Chapter 21

1.8K 137 2
                                        

Harry's POV

Aku mengabaikan panggilan yang diserukan oleh Diana karena dia begitu bawel sekali. Di perjalanan aku merasa aneh karena tidak merasa Diana memanggilku lagi jadi aku mendongak ke belakang dan melihat tidak ada Diana di belakangku. Seketika aku langsung panik karena dia tidak ada dan kufikir kakinya mulai terasa sakit karena tadi sewaktu aku membangunkannya aku melihat dia seperti memegang kakinya.

Aku langsung bergegas mencarinya. Aku menanyakan kepada orang-orang tentang dia. Aku menyebarkan ciri-cirinya tapi tidak ada yang sama sekali melihatnya. Aku juga tahu karena ini di pasar, banyak sekali orang-orang jadi tidak mungkin orang-orang akan melihat orang.

Aku sudah mencari-cari dia dari jalanan yang tadi kami berdua lewatkan tapi dia tidak ada juga. Hari sudah menjelang malam sedangkan dia tidak juga aku temukan. Aku khawatir dia kenapa-kenapa karena Mom sudah menyuruhku untuk menjaganya dan sialnya aku masih mencemaskannya. Aku bergegas kembali lagi mencari tapi tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namku, "Harry!" Jadi aku menoleh ke samping ke arah sumber suara tersebut dan aku menemukan Diana sedang duduk di tangga toko obat.

Aku mendekat ke arahnya yang sedang memuluruskan kakinya. "Kamu sehabis darimana?" Kataku yang sekarang duduk di sampingnya.

"Aku sehabis dari toko itu membeli obat." Katanya dengan sambil memijat kakinya.

"Memang kamu sakit apa?" Kataku sambil masih melihat kakinya yang terus dia pijit.

"Kakiku tadi keram dan terasa nyeri jadi aku menepi dan kebetulan aku melihat toko obat jadi aku kesitu dulu." Tungkasnya.

"Kakimu sekarang masih sakit?" Kataku yang seolah-olah aku memperhatikan dia. Dia lalu mengangguk sambil terus memijat kakinya.

Aku bangkit berdiri menghalangi pandangannya, "Ada apa?" Katanya.

Lalu aku menunjuk pundakku, "Ayo naik ke pundakku. Kita harus segera datang karena hari sudah larut malam." Terangku dengan sudah menyiapkan kuda-kuda.

Lalu aku merasa ada sesuatu yang memegang leherku-dia sudah naik. Jadi aku menggendongnya sambil aku membawa tas belanjaan yang sangat banyak. Memang sangat berat sekali. Keduanya hampir sama beratnya tapi mungkin lebih beratan Diana.

"Kamu tidak sakit menggendongku sambil membawa tas belanjaan? Aku sudah cukup baikan jadi aku bisa berjalan." Gumamnya di belakangku.

"Tidak apa-apa. Aku tidak mau direpotkan lagi denganmu. Dan juga sungguh kamu sangat berat sekali." Sarkasku kepadanya dengan wajahku yang sedatar mungkin. Lalu dia tidak bicara lagi setelah aku mengatakannya.

Sesampainya di dalam mobil aku merendahkan kursinya agar dia bisa tiduran dan merenggangkan otot-ototnya.

Sesampainya di tenda aku masih menggendongnya, untungnya Zayn peka terhadap keadaan. Dia membawakan tas belanjaan yang berat itu. "Ada apa dengannya lagi?" Kata Zayn yang sepertinya sudah tahu kalau kebiasaannya adalah merepotkan orang-orang di sekitarnya.

"Kakinya sakit." Terangku singkat. Tadinya dia masih meminta untuk menurunkannya karena dia bisa berjalan sendiri tapi aku mengabaikan omong kosongnya. Tadinya aku ingin membawanya ke tenda menyuruhnya untuk beristirahat tapi dia tetap keras kepala untuk memasak makan malamnya. Katanya dia tidak ingin merepotkanku lagi tapi nyatanya dia masih merepotkanku.

Aku dan Diana memasak makanan untuk makan malam kami. Untungnya benar kata Diana kalau kita sudah membaik karena dia sudah tidak ada masalah lagi dengan kakinya.

Setelah selesai memasak, kami memakan makanannya dan untungnya banyak yang memujinya karena masakannya enak. Dan terlihat juga dari wajah Diana yang memerah karena malu. Dasar aneh!

Heartstrings |h.s|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang