahu kamu penulis hebat!

***

Dokter cantik dengan cintanya yang rumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang