Chapter 10

2.1K 153 2
                                        

Aku membuka mataku perlahan-lahan karena mataku sangat susah untuk dibuka. Kepalaku sangat pening sekali, sesekali aku memegang kepalaku untuk meringankan pusing di kepalaku. Aku terbangun di atas ranjangku dan duduk menatap ke arah depan-meja riasku. Aku terlihat sangat kacau. Rambutku seperti singa-sangat berantakan. Tapi aku termenung ketika aku melihat di meja kecil di samping ranjangku terdapat segelas susu dan 2 potong roti dengan ditaburi selai strawberry. Pasti ibu sudah pulang dan melihat keadaanku sekarang.

Aku mencoba menggapai tanganku ke arah segelas susu segar di atas meja kecil itu tapi aku mendengar suara pintu kamarku berbunyi-seseorang sedang mencoba masuk ke dalam kamarku.

"Bagaimana kabarmu? Apa kamu sudah sehatan?" Gumam ibu sambil membawa handuk putih di tangannya. Dia menutup pintu kamarku dan berjalan ke arahku. Aku menganggukan kepalaku walaupun kepalaku masih pusing.

"Kamu habis darimana saja? Ibu sangat mengkhwatirkan keadaanmu." Ibuku memegang keningku dengan sebelah tangannya.

"Bu, aku mau berangkat dulu ya bu" gumamku sambil mencoba bangkit dari tempat tidurku. Tapi ibu meraih tanganku dan menghentikan usahaku untuk pergi ke kamar mandi. "Kamu masih sakit. Kamu harus istirahat. Ibu akan hubungin pihak kampus kalau kamu berhalangan hadir hari ini. Tidak ada pembantahan untuk kali ini!"

Mendengar ucapan ibu yang sangat keras padaku, aku mencoba menuruti permintaannya. "Ohya, ibu tidak ingin memaksakanmu. Kalau kamu masih sakit ibu akan batalkan pertemuan kita hari minggu." Gumamnya dengan menaruh nada kekecewaan di dalamnya. Sebenarnya aku tidak enak hati pada ibu, setidaknya aku harus menerim ajakannya untuk kali ini. Anggap aja upayaku untuk membahagiakan ibuku.

"Tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja besok. Aku harus mandi dulu setidaknya untuk menghilangkan bau badanku ini." Aku menatap ibu dengan senyuman. Aku sering kali menyusahkan ibuku, untuk kali ini aku menyenangkannya. Dan juga kalaupun nanti aku akan memutuskan hubungan itu lanjut atau berhenti.

"Oke, kalau begitu jangan lupa makan ya. Ibu nanti siang-tidak 2 jam lagi-harus pergi bekerja. Jaga kesehatanmu y sayang. Ibu mencintaimu." Ibu menciumku dan setelah selesai menciumku aku membalasnya, "aku juga mencintaimu, bu" dan dia pergi menuju pintu kamarku, membukannya dan setelah dia keluar dia menutup pintunya kembali rapat.

Aku sedang bermalasan di kamarku, terkadang aku jenuh memainkan permainan yang terdapat di ponselku. Aku ingin pergi jalan-jalan tapi ibu melarangku untuk pergi. Jadi aku tetap di atas ranjangku sambil duduk memainkan Let's get rich. 5 menit sebelum tingkat kebosananku tinggi, aku mendapat telepon dari Liza. Jadi aku dengan sigap mengangkatnya.

"Diana!! Kamu kenapa nggak dateng?"

"Aku sedang sakit, Liz"

"Sakit apa?"

"Aku sedang demam. Memangnya kenapa kamu meneleponku?"

"Yaampun. Kita berduaa mengkhawatirkan keadaanmu kali, Di. Kamu tidak suka kami menghubungimu?"

"Tidak, bukan itu."

"Kamu kenapa bisa demam?"

"Aku kemarin malam kehujanan, Liz. Maaf aku tidak bisa menonton mereka semua."

"Kok bisa? Apa kamu bertemu dengan Harry sebelumnya?"

Pertanyaan ini. "Tidak. Memang ada apa?"

"Hmm... Hanya saja setelah setengah jam lebih kamu pergi yang katanya ingin mengajaknya tiba-tiba dia ada disitu dengan rambut yang basah seperti terkena hujan."

"Aku tidak bertemu dengannya. Sudah ya aku istirahat dulu. Byeee" dustaku agar aku tidak terlalu teringat kejadian semalam itu. Sangat menyakitkan.

Heartstrings |h.s|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang