Chapter 18

1.8K 135 5
                                        

"Aku ingin kamu jangan pernah berhenti untuk menyukaiku." Katanya yang membuatku seperti tersengat oleh listrik. Perkataannya menjalar disekujur tubuhku. Apa maksudnya dia berkata seperti itu? Aku mencari-cari jawaban atas perkataannya dengan melihat wajahnya-matanya dengan dalam. Karena mata seseorang tidak pernah berbohong.

Rasanya sangat sulit sekali menebak maksudnya. Rasanya aku seperti sampah. Sewaktu itu ia berkata menyuruhku untuk melupakannya dan sekarang dia menyuruhku untuk tidak berhenti mencintainya. Apa dia mempermainkanku sekarang?

"Jadi kamu ingin aku tetap menyukaimu dan kau akan mempermainkan perasaanku? Harry aku bukanlah Barbie yang bisa kau mainkan sesuka hatimu. Aku punya perasaan." Kataku dengan kesalnya.

"Di.." Kemudian aku memotong perkataannya dengan menggelengkan kepalaku frustasi.

"Tidak. Aku tidak butuh penjelasanmu." Kataku ketus sambil mencoba menjalankan kursi rodaku untuk menjauhinya. Dia selalu menjadi permasalahan yang rumit untuk aku pecahkan. Bahkan sangat sulit untuk menebak isi hatinya. Sungguh aku membencinya. Tidak-aku akan melupakannya.

Jadi aku menjalankan kursi rodaku menjauhinya dengan susah payahnya. Walaupun aku butuh bantuannya untuk membantuku berjalan karena sangat sulit menggunakan kursi roda. Tapi aku ingin pergi jauh darinya.

**

Hari minggu aku bangun di pagi hari karena hari ini aku akan berencana pergi bersama Liza dan Kim-kami mau pergi berbelanja sesuatu yang membuat kita menghilangkan stress karena aku sudah bebas dengan kursi roda yang selalu kududuki jadi aku bisa bebas seharusnya tapi Ibu tetap melarangku melakukan hal-hal yang dapat membebani kakiku.

"Aku suka sekali dengan jaket ini." Gumam Liza di sebelahku dengan terus memegang jaket yang disukainya dengan banyak bulu-bulu lembut di sekitaran leher kalau dipakai. Memang sangat manis sekali.

"Aku ingin membeli jaket ini." Sambil mengambil barangnya dan memberikannya kepada pegawai perempuan yang di sampingnya dengan terus tersenyum dan memegangi jaket yang dipilih Liza untuk dibawa ke kasir.

Aku keliling-keliling tempat pembelanjaan sampai akhirnya aku menghentikan langkah kakiku saat aku melihat baju pasangan. Terlihat sangat indah jadi aku mendekatinya. Baju dengan sangat sederhana namun terlihat istimewa di mataku. Warna biru muda dan putih dengan quotes tentang pasangan. Entah mengapa ada sesuatu yang menarik perhatianku ke baju itu hingga aku mendekatinya dan memegang baju itu dengan lembut. Bajunya berbahan sangat lembut. Aku membayangkan kalau aku dan Harry akan memakai baju pasangan tersebut dan berjalan keliling kota London dengan indahnya. Eh?

"Diana. Kamu mau membeli baju itu?" Gumam Kim yang memegang bahuku dan membuatku tersadarkan atas lamunanku. Aku menengok ke arah sumber tangannya yang tepat berada di belakangku.

"Ya?" Kataku dengan binggung.

"Kamu mau membeli baju ini?" Katanya dengan mengerutkan dahinya.

"Aku merasa suka sekali dengan baju ini." Kataku dengan gugup sambil memegang baju berpasangan.

"Kamu mau membeli baju pasangan? Kamu sudah punya pacar?" Tanya Liza yang tiba-tiba datang ke arah kami berdua yang membuatku binggung dengan jawabanku.

"Aku akan memakainya dengan ibuku." Dustaku dan mereka tidak menanyakan hal-hal yang aneh lagi.

Aku pulang ke rumah dengan berjalan kaki karena Liza hanya mengantarkanku dipertigaan dekat rumahku. Sedangkan Kim tidak pulang bareng bersama kami karena dia ada kencan romantis dengan Louis.

Aku melihat mobil Range Rover warna hitam menghalangi jalanku—itu mobilnya Harry. Setelah menghalangi jalanku dia turun dari mobilnya dan mendekat ke arahku.

Heartstrings |h.s|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang